Akhlak terhadap Ulama: Perspektif Agama dan Tantangan di Era Modern

islam
Sumber: istockphoto, Karya: WANAN YOSSINGKUM.

Kata “Akhlaq” (bahasa Arab: اخلا ق, translit. Akhlāq) berasal dari kata “Khuluqun“, yang berarti “budi pekerti”, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Karakter adalah kualitas jiwa manusia yang berkembang melalui proses kognisi, pertimbangan, analisis, dan ketangkasan.

Di sisi lain, secara terminologi mengacu pada tindakan seseorang yang dimotivasi oleh keinginan yang disengaja untuk melakukan perbuatan baik, seperti memiliki keterampilan komunikasi yang jelas, menjauhkan diri dari kebohongan dan kecurangan, dan selalu bertindak dan berbicara dengan jujur.

Istilah “akhlak” mengacu pada versi jamak dari kata Arab “khuluq,” yang berarti “perangai, perilaku, atau karakter.[1]]

Bacaan Lainnya
DONASI

Komponen penting dari etika Islam adalah akhlak, yang menyoroti pentingnya memiliki perspektif yang tepat terhadap para akademisi dan pengetahuan. Dalam Islam, para akademisi dihormati sebagai pembawa dan pelindung kebenaran agama, dan pengetahuan dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.[2]

A. Perspektif Moral yang Berbeda tentang Pengetahuan

  1. Niat yang mulia: Seseorang harus memiliki niat yang murni dan mulia ketika mempelajari hal-hal baru. Orang tersebut akan dipandu oleh niat baik untuk menerapkan pengetahuan dengan cara yang sesuai dan menguntungkan.”[3]
  2. Keinginan untuk belajar: Salah satu prinsip yang berkaitan dengan pengetahuan adalah keinginan yang besar untuk terus belajar dan memperluas pemahaman seseorang. Hal ini membutuhkan ketekunan, ketabahan, dan keinginan yang kuat untuk mempelajari hal-hal baru.
  3. Menghormati ilmu: Sebagai anugerah dari Allah SWT, pengetahuan harus dihargai dan dihormati. Menghargai pencapaian dan kontribusi ilmiah serta menghormati para ilmuwan dan peneliti yang berkontribusi pada kemajuan pengetahuan manusia adalah bagian dari penghormatan terhadap pengetahuan.
  4. Berbagi pengetahuan: Bersedia memberikan pengetahuan kepada orang lain adalah komponen penting dari moralitas terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ceramah, menulis artikel, atau ikut serta dalam perdebatan tentang ilmu pengetahuan.
  5. Menggunakan pengetahuan dengan bijak: Penting untuk menggunakan pengetahuan secara bijaksana dan etis. Menggunakan pengetahuan untuk kepentingan masyarakat, menahan diri untuk tidak menyalahgunakannya, dan mempertimbangkan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu dan masyarakat adalah contoh-contoh pendekatan moral terhadap pengetahuan.”[4]

B. Kesulitan dalam Menerapkan Adab terhadap Ilmu dan Ulama

Menjaga akhlak terhadap ilmu dan ulama di tengah kemajuan masyarakat dan perubahan keadaan adalah tugas yang sulit. Di antara kesulitan-kesulitan dalam menegakkan akhlak terhadap ilmu dan ulama adalah sebagai berikut:

  1. Pengaruh budaya sekuler: Dalam konteks modernitas dan globalisasi, nilai-nilai sekuler sering kali memikat orang untuk menjauh dari kearifan tradisional dan keyakinan agama. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya rasa hormat terhadap akademisi dan informasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip agama”[5] dan masyarakat adalah contoh pendekatan moral terhadap pengetahuan.”[4]
  2. Munculnya informasi palsu: Banyak informasi yang menyesatkan atau tidak benar yang tersebar luas karena kemudahannya untuk diakses melalui internet dan media sosial. Hal ini dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk belajar secara efektif dan menyulitkan mereka untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.
  3. Polarisasi dan konflik ideologi: Polarisasi politik dan perselisihan ideologi terkadang dapat mengaburkan pengetahuan para ilmuwan dan akademisi. Orang biasanya memilih informasi berdasarkan apa yang mendukung pendapat mereka, tanpa menghiraukan panduan akademis atau fakta-fakta objektif.
  4. Tantangan teknologi: Seiring dengan kemajuan teknologi, moralitas terhadap pengetahuan dan cendekiawan juga dihadapkan pada kesulitan-kesulitan baru. Ketergantungan terhadap teknologi, misalnya, dapat mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk mempelajari informasi baru dan berbicara dengan para akademisi secara langsung.”[3]
  5. Ketidakpatuhan terhadap otoritas agama: Beberapa orang memiliki kecenderungan untuk menantang para akademisi dan otoritas agama, terutama jika menyangkut masalah yang melibatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat mengakibatkan penghinaan terhadap nasihat dan pendapat para akademisi yang mendukung doktrin agama.
  6. Materialisme dan kebutuhan global: Kebutuhan material sering kali lebih diutamakan daripada kebutuhan intelektual dan spiritual. Dalam hal ini, keuntungan uang dan pencapaian duniawi lainnya sering kali lebih diutamakan daripada pencarian pengetahuan dan penghormatan terhadap para sarjana.

Baca Juga: Akhlak dalam Berkeluarga

C. Menunjukkan Etika terhadap Pembelajaran dan Akademis

Surat Al-Isra (17): 36 dalam Al-Qur’an:

 وَلَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗكاُلُّنَّ ااُلو لٰۤسَّ ىِٕمْكَعَ كَوَالْنَبَ عَصَنْرَهُ وَمَالْسْفـُٔؤَوْالًَدَ

“Dan janganlah kamu mengejar sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.”

Ayat ini menyoroti betapa pentingnya untuk mengejar pengetahuan dengan ketajaman dan kehati-hatian. Memperoleh pengetahuan dari sumber-sumber yang memiliki reputasi baik dan sah merupakan komponen dari etika pengetahuan.

Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud: Rasulullah ﷺ menyatakan: “Para ulama adalah penerus para nabi, para nabi mewariskan ilmu, bukan dinar atau dirham. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang cukup besar.”

Hadis ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan para intelektual dalam Islam. Salah satu aspek moralitas terhadap ilmu dan ulama adalah menghormati, menghargai, dan menimba ilmu dari mereka.

Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah (58): 11:

  ايهَّا الَّذِيْنَ امَنوُْٓا اِذاَ قِيْلَ لكَُمْ تفَسَّحُوْا فِى الْمَ جلِسِ فَافْسَّحُوْا يَفْسَحِ هالُّٰ لكَُمْۚ وَاِذاَ قِ يْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْ ا يرَْفَعِ هالُّٰ الَّذِ يْنَ امَنوُْا مِنْكُمْۙ وَالذَِّيْنَ اوُْتوُا الْعِلْمَ درَ ج تۗ وَ هالُّٰ بمَِا تعَْمَلوُنَ خَبيِْرٌ ١١

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Menghormati ilmu pengetahuan dan para ulama merupakan bagian dari akhlak yang dianugerahkan oleh Allah SWT.

D. Kesimpulan

Dalam Islam, bagaimana seseorang memperlakukan para ulama dan ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan dan mereka yang memilikinya.

Kita dapat menyimpulkan bahwa akhlak ini mencakup penghargaan yang mendalam terhadap pengetahuan sebagai anugerah dari Allah SWT dan rasa hormat yang tulus kepada para ulama sebagai penjaga kebenaran agama dari berbagai dalil Al-Qur’an dan hadits, serta prinsip-prinsip ajaran agama.

Seorang Muslim harus mengikuti nasihat dan arahan dari para ulama yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan memiliki sikap belajar yang luhur dan penuh pengabdian.

Baca Juga: Akhlak Bermasyarakat dalam Kehidupan Bertetangga

Kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada orang lain merupakan komponen mendasar dari moralitas yang berkaitan dengan pengetahuan dan para ulama, serta menggunakan pengetahuan secara jujur, kritis, dan konstruktif.

Kebajikan-kebajikan ini juga mencakup kewajiban untuk menerapkan pengetahuan untuk kepentingan kemanusiaan dan kemajuan masyarakat secara keseluruhan, serta menghormati kesetaraan dan keragaman dalam pencarian pengetahuan.

Seorang Muslim dapat memperdalam keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta membantu menciptakan masyarakat yang menghargai pengetahuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama dengan menjunjung tinggi akhlak terhadap para ulama dan pengetahuan.

Penulis:
1. Muhammd Ardiansyah
2. Ahmad Naseh
3. Muhammad Agil Muhyi
4. Rahmat Nailul Fauzi
Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Pelita Bangsa

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.