Analisis Filologi Manuskrip Pegon Jawa: Telaah Ajaran Tariqah dan Hakikat Muhammadiyah

Analisis Filologi Manuskrip Pegon Jawa
Ilustrasi Manuskrip (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Dalam perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa, terdapat banyak peninggalan berupa manuskrip yang menjadi bukti akulturasi antara ajaran Islam dengan budaya lokal.

Salah satu bentuk akulturasi tersebut tercermin dalam penggunaan aksara Pegon, yaitu aksara Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa. Manuskrip yang menjadi objek kajian ini merupakan salah satu contoh warisan intelektual yang menunjukkan bagaimana para ulama masa lalu mentransmisikan ajaran Islam dengan mempertimbangkan konteks budaya setempat.

Manuskrip yang dikaji merupakan bagian dari koleksi British Library yang telah didigitalisasi, memungkinkan akses yang lebih luas bagi para peneliti dan akademisi untuk mempelajari warisan budaya ini. Kajian ini dilakukan dalam rangka tugas mata kuliah Susastra Arab Terapan (Filologi) oleh Aisya Maula Chaer (NIM: 0401522032), yang berupaya mengungkap kandungan dan nilai-nilai yang terdapat dalam manuskrip tersebut.

Baca juga: Manuskrip Yurisprudensi Islam dalam Manuskrip Arab koleksi YAPENA di Bandung, Jawa Barat

Bacaan Lainnya

Dari segi fisik, manuskrip ini menunjukkan karakteristik yang mencerminkan kehati-hatian dan ketelitian penulisnya. Ditulis di atas media kertas dengan dimensi 17 cm x 10 cm, manuskrip ini memiliki area tulisan atau blok teks berukuran 14 cm x 7 cm.

Keseluruhan manuskrip terdiri dari 61 halaman, dengan satu halaman kosong, dan berada dalam kondisi yang terawat dengan baik. Kondisi fisik yang baik ini menunjukkan adanya upaya preservasi yang konsisten dari para pemegang manuskrip sebelumnya.

Teks ini tidak sekadar memuat tulisan, melainkan juga merekam tradisi intelektual pesantren yang menekankan pentingnya kontinuitas pengembangan ilmu pengetahuan dan spiritualitas. Melalui bahasa Jawa dan huruf Arab, naskah ini menjadi jembatan antara lokalitas pemikiran dan universalitas spiritual Islam.

 

Transkripsi Halaman Awal Manuskrip:

Bismillahirrahmanirrahim

Dada lan tariq tatariyah iku maka

Syarate sawise salam saking sholat

lan supe-supe saking mufakat maka arep

Amaca murid ing lafadz Astagfirullahalladzim

Kaping telu lan nuli maca

Allahumma Sholliala Sayyidina Muhammad

Malih ping talu anuli madhep ing kiblat

Sarta anumpakaken epek-epek tangan.

 

Terjemahan:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Dada dan jalan tarbiyah itu adalah

Syarat setelah salam dari shalat

dan lupa-lupa dari kesepakatan maka harus

Membaca murid dalam lafaz Astagfirullahaladzim

Sebanyak tiga kali, lalu membaca

Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad

Sebanyak tiga kali lagi, kemudian menghadap kiblat

Serta meletakkan tangan dengan gerakan tertentu.

 

Transkripsi Halaman Akhir Manuskrip:

Lamun sira sun parkenala ngadi ing ngalam

Langgeng iku aja malih gawe maring liyane kang

Tetep olihe sungul maring hakikat Muhammadiyah

Karana pangandikaning Nabi Muhammad SAW. Almukminu

Lam tamutu sharanil ‘ilmi bal hayyu abadan.

Artine utawi wong mukmin iku ora mati

Kang dadi ngilmune balik urip salawase,

Iya iku wong kang karep hakikat Muhammadiyah

Lan pangandikaning Allah Innalladzina khasiru anfusahum

 

Terjemahan:

Jika engkau ingin mengenal kedamaian di alam

Maka jangan lagi mencari pada selain yang

tetap memperoleh keberuntungan dalam hakikat Muhammadiyah

Karena sabda Nabi Muhammad SAW:

Seorang mukmin tidak akan mati, ilmunya tetap abadi, bahkan hidup selamanya.”

Artinya, seorang mukmin itu tidak mati

Karena ilmunya tetap hidup selamanya,

Yaitu mereka yang berpegang teguh pada hakikat Muhammadiyah

Dan firman Allah:

Sesungguhnya mereka yang merugikan dirinya sendiri…

 

Pada halaman pertama manuskrip, teks dibuka dengan basmalah “Bismillahi rrahmanirrahim” yang merupakan pembuka khas dalam tradisi penulisan Islam.

Halaman pertama manuskrip memperkenalkan pembahasan tentang tariqah, yang merupakan jalan atau metode spiritual dalam tradisi tasawuf Islam. Teks ini memberikan panduan yang rinci mengenai tata cara dan syarat-syarat dalam melakukan ritual tertentu, yang mencerminkan pentingnya aspek praktis dalam pengamalan ajaran spiritual.

Ritual yang dijelaskan dalam manuskrip ini memiliki tahapan yang sistematis. Dimulai setelah salam dari sholat, pelaku ritual diarahkan untuk membaca istighfar (Astagfirullahalladzim) sebanyak tiga kali, yang menunjukkan pentingnya pensucian diri melalui permohonan ampunan kepada Allah.

Selanjutnya, ritual dilanjutkan dengan pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang mencerminkan hubungan spiritual dengan sang pembawa risalah Islam. Aspek fisik ritual juga diperhatikan, dengan adanya petunjuk untuk menghadap kiblat dan mengatur posisi telapak tangan (epek-epek) dengan cara tertentu.

Pada halaman terakhir manuskrip, pembahasan beralih ke dimensi yang lebih dalam mengenai hakikat spiritual. Teks membahas konsep keabadian ilmu dan hubungannya dengan hakikat Muhammadiyah.

Bagian ini diperkuat dengan kutipan hadits berbahasa Arab, “Almukminu lam tamutu sharanil ‘ilmi bal hayyu abadan,” yang diterjemahkan sebagai “Sesungguhnya orang mukmin itu tidak mati ilmunya, melainkan hidup selamanya. Kutipan ini menekankan nilai penting ilmu dalam tradisi Islam dan bagaimana pengetahuan spiritual dapat membawa pada kehidupan yang abadi.

Baca juga: Manuskrip Fiqh dari Pondok Pesantren Qomaruddin di Gresik Jawa Timur

Manuskrip ini juga mengutip firman Allah yang dimulai dengan “Innalladzina khasiru anfusahum,” menunjukkan bagaimana penulis manuskrip mengintegrasikan berbagai sumber otoritatif dalam Islam untuk memperkuat argumennya. Penggunaan referensi dari Al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa meskipun ditulis dalam konteks budaya Jawa, manuskrip ini tetap berpegang teguh pada sumber-sumber utama ajaran Islam.

Sebagai penutup, manuskrip yang terdapat dalam koleksi British Library ini merupakan warisan intelektual yang sangat berharga, mencerminkan kompleksitas dan kedalaman pemikiran Islam yang berkembang di tanah Jawa. Penggunaan aksara Pegon Jawa dalam penulisan teks keagamaan ini menunjukkan bagaimana para ulama terdahulu berhasil mengintegrasikan ajaran Islam dengan konteks budaya lokal secara harmonis.

Manuskrip ini tidak hanya bernilai dari segi fisik dengan kondisinya yang terawat baik, tetapi juga dari segi konten yang membahas aspek-aspek penting dalam praktik keagamaan dan spiritualitas Islam. Dimulai dari panduan ritual yang sistematis hingga pembahasan mendalam tentang hakikat Muhammadiyah, manuskrip ini menyajikan perpaduan antara aspek praktis dan filosofis dalam pengamalan ajaran Islam.

Keberadaan kutipan-kutipan dari Al-Quran dan hadits dalam manuskrip ini menunjukkan bahwa meskipun ditulis dalam konteks budaya Jawa, karya ini tetap berpegang teguh pada sumber-sumber otoritatif dalam Islam. Hal ini membuktikan keberhasilan para ulama dalam menjaga otentisitas ajaran Islam sambil mengadaptasikannya dengan pemahaman lokal.

Melalui kajian terhadap manuskrip ini, kita dapat melihat bagaimana kearifan para ulama terdahulu dalam menyebarkan ajaran Islam dengan tetap menghormati dan memanfaatkan kekayaan budaya lokal. Warisan ini menjadi inspirasi bagi generasi sekarang dalam upaya memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam konteks keindonesiaan yang beragam.

 

Penulis:

  1. Aisya Maula Chaer
  2. Iin Suryaningsih, S.S.,M.A

Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Arab, Universitas Al Azhar Indonesia

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses