Hikmah dalam Berdakwah bagi Remaja Muslim dari Surah ‘Abasa

Hikmah dalam Berdakwah

Allah telah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim. Dimana dengan Al-Qur’an kita bisa belajar dan mengajarkan baik kepada sesama muslim maupun yang lain, serta menjalani hidup dengan berpedoman yang baik. Salah satu surat yang dapat kita ambil hikmahnya untuk dipelajari dan dilaksanakan dalam kehidupan seharai-hari adalah surat ‘Abasa. Dalam surat ‘Abasaa ayat 1 sampai 10 terdapat sebuah kisah dimana Rasulullah mengabaikan salah satu umatnya yang bertanya kepadanya. Bahkan disebutkan dalam ayat pertama dari surat ini bahwa Rasulullah menampakkan wajah yang kurang bersahabat.

(٤) الذِّكْرَى فَتَنْفَعَهُ يَذَّكَّرُ أَوْ (٣) يَزَّكَّى لَعَلَّهُ يُدْرِيكَ وَمَا (٢) الأعْمَى جَاءَهُ أَنْ (١) وَتَوَلَّى عَبَسَ

Artinya: “(1) Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (2) karena telah datang seorang buta kepadanya. (3) tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), (4) atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” (QS. ‘Abasa, 80: 1 – 4)

Bacaan Lainnya

‘Abasa secara bahasa artinya, جَبْهَتِهِ وَجِلْدَ عَيْنَيْهِ بَيْنَ مَا جِلْدَ جَمَعَ “mengumpulkan kulit yang ada diantara dua mata dan kulit dahi”, yaitu mengerutkan dahi dan bermuka masam. Syaikh ‘Utsaimin berkata, “Nabipun berpaling darinya dan bermuka masam karena berharap para pembesar musyrikin masuk Islam. Seakan-akan beliau khawatir bahwasanya para pembesar tersebut akan merendahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika beliau berpaling dari para pembesar tersebut dan mengarahkan wajahnya kepada sahabat yang buta itu.

Dari kisah tersebut menjadikan timbul pertanyaan tentang siapa sebenarnya yang dimaksud orang buta dalam surat tersebut? Dia adalah Abdullah Ibnu Ummi Maktum yaitu seorang sahabat Rasulullah yang terkenal. Satu-satunya orang buta yang turut hijrah dengan Nabi  ke Madinah. Satu-satunya orang buta yang dua-tiga kali diangkat Rasulullah  menjadi wakilnya jadi Imam di Madinah jika beliau bepergian. Ibunda Ibnu Ummi Maktum tak lain adalah saudara kandung dari ibu yang melahirkan Khadijah, istri Rasulullah. Setelah di Madinah, ia pun menjadi salah seorang muadzin yang diangkat Rasulullah di samping Bilal.

Dilihat dari beberapa ayat tersebut diterangkan bahwa Allah telah menegur Rasul karena telah mengabaikan Abdullah Ibnu Ummi Maktum yang bertanya dan ingin mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh dengan memilih fokus terhadap dakwahnya kepada para pemimpin Kaum Quraisy. Al-Qasyani menulis dalam tafsirnya, Qur’an Surat ‘Abasa ini adalah teguran halus guna menyempurnakan langkah-langkah dakwah Rasulullah. Allahmengajarkan kepada rasul-Nya bahwa tugasnya adalah menyampaikan ayat-ayat-Nya kepada seluruh manusia tanpa kecuali. Siapa saja yang menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa; serta ingin memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga ia dapat menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan; maka haruslah disambut dan diperhatikan, serta lebih berhak untuk disikapi dengan lemah lembut. Tidak peduli apakah mereka itu kaum pejabat atau rakyat jelata, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Menurut As-Suyuthi, surat ini menunjukkan motivasi untuk menyambut orang-orang miskin terutama di majelis ilmu serta memenuhi kebutuhan dan hajat mereka dan tidak mengutamakan orang-orang kaya atas mereka.

(٩) يَخْشَى وَهُوَ (٨) يَسْعَى جَاءَكَ مَنْ وَأَمَّا (٧) يَزَّكَّى أَلا عَلَيْكَ وَمَا (٦) تَصَدَّى لَهُ فَأَنْتَ (٥) اسْتَغْنَى مَنِ أَمَّا

(١٠) تَلَهَّى عَنْهُ فَأَنْتَ

Artinya: “(5) Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, (6) Maka kamu melayaninya, (7) Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman), (8) dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), (9) sedang ia takut kepada (Allah), (10) Maka kamu mengabaikannya.” (QS. ‘Abasa, 80: 5 – 10)

Melalui ayat-ayat ini Allahmenegaskan bahwa Allah tidak menilai seorang manusia karena banyaknya harta atau tingginya jabatan. Sesungguhnya yang dipandang dan dinilai oleh Allah dari seorang manusia adalah ketakwaannya. Maka, bagi seorang da’i khususnya dan umat Islam umumnya, hendaknya memiliki sikap dan cara pandang yang berbeda dengan kebanyakan manusia. Sikap dan cara pandang mereka harus dibangun di atas fondasi nilai-nilai ilahiyah.

Sebagai generasi muslim seharusnya kita berkewajiban untuk membantu mensyiarkan Islam dengan baik. Dari kisah yang tersurat dalam ayat 1 sampai dengan 10 dari surat ‘Abasaa ini dapat kita ambil pelajaran tentang bagaimana kita berdakwah sebagai muslim yang baik. Pertama, sebaiknya kita dapat menyampaikan dakwah dengan bahasa yang santun serta jelas sehingga dapat diterima oleh penerima dakwah. Seperti yang telah Allah contohkan dengan menggunakan kata “Dia” sebagai kata ganti Rasul untuk menegurnya. Kedua, jangan sampai kita memaksakan kehendak atas apa yang telah kita dakwahkan karena pada dasarnya hidayah akan sampai ketika Allah berkehendak. Ketiga, tetap berdakwah tanpa memandang kasta ataupun kekayaan seseorang. Karena pada dasarnya setiap manusia berhak mendapatkan hak yang adil dengan bijak, Allah pun memandang hambanya berdasarkan ketaqwaannya. Keempat, berdakwahlah dengan ikhlas tanpa mengharapkan suatu imbalan jika pun mendapatkan sebuah pemberian maka cukup diterima dan syukuri tanpa meminta lebih. Kelima, hendaknya dapat memahami tentang mana yang harus didahulukan dan mana yang harus diakhirkan. Seperti dalam kisah dijelaskan bahwa Allah menegur Rasul untuk mendahulukan Abdullah Ibnu Ummi Maktum yang memang benar bersungguh-sungguh ingin mempelajari Islam dibanding para pemuka Quraisy yang belum tentu terketuk hatinya.

Azizah Nurinnisa
Mahasiswi IAIN Pekalongan

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.