Dampak Pola Asuh Tunggal terhadap Perkembangan Remaja

Psikologi Remaja
Sumber: pixabay.com

Pola pengasuhan oleh orang tua tunggal mencakup kondisi di mana salah satu orang tua memikul tanggung jawab penuh terhadap pengasuhan dan pendidikan anak tanpa keberadaan pasangan.

Menurut Duvall dan Miller (1985), orang tua tunggal membesarkan anak tanpa dukungan dari pasangannya, menghasilkan tantangan yang khas baik dari segi finansial, emosional, maupun sosial. Ketidakseimbangan ini berdampak pada kualitas pengasuhan, terutama selama fase remaja, di mana peran orang tua sangat penting dalam membentuk perkembangan anak.

Kasus Laura Meizani, yang merupakan anak dari selebriti Nikita Mirzani, menjadi ilustrasi nyata pengaruh pola pengasuhan orang tua tunggal. Laura sering menjadi sorotan publik karena perilakunya yang dianggap kurang baik, menunjukkan kerentanan terhadap masalah emosional dan sosial.

Ketiadaan salah satu sosok orang tua sering kali membuat anak merasakan kehilangan rasa aman dan kebingungan dalam membentuk identitas diri. Hal ini menegaskan bahwa perhatian emosional dari kedua orang tua sangat penting bagi pembentukan kepribadian anak, terutama pada masa remaja yang penuh tantangan.

Bacaan Lainnya

Tingkat perceraian di Indonesia yang meningkat drastis dari 344.237 kasus pada 2014 menjadi 365.637 kasus pada 2016 mencerminkan tantangan yang semakin besar bagi keluarga. Perceraian, beserta dengan kematian pasangan, menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakseimbangan di dalam keluarga yang berpotensi mempengaruhi perkembangan anak.

Fomby dan Cherlin (2007) menekankan bahwa ketidakstabilan keluarga meningkatkan risiko masalah perilaku, sedangkan Goode (2007) menjelaskan bahwa anak dari keluarga yang harmonis cenderung tumbuh lebih sehat secara psikologis dibandingkan dengan anak dari keluarga yang terpisah.

Baca Juga: Pernikahan Dini terhadap Psikologis Ibu dan Anak

Stabilitas emosional dalam keluarga merupakan dasar penting bagi anak untuk menghadapi dunia luar dengan penuh percaya diri. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dampak pola asuh orang tua tunggal terhadap anak remaja. Salah satu faktor terpenting adalah kondisi ekonomi.

Orang tua tunggal sering kali harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga kurang memiliki waktu berkualitas bersama anak. Hal ini dapat melemahkan hubungan emosional antara orang tua dan anak, yang semestinya menjadi tiang utama dalam pengasuhan.

Di samping itu, dukungan sosial dari lingkungan sekitar, seperti keluarga besar, teman, atau komunitas, sangat berperan dalam membantu orang tua tunggal mengatasi tantangan ini. Dengan adanya dukungan ini, anak bisa tetap merasakan rasa aman dan mendapatkan perhatian yang cukup meskipun hanya ada satu orang tua di rumah.

Kesulitan ekonomi tidak hanya mempengaruhi waktu orang tua bersama anak, tetapi juga mempengaruhi kapasitas mereka untuk menyediakan fasilitas atau pendidikan terbaik.

Hal ini sering menjadi persoalan serius, karena pada usia ini, kebutuhan mereka tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup dukungan sosial dan emosional yang memadai. Dukungan yang tidak terpenuhi dapat membuat anak merasa terasing, mempengaruhi kesehatan mental mereka, dan meningkatkan risiko kenakalan remaja.

Meskipun penuh tantangan, pola pengasuhan orang tua tunggal juga memiliki potensi dampak positif jika dikelola dengan baik. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga seperti ini sering kali menjadi individu mandiri, tangguh, dan mampu menghadapi berbagai kesulitan hidup.

Orang tua tunggal yang menciptakan suasana penuh kasih sayang dapat memberikan rasa aman bagi anak. Keberhasilan pola asuh ini sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk menciptakan keseimbangan emosional di rumah meskipun harus menghadapi tekanan finansial dan keterbatasan waktu.

Sebaliknya, pola asuh yang kurang berhasil dapat menimbulkan efek negatif yang signifikan. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja sering kali tidak memiliki cukup waktu untuk menemani anak, membuat mereka merasa kesepian dan kekurangan dukungan emosional.

Ini dapat menghasilkan berbagai gangguan emosional, seperti rendahnya rasa percaya diri, kecemasan, atau depresi. Anak-anak ini pun lebih rentan terhadap tekanan sosial, perilaku negatif, dan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang mungkin berlanjut hingga mereka dewasa.

Baca juga: Pengaruh Keluarga dan Lingkungan pada Perkembangan Psikologis Remaja

Untuk meminimalkan dampak negatif, orang tua tunggal perlu menciptakan pola asuh yang seimbang. Strategi yang bisa diterapkan meliputi menyediakan waktu berkualitas untuk anak serta membangun komunikasi terbuka.

Dukungan sosial dari kelompok keluarga, teman, atau komunitas juga penting untuk memastikan anak mendapatkan perhatian yang cukup. Mereka juga sebaiknya memastikan bahwa anak tetap memiliki kesempatan untuk berkembang dalam lingkungan yang mendukung, baik dari segi pendidikan maupun sosial.

Dalam kondisi ideal, pola pengasuhan orang tua tunggal mampu membantu anak mengembangkan kemandirian, ketahanan emosional, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan.

Namun, tanpa pengelolaan yang baik, pola asuh ini dapat menyebabkan berbagai masalah perkembangan pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua tunggal untuk menyadari tanggung jawab mereka dan mengambil langkah proaktif untuk memberikan pengasuhan terbaik.

Kesadaran ini juga perlu diimbangi dengan usaha mencari bantuan, baik melalui dukungan dari keluarga maupun layanan profesional, jika dibutuhkan. Orang tua tunggal harus belajar mengelola waktu lebih efektif dan menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap perasaan anak, bahkan dengan keterbatasan waktu sekalipun.

Ini penting untuk memastikan bahwa anak merasa dicintai dan dihargai, meskipun mereka hanya memiliki satu orang tua yang hadir. Pendekatan yang tepat dari orang tua tunggal dapat menciptakan suasana rumah yang hangat dan mendukung, sehingga anak dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara psikologis.

Tantangan yang dihadapi orang tua tunggal dapat diubah menjadi peluang untuk memperkuat hubungan dengan anak, membangun karakter, dan mengajarkan nilai-nilai penting seperti kemandirian dan rasa tanggung jawab. Dengan begitu, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan mampu menghadapi hidup dengan baik.

 

Penulis: Feisha Hannadefa Ayubi
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses