Evaluasi Tablet

Pendahuluan 

 Salah satu jenis obat yang penggunaannya diminati yaitu jenis sediaan obat padat yang diminumnya dengan cara oral.

Sa’adah (2015) menyatakan bahwa obat oral tablet ini merupakan salah satu jenis sediaan yang berbentuk padat dengan kandungan obat serta proses disintegrasi nya dapat dialami dengan cepat biasanya dalam waktu hancur kurang lebih 60 detik ketika berada dalam lidah.

Bahkan dalam masa hancur tersebut sebenarnya tidak memerlukan tambahan air yang banyak untuk menelan obat. Tablet ini merupakan salah satu jenis sediaan yang praktis, namun dalam pembuatannya diperlukan bahan tambahan yang mengandung eksipien.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ibuprofen dan Paracetamol

Jenis tablet sangat beraneka macam mulai dari tablet oral, salut film, kunyah, sublingual, pembagi, effervescent, tentunya masih banyak jenis tablet lainnya. Jenis tablet-tablet tersebut dalam penggunaannya berbeda-beda. Cara pembuatan tablet dibedakan menjadi cara cetak serta kempa.

Obat tablet terbentuk tidak hanya berasal dari bahan aktif namun perlu bahan tambahan zat tertentu yang jenisnya berbeda dalam setiap obat tergantung pada fungsinya. Dalam pembuatan tablet terdiri dari tiga metode yaitu metode granulasi kering, cetak, beserta granulasi basah.

Tablet yang paling banyak diproduksi secara umum merupakan jenis tablet yang cara konsumsinya ditelan sepenuhnya, namun saat ini seiring dengan berkembangnya zaman tablet lain pun mampu berkembang secara pesat saat ini yaitu salah satunya adalah jenis tablet yang mampu untuk terdisolusi dengan cepat bahkan sebelum air dikonsumsi.

Parfati dan Rani (2018) menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadi pertimbangan dalam tablet dan harus diperhatikan terkait dengan formulasi sediaan yaitu terkait dengan bentuk serta ukuran. Dalam sebuah tablet terdapat jenis-jenis permasalahan salah satunya terkait dengan ukuran tablet, tablet yang memiliki ukuran besar akan sulit ditelan sehingga mampu menyebabkan adanya luka pada tenggorokan serta esofagus.

Tempat disebutkan dalam United State Food and Drug Agencies bahwa ukuran tablet yang disarankan tidak lebih dari 22 mm, hal ini dikarenakan ukuran tablet yang kecil akan mempermudahkan proses konsumsi sehingga pasien yang menggunakan tablet sebagai obat andalannya tidak akan mengalami luka.

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ampicilin dan Amoxicillin

Selain ukuran bentuk juga sangat penting untuk diperhatikan karena konsumsi tablet dengan bentuk oval akan lebih mudah jika dibandingkan dengan konsumsi obat pada bentuk kaplet.

Apalagi jika obat yang dikonsumsi memiliki bentuk bulat maka itu merupakan obat yang paling sulit untuk dikonsumsi karena proses penelanannya pun tidak mudah.

Selain obat tablet biasa tersebut ada juga obat tablet dengan jenis orodispersible, yaitu obat sediaan padat yang memiliki kandungan cepat hancur ketika berada dalam atas lidah.

Tentu ketika obat mudah untuk cair akan menimbulkan rasa pahit yang tidak menyenangkan, namun obat tablet jenis orodispersible ini biasanya digunakan untuk menjadi alternatif sediaan padat kepada pasien yang mengalami kondisi tak sadar, sulit menelan, serta pada pasien geriatrik.

Berdasarkan keterangan tersebut menunjukkan bahwa tentu dalam keadaan tersebut uji mutu terhadap obat jenis tablet juga merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam evaluasi, hal ini didasari terkait dengan keamanan serta syarat yang telah dilaksanakan dalam proses pembuatan obat. Sehingga obat memiliki mutu yang menjamin untuk kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Mekanisme Amlodipine dan Teofilin

Metode 

Metode yang digunakan dalam proses penulisan artikel evaluasi kapsul keras ini menggunakan metode kajian teoritik, yang seumber-sumber dalam penulisannya diambil dari jurnal, buku, serta berbagai sumber lainnya.

Proses pengkajian dari sumber-sumber tersebut dilakukan dengan pengambilan informasