Minyak Kelapa Sawit (B30) sebagai Campuran Bahan Bakar Kendaraan

Bahan Bakar Kendaraan
Sumber: pixabay.com

Indonesia merupakan pemain utama dalam ekspor minyak kelapa sawit, produksi yang digunakan sebagai bahan baku utama pada berbagai produk olahan makanan dan non-makanan.

Minyak kelapa sawit bukan digunakan pada sektor makanan bahkan dalam kosmetik, akan tetapi telah ditemukan cara penggunaan baru oleh pemerintah Indonesia sebagai bahan baku campuran bahan bakar kendaraan.

Berbagai inovasi terbaru ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang pasti akan habis pada masanya, mendukung keberlanjutan Perkebunan kelapa sawit, dan menghilangkan dampak negatif pada lingkungan.

Pembahasan ini membahas penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak kendaraan, manfaatnya, tantangannya, dan metode penggunaan jangka panjang yang sesuai.

Bacaan Lainnya

Latar Belakang Penggunaan Minyak Kelapa Sawit sebagai Campuran BBM

Penggunaan biofuel atau bahan bakar hayati sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan semakin relevan di zaman sekarang. Ini menjadi lebih penting mengingat upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Di Indonesia, beberapa pelaksanaan kebijakan ini adalah mencampurkan biodiesel yang berasal dari minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit, ke dalam solar. Pada awalnya, biodiesel berbasis minyak kelapa sawit-Viisol digunakan untuk solar minyak, yaitu bahan bakar diesel.

Proses mengubah minyak kelapa sawit menjadi biodiesel adalah transesterifikasi, yang mengubah trigliserida dari minyak kelapa sawit menjadi ester metil dan gliserol. Hasilnya adalah biodiesel yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dengan kualitas yang hampir setara dengan diesel konvensional.

Di Indonesia, kebijakan Biodiesel 30%, disingkat B30, ditetapkan pada tahun 2020 dengan target B30 dari minyak kelapa sawit dapat dicampurkan dalam setiap liter solar.

Program ini adalah permulaan dorongan yang ditujukan kepada pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan dapat mengurangi emisi karbon melalui penggunaan etanol minyak kelapa sawit atau biodiesel.

Baca Juga: Dimanjakan Subsidi BBM

Manfaat Penggunaan Minyak Kelapa Sawit sebagai Campuran BBM

Mengurangi Ketergantungan terhadap Bahan Bakar Fosil

Salah satu keuntungan menggunakan minyak kelapa sawit sebagai campuran untuk bahan bakar diesel adalah kemampuannya untuk memberikan alternatif terhadap bahan bakar fosil.

Indonesia merupakan negara dengan penghasil minyak kelapa sawit terbesar. Dengan memanfaatkan produk dalam negeri seperti minyak kelapa sawit, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor dan menstabilkan ekonomi energi nasional.

Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Aspek pertanian berkelanjutan dengan Biofuel Minyak Kelapa Sawit Indonesia-Malaysia memiliki luas perkebunan minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dengan potensi untuk membantu transisi menuju energi terbarukan melalui pertanian yang emisinya lebih rendah.

Metode tersebut berfokus pada penggabungan minyak kelapa sawit dengan bahan bakar konvensional, komponen biodiesel yang dapat membantu sarana transportasi dalam memproduksi emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit.

Hanya 3% dari campuran biodiesel yang berasal dari bahan mentah biologis, sehingga tidak mengandung banyak karbon dioksida seperti minyak fosil

Baca Juga: Inovasi Terbaru Pengganti Minyak Goreng

Dampak Positif terhadap Ekonomi dan Industri Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit menjadi salah satu komoditas ekspor utama Indonesia di antara yang lainnya. Dengan mencari perluasan pasar untuk minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar alternatif, ini akan meningkatkan permintaan produk, sehingga memberikan lebih banyak keuntungan ekonomi bagi negara dan petani minyak kelapa sawit. Terutama dengan Program B30 yang akan memungkinkan Indonesia untuk berdiri sendiri.

