Salah satu amalan yang ringan dilakukan tapi mendapat ganjaran yang besar yaitu berzikir kepada Allah, sebagaimana hadis nabi dalam Musnad Ahmad, No. 21065:
و قال معاذ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ألا أخبركم بخير أعمالكم وأزكاها عند مليككم وأرفعها في درجاتكم وخير لكم من تعاطي الذهب والفضة ومن أن تلقوا عدوكم غدا فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم قالوا بلى يا رسول الله قال ذكر الله عز وجل
Musnad Ahmad 21065: Mu’adz bin Jabal berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang paling baik, paling membersihkan harta, paling mengangkat derajat dan lebih baik bagi kalian dari pada memiliki emas dan perak dan lebih baik dari berhadapan dengan musuh kalian esok hari lalu kau penggal leher-leher mereka dan mereka juga memenggal leher-leher kalian?” Mereka menjawab: Ya wahai Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mengingat Allah AzzaWaJalla.”
Ada banyak zikir yang secara khusus diajarkan oleh Rasulullah SAW. Baik zikir yang tekaitkan dengan waktu seperti zikir pagi dan petang maupun zikir yang tidak terkait dengan waktu yang bisa diamalkan kapan dan di mana saja.
Namun di antara banyak zikir yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, ada satu zikir yang Rasullah SAW menyebutnya sebagai zikir yang paling utama. Adapun zikir tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Ibnu Hibban, No 846 di mana Nabi SAW bersabda: أفضل الذكر لا إله إلا الله “Sebaik-baik zikir yaitu laailahaillallah.”
Tidak ada zikir yang setara dan semulia dengan zikir tersebut, oleh sebab itu para ulama mengatakan, “Sepantasnya bagi seitap hamba untuk memperbanyak mengucaapkan zikir tersebut setelah selesai menunaikan shalat wajib maupun shalat sunnah.
Zikir bisa dilakukan dalam hati saja dan bisa juga dengan melafazkan dengan lisan disertai men-tadabburi dalam hati. Iman an-Nawawi mengatakan: berzikir dengan lisan bersamaan menghadirkan dalam hati itu lebih baik daripada hanya berzikir dalam hati. Namun jika hanya berzikir dengan lisan tetapi tidak disertai men-tadabburi dalam hati maka itu tidak termasuk zikir. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad bahwa jika sesorang berzikir kepada Allah akan tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah maka dia tidak termasuk orang yang berzikir melainkan dia adalah seorang yang lalai, dan orang seperti ini disarankan untuk bertobat dengan memperbayak istigfar.
Al-Qathbu al-Muhaqqiq yaitu Sahl bin Abdullah berkata “Saya tidak mengenal maksiat yang paling buruk daripada orang yang lisannya berzikir kepada Allah tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah. Semoga Allah SWT memelihara kita dari kelalaian dalam berdzikr dan menganugerahi kita rasa keikhlasan dalam setiap beramal.”
Penulis: Samaruddin
Mahasiswa Ilmu Hadis UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News