“Malaysia dan Singapura akan sebar racun melalui udara untuk membunuh COVID-19, khusus daerah Batam dan sekitarnya malam ini jangan keluar rumah di atas jam 11 malam dan jika besok pagi hujan, jangan sampai terkena hujan dan apabila masih ada pakaian atau barang penting di luar rumah harap dimasukan segera mungkin” itulah contoh pesan viral yang telah menyebar di Indonesia terkait dengan adanya virus COVID-19. Kepala Dinas Kesehatan dan Panglima Angkatan Tentara Malaysia telah mengkonfirmasi ketidakbenaran atas pesan viral tersebut. Padahal, banyak masayarakat Indonesia yang telah termakan oleh isu yang beredar tentang COVID-19 tersebut. Mengapa mereka bisa dengan cepat mempercayai adanya isu yang belum terkonfirmasi kebenarannya?
Literasi masyarakat Indonesia yang cukup rendah merupakan salah satu penyebab mereka mudah termakan oleh isu miring yang beredar. Pada tahun 2016 data dari United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization atau yang sering kita kenal dengan UNESCO menujukan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Hal ini berarti dari 1.000 warga Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki niat baca yang tinggi. Kurangnya minat baca membuat masyarakat Indonesia dengan mudah mempercayai berita hanya dengan membaca judul tanpa membaca isinya. Judul berita memang dibuat semenarik mungkin untuk menarik pembaca, namun terkadang judul yang clickbait tersebut tidak memiliki kesamaan dengan isi dari berita yang ingin disampaikan. Bagaimanapun juga judul tidak bisa merepresentasikan maksud dari berita dan pembaca masih perlu membaca keseluruhan isinya sebelum menarik sebuah kesimpulan. Seperti halnya ibu tidak bisa menyimpulkan bahwa setiap tangisan bayi menunjukan bahwa dia sedang lapar atau haus, bisa saja karena bayi tersebut merasakan suhu lingkungan yang panas. Intinya jangan menyimpulkan apapun sebelum kita tahu kebenarannya.
Literasi yang cukup rendah juga mengakibatkan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Dikutip dari Kompas.com Laras Sekarasih, PhD yang merupakan dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia mengatakan tidak adanya prior knowledge tentang informasi yang diterima bisa jadi memengaruhi seseorang untuk mudah percaya terhadap suatu informasi. Hal ini dibuktikan oleh informasi yang banyak tersebar melalui broadcast message yang berisi tentang ajakan untuk mrngunduh aplikasi guna untuk berdonasi melalui perusahaan tersebut. Kepercayaan orang-orang yang menyebar luaskan berita miring tersebut dikarenakan tidak ada pengetahuan yang ia miliki terhadap aplikasi yang dimaksud. Selain itu, Laras Sekarasih juga menyampaikan jika kita berbicara tentang media sosial atau media digital, pembaca harus bisa membedakan antara kemampuan mengevaluasi informasi dengan kemampuan mengoperasi gawai. Hal ini dikarenakan seseorang yang tech savvy belum tentu ia information literate. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan jika kita membaca sebuah berita wajib buat kita untuk mengkritisi berita tersebut, mengevaluasi informasi, dan mengembangkan literasi media.
Selanjutnya, banyaknya masarakat Indonesia yang mudah termakan hoax juga bisa dikarenakan oleh kepercayaan yang sangat tinggi terhadap suatu sumber dan terlalu mengagungkan sumber tersebut. Padahal seperti yang kita tahu bahwa semua orang atau pihak pasti pernah melakukan kesalahan, begitupulah seseorang yang membuat berita pada sumber tersebut. Selain itu tanpa kita sadari ketika seseorang terlalu mengagungkan orang lain atau suatu pihak, orang tersebut tidak akan memakai logikanya untuk mencari kebenaran atau bisa dibilang jika orang tersebut akan memandang sesuatu yang ia agung-agungkan tidak pernah melakukan kesalahan. Banyak juga masyarakat Indonesia yang tidak mempercayai sumber lain yang dianggap berbeda golongan karena sumber tersebut tidak sependapat dengan mereka. Padahal kebenaran bisa datang dari siapapun dan kapanpun, termasuk sumber berita yang memiliki perbedaan pendapat dengan kita. Bisa jadi jika sumber tersebut ternyata benar dan kita yang salah. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah mencari kebenaran tersebut bukan berpihak atau membela suatu sumber tertentu.
Penyebab masyarakat Indonesia yang mudah termakan berita miring juga bisa dikarenakan oleh banyaknya berita yang langsung disebarkan dari suatu sumber hanya karena mereka merasa bahwa berita tersebut mewakili perasaannya saat itu. Secara psikologis, seseorang seharusnya mencari kebenaran dari Informasi tersebut bukan malah membenarkan dari opini hasil pemikiran pribadi. Kembali lagi, manusia adalah makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan dan apabila kita salah seharusnya mengakuinya dan belajar dari itu bukan malah mencari pembelaan dan pembenaran tanpa menggali kebenaran dari opini kita masing-masing. Banyaknya berita yang disebar hanya karena sesuai dengan kondisi orang tersebut menggiring orang lain untuk membenarkan berita tersebut karena tingkat keseringan orang tersebut melihat berita itu dari media lainnya. Tingkat keseringan berita terlihat membuat orang lain merasa tidak perlu mencari kebenaran sesungguhnya dari berita tersebut.
Setelah kita mengetahui mengapa banyak masyarakat Indonesia yang termakan hoax, apa yang sebenarnya pelu kita lakukan untuk menhindari berita miring tersebut? Yang pertama kali pelu kita lakukan adalah cek narasumber tersebut, yang kedua adalah kita harus bisa mengantisipasi adanya judul berita yang provokatif karena judul tidak bisa merepresentasikan isi dari berita tersebut. Yang ketiga adalah kita harus bisa menyaring berita, jangan terburu-buru untuk membagikan berita tersebut sebelum kita mengetahui kebenarannya.
Fhadil Afdhani Rani
Mahasiswa Sampoerna University