Tantangan dalam Penggunaan Minyak Kelapa Sawit sebagai Campuran BBM

Meskipun memiliki berbagai manfaat, penggunaan minyak kelapa sawit sebagai campuran BBM juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi.

Lingkungan dan Deforestasi

Industri minyak kelapa sawit telah menghadapi kritik karena kontribusinya terhadap deforestasi yang merupakan ancaman langsung bagi banyak spesies dan memperburuk perubahan iklim. Namun, dengan meningkatnya perhatian mengenai dampak lingkungan, industri minyak kelapa sawit mulai meningkatkan operasinya dengan mengintegrasikan praktik keberlanjutan.

Sebagai langkah pencegahan, Sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) telah dikembangkan dengan tujuan untuk mempromosikan produksi minyak kelapa sawit dari sumber yang dikelola dengan baik yang tidak menyebabkan peristiwa yang merusak.

Praktik ilegal seperti pembukaan lahan melalui teknik slash-and-burn tetap masih dipraktikkan di beberapa daerah. Untuk alasan ini, penting bagi pemerintah dan industri untuk memastikan bahwa minyak kelapa sawit yang diubah menjadi biodiesel benar-benar berkelanjutan secara lingkungan.

Ketersediaan dan Harga Minyak Kelapa Sawit

Masalah lain terkait biodiesel minyak kelapa sawit adalah volatilitas harga minyak kelapa sawit mentah yang dapat menjadi tantangan bagi keberlangsungan jangka panjang biodiesel berbasis minyak kelapa sawit.

Karena minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pasar internasional dan kebijakan negara penghasil, hal ini dapat mempengaruhi pasokan dan stabilitas harga untuk biodiesel juga. Selain itu, penggunaan minyak kelapa sawit untuk sektor biodiesel.

Teknologi dan Infrastruktur yang Dibutuhkan

Penggunaan biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit juga memerlukan investasi pada teknologi yang tepat dan infrastruktur terkait. Kendaraan dan mesin diesel harus dimodifikasi agar dapat beroperasi dengan proporsi campuran biodiesel yang lebih besar tanpa mengorbankan kinerja atau merusak mesin.

Selain itu, distribusi biodiesel harus didukung oleh infrastruktur yang memadai agar pasokan dapat andal dan efisien.

Baca Juga: Biomassa: Solusi Energi Terbaharukan bagi Masa Depan

Dampak Jangka Panjang bagi Lingkungan dan Ekonomi

Pemanfaatan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar dalam bentuk bahan tambahan pangan dapat memberikan hasil dalam jangka panjang jika dikelola dengan baik.

Dalam hal lingkungan, penggunaan biodiesel dapat mengurangi jejak karbon dari sektor transportasi yang diketahui menjadi sektor paling bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca. Ini bisa membantu Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi.

Dalam hal ekonomi, peningkatan pasar biodiesel dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian, khususnya bagi petani kecil kebun kelapa sawit. Akan ada peningkatan permintaan biodiesel dan sektor ini akan didorong untuk tumbuh lebih cepat, menciptakan peluang kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan petani dari daerah penghasil minyak kelapa sawit.

Kesimpulan

Penggunaan minyak kelapa sawit sebagai campuran BBM kendaraan merupakan langkah maju dalam menciptakan solusi energi terbarukan yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah lingkungan dan kestabilan pasokan, kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan teknologi yang lebih efisien dapat memastikan bahwa minyak kelapa sawit dapat digunakan secara optimal sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

Dengan pendekatan yang tepat, penggunaan minyak kelapa sawit sebagai campuran BBM dapat membawa manfaat besar bagi ekonomi dan lingkungan Indonesia.

 

Adnan Ali

Penulis: Adnan Ali
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Universitas Muhammadiyah Malang

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses