Analisis Fenomena Pembelajaran Mandiri dari Pinggir Jalan di Era Digital

Di tengah arus modernisasi dan hiruk-pikuk kota, sering kali kita terlalu cepat menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya.

Namun, kadang muncul sosok yang membalikkan persepsi tersebut, dan membuktikan bahwa keistimewaan bisa lahir dari tempat yang paling tak terduga.

Salah satu contohnya adalah seorang penjual bubur keliling di Jakarta yang mendadak menjadi perhatian publik karena kemampuannya berbahasa Inggris dengan lancar.

Beberapa metode belajar yang digunakan antara lain mendengarkan lagu-lagu Barat dan mencari arti liriknya dengan menggunakan kamus sederhana, yang merupakan cara menyenangkan untuk memperkaya kosakata.

Bacaan Lainnya

Selain itu, teknologi sederhana, seperti ponsel bekas, dimanfaatkan untuk mengakses YouTube dan aplikasi belajar seperti Duolingo guna meningkatkan keterampilan berbahasa.

Latihan langsung juga dilakukan dengan berani berbicara kepada pelanggan asing serta meminta koreksi pengucapan, yang membantu meningkatkan kepercayaan diri.

Baca juga: Membangun Sistem Pendidikan yang Berkelanjutan dan Inklusif: Peran SDGs Ke-4 dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan Global dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Era Digital dan Revolusi Industri 4.0

Metode lain yang diterapkan adalah mencatat lima kosakata baru setiap hari dan melatih pengucapannya, yang terbukti efektif dalam membangun daya ingat dan pelafalan.

Tak kalah penting, bahasa Inggris dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari dengan menempelkan catatan berisi kosakata serta menyetel audio berbahasa Inggris sepanjang hari untuk membiasakan diri secara alami.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti belajar. Dengan metode sederhana dan ketekunan, siapa pun bisa meningkatkan kemampuannya. Bukan sekadar soal bahasa, tetapi tentang semangat untuk melampaui batas.

Kisah tersebut mencerminkan kenyataan yang sering terabaikan: bahwa pembelajar sejati tidak tergantung pada fasilitas, melainkan pada niat.

Keinginan yang kuat bisa mengalahkan semua keterbatasan. Belajar bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Sering kali kita menyia-nyiakan peluang belajar, seperti saat mendengarkan lagu hanya karena menyukai musiknya tanpa memperhatikan lirik dan maknanya.

Kemalasan kerap membuat kita melewatkan kesempatan emas. Pembelajaran tidak harus selalu terjadi di ruang kelas formal atau lembaga resmi.

Sebaliknya, proses belajar bisa berlangsung di mana pun, asalkan ada kemauan, ketekunan, dan kreativitas.

Sayangnya, sebagian sistem pendidikan di Indonesia masih terlalu kaku, birokratis, dan kurang adaptif terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini membuat sebagian orang enggan belajar, khususnya bahasa asing.

Di era digital yang serba mudah ini, kunci keberhasilan belajar tak lagi bergantung pada guru atau lembaga.

Baca juga: Psikologi Pendidikan: Pendekatan Teori Belajar Konstruktivisme dalam Proses Pengajaran dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Justru, semangat mencari tahu, keberanian untuk mencoba, dan keinginan untuk terus memperbaiki diri menjadi faktor utama.

Banyak dari kita yang memiliki akses ke teknologi, namun tidak menggunakannya secara optimal. Kita lebih sering membuka media sosial dibanding menggunakan ponsel untuk membaca e-book atau mengakses aplikasi pembelajaran.

Padahal, dengan adanya gawai dan internet, seharusnya proses belajar menjadi lebih mudah dan terjangkau.

Kisah seperti ini bukanlah satu-satunya di Indonesia. Di berbagai pelosok negeri, masih banyak orang-orang dengan keterbatasan ekonomi yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan secara mandiri.

Ada nelayan yang belajar membaca peta digital agar tidak tersesat di laut, ada petani yang belajar pemasaran daring untuk menjual hasil panen secara langsung tanpa perantara. Semua ini membuktikan bahwa semangat belajar bisa mengubah hidup siapa saja.

Hal lain yang perlu kita sadari adalah peran lingkungan dalam membentuk semangat belajar. Keluarga, teman, dan masyarakat sekitar seharusnya menjadi sumber dukungan bukan penghambat.

Sayangnya, masih banyak yang memandang rendah orang yang mencoba belajar di luar jalur formal. Padahal, setiap bentuk usaha patut diapresiasi.

Selain itu, pemerintah dan lembaga pendidikan juga perlu mengambil pelajaran dari kisah-kisah seperti ini.

Sistem pendidikan yang lebih terbuka, fleksibel, dan inklusif harus terus dikembangkan. Misalnya, menyediakan lebih banyak program pembelajaran berbasis komunitas, pelatihan daring gratis, serta akses internet yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat menciptakan masyarakat pembelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental dan kreatif dalam menghadapi tantangan zaman.

Karena di masa depan, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi akan menjadi kunci utama keberhasilan.

Baca juga: Media Cetak vs Media Digital: Kolaborasi dan Tantangan dalam Pembelajaran di Sekolah

Belajar adalah hak sekaligus tanggung jawab setiap individu. Tidak ada alasan untuk berhenti berkembang, karena semangat dan tekad jauh lebih kuat daripada keterbatasan. Setiap orang bisa menjadi luar biasa asal ada kemauan dan niat.

 

Penulis:

1. Anggun Aulia
2. Intan Ananda Putri
3. ⁠Rassya Havita
4. ⁠Widiastuti

Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Pamulang

Referensi

Kompas.com. (n.d.). Cerita penjual bubur kacang hijau yang kuasai bahasa Inggris dan Jepang, belajar 5 kata per hari. https://www.kompas.com

Detik.com. (n.d.). Belajar otodidak bahasa Inggris ala tukang bubur, pantang minder. https://www.detik.com

Merdeka.com. (n.d.). Sosok tukang bubur kacang ijo gerobak jago bahasa Inggris, Jepang, bule sampai belajar padanya. https://www.merdeka.com

iNews.id. (n.d.). Viral! Penjual bubur kacang ijo di Surabaya mahir bahasa Inggris dan Jepang, ini rahasianya. https://surabaya.inews.id

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses