Meningkatnya berita hoax di Indonesia telah menjadi masalah serius yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia olahraga. Contoh terbaru adalah berita tentang Calvin Verdonk, seorang pesepakbola, yang disebut-sebut merindukan ayahnya yang menjadi korban tsunami Aceh.
Berita ini tertera dalam kanal Lahatpos.co, dalam berita tersebut juga menggabungkan cerita emosional Verdonk dengan diamnya pengamat sepak bola mengenai pertandingan Indonesia vs Irak di Piala Dunia, mengandung klaim yang meragukan dan menimbulkan pertanyaan mengapa berita hoax masih marak di Indonesia.
Berita ini dapat dikategorikan sebagai hoax karena ketidakakuratan faktanya. Tidak ada bukti atau informasi kredibel yang menghubungkan Verdonk dengan kehilangan ayahnya dalam tragedi tsunami Aceh. Selain itu, berita ini menggunakan narasi sensasional untuk menarik perhatian, yang sering kali menjadi ciri berita hoax.
Motivasi di balik penyebaran berita seperti ini biasanya berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan klik dan keuntungan iklan, serta meningkatkan viralitas di media sosial. Berita yang mengejutkan atau mengharukan lebih cepat menyebar di platform ini.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan maraknya penyebaran hoax di Indonesia. Salah satunya adalah kepentingan ekonomi.
Peningkatan klik dan kunjungan situs dapat memberikan keuntungan iklan yang signifikan. Selain itu, hoax sering digunakan untuk agenda politik, dengan tujuan mempengaruhi opini publik dan mendiskreditkan pihak tertentu. Sensasi dan popularitas juga menjadi faktor pendorong, karena berita sensasional lebih cepat viral dan menarik perhatian.
Baca juga:Â Tak Ada Hoax, Bukan Indonesia
Kurangnya literasi digital di masyarakat juga berkontribusi terhadap penyebaran hoax. Minimnya edukasi tentang cara mengenali berita palsu, kebiasaan membaca cepat tanpa memverifikasi sumber, dan kurangnya sikap kritis terhadap informasi adalah beberapa faktor yang memperparah situasi ini.
Di era digital ini, media sosial memainkan peran besar dalam penyebaran informasi. Informasi dapat menyebar dengan sangat cepat tanpa verifikasi, dan platform media sosial sering kali menunjukkan konten yang sesuai dengan keyakinan pengguna, memperkuat kepercayaan terhadap hoax. Kurangnya pengawasan dari platform-platform ini juga memperburuk masalah.
Dampak dari penyebaran berita hoax sangat merugikan. Secara sosial, masyarakat mendapatkan informasi yang salah, yang dapat mempengaruhi opini dan tindakan mereka, serta menyebabkan polarisasi sosial dengan menciptakan ketidakpercayaan dan kebencian.
Secara ekonomi, hoax dapat merusak reputasi media yang kredibel dan menyebabkan kerugian finansial bagi bisnis yang menjadi target hoax. Dampak pribadi juga signifikan, di mana individu yang menjadi target hoax dapat mengalami kerugian reputasi yang serius, serta stres dan kecemasan akibat menyebarnya berita palsu tentang mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada usaha bersama dari berbagai pihak. Verifikasi fakta harus selalu dilakukan sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi. Dengan cara membaca berita lebih dari satu sumber, memungkinkan kita untuk terhindar dari berita hoax.
Selain itu, peningkatan literasi digital melalui edukasi masyarakat tentang cara mengenali berita palsu juga sangat penting. Selain mengedukasi masuarakat, pemerintah perlu mengadakan pengawasan dan regulasi yang lebih ketat bagi media sosial dan platform berita untuk mencegah penyebaran hoax.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masalah penyebaran hoax di Indonesia dapat diminimalisir dan masyarakat bisa mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Penulis:
- Mahmuddin Yasin
- Ridwan Fatahillah
- Roy Juan Stevanus
- Nandita Rahmadania
- Andika Rizky Ramadhan
- Muhammad Fahzri Nur Syafiq
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Institut Bisnis Nusantara
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News