Di tengah gempuran cerita-cerita modern dan konten digital yang menghibur, ada satu harta karun yang mulai terlupakan: cerita rakyat. Padahal, di balik kisah-kisah sederhana itu tersimpan pesan moral yang kuat dan bisa menjadi media pembelajaran karakter yang menyenangkan untuk anak-anak, khususnya di sekolah dasar.
Salah satu cerita rakyat yang menarik untuk diangkat adalah kisah “Saridin yang Sakti” yang berasal dari Pati, Jawa Tengah. Cerita ini bukan hanya menyuguhkan kisah menarik tentang tokoh sakti, tapi juga sarat dengan nilai-nilai karakter yang penting untuk pembentukan kepribadian anak sejak dini.
Cerita Saridin: Bukan Sekadar Hiburan
Penelitian yang telah penulis lakukan mengungkapkan bahwa kisah Saridin memuat berbagai nilai karakter utama seperti religius, jujur, tanggung jawab, ikhlas, dan sabar. Menariknya, nilai-nilai ini sangat cocok untuk diajarkan kepada siswa sekolah dasar yang sedang berada dalam masa emas pembentukan karakter.
Cerita Saridin berpusat pada sosok Saridin yang menghadapi berbagai ujian hidup dengan ketulusan, kejujuran, dan kesabaran luar biasa. Misalnya, Saridin tetap berkata jujur meski dalam situasi sulit, bahkan ketika ia difitnah dan harus menjalani hukuman yang tidak adil. Ia juga menunjukkan keikhlasan ketika rela berbagi tanpa pamrih dan kesabaran saat diperlakukan tidak baik oleh orang di sekitarnya.
Apa Saja Nilai Penting dari Kisah Saridin?
1. Religius
Saridin digambarkan sebagai sosok yang dekat dengan Tuhan. Ia dan orang tuanya senantiasa berdoa dan menerima setiap cobaan dengan keyakinan yang kuat. Ini bisa menanamkan pada siswa pentingnya bersyukur, berdoa, dan percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya.
2. Jujur
Kejujuran menjadi pesan utama dari kisah ini. Saridin tetap berkata benar meski tahu risikonya besar. Nilai ini penting untuk ditanamkan pada anak-anak yang seringkali menghadapi dilema kecil seperti mencontek, berbohong, atau menyembunyikan kesalahan.
Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Membantu Mengembangkan Kreatifitas Anak dalam Membaca Buku di Rumah
3. Tanggung Jawab
Saridin berani menerima konsekuensi atas apa yang ia lakukan. Ia tidak lari dari masalah, meskipun sebenarnya ia tidak bersalah. Ini memberikan pelajaran bagi anak-anak untuk selalu bertanggung jawab atas tindakan mereka, baik di sekolah maupun di rumah.
4. Ikhlas
Saridin ikhlas berbagi meski dalam keadaan tidak menguntungkan. Sifat ini mengajarkan anak untuk berbagi tanpa mengharapkan imbalan dan menghindari sikap perhitungan dalam berteman.
5. Sabar
Kesabaran Saridin menjadi contoh nyata bagaimana kita bisa tetap tenang menghadapi masalah. Ini penting untuk membentuk anak yang tidak mudah marah atau menyerah ketika keinginannya tidak terpenuhi.
Baca Juga: Pembinaan Peserta Didik melalui Cerita Rakyat “Telaga Warna” di SDN Nanggala 02
Cerita Rakyat untuk Pendidikan Karakter
Mengapa cerita rakyat seperti Saridin penting? Karena anak-anak lebih mudah memahami pesan moral melalui cerita yang dekat dengan budaya mereka. Cerita rakyat juga memberikan contoh nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah diterima daripada sekadar nasihat langsung dari guru atau orang tua.
Sayangnya, di era sekarang, cerita rakyat semakin jarang digunakan dalam pembelajaran. Anak-anak lebih familiar dengan cerita luar negeri atau film animasi modern. Padahal, cerita-cerita lokal seperti Saridin menyimpan banyak pelajaran yang relevan dan membumi.
Temuan ini menegaskan bahwa menghidupkan kembali cerita rakyat di sekolah bisa menjadi strategi yang efektif dalam menanamkan karakter. Misalnya, guru bisa membacakan kisah Saridin di kelas, mengajak siswa berdiskusi tentang nilai-nilai yang terkandung, bahkan membuat drama sederhana yang melibatkan peran siswa.
Cara Menarik Mengajarkan Cerita Rakyat di Sekolah
Agar pembelajaran lebih menyenangkan, guru dan orang tua bisa mencoba berbagai cara seperti:
- Menggunakan media visual seperti gambar, komik, atau animasi sederhana untuk menarik perhatian siswa.
- Mengajak siswa membuat komik sendiri tentang cerita rakyat yang mereka pahami.
- Mengadakan panggung boneka atau drama kelas yang mengangkat kisah Saridin.
- Memberikan refleksi sederhana seperti menulis pengalaman pribadi tentang kejujuran atau kesabaran.
Tidak hanya guru, orang tua juga berperan penting dengan membacakan cerita rakyat di rumah atau mengajak anak berdiskusi tentang pesan moral dari cerita yang mereka tonton atau baca.
Baca Juga: Tanggapan Remaja tentang J.K. Rowling: Penulis Mendunia Harry Potter
Menjadi Generasi Berkarakter lewat Cerita Lokal
Cerita Saridin yang sakti mengingatkan kita bahwa membangun karakter anak tidak harus selalu dengan cara yang kaku. Lewat cerita, anak bisa belajar dengan cara yang menyenangkan dan membekas dalam ingatan mereka. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kesabaran yang ditanamkan sejak dini akan menjadi bekal penting bagi masa depan mereka.
Menghidupkan kembali cerita rakyat adalah cara sederhana tapi bermakna untuk melestarikan budaya sekaligus membentuk generasi muda yang berkarakter. Yuk, kenalkan lagi kisah-kisah lokal pada anak-anak kita. Jangan sampai warisan budaya yang sarat pelajaran ini terkubur oleh tren yang hanya sesaat.
Penulis: Ika Hardiyan Aksari, S.Pd.
Guru SD Negeri Kebonagung 3
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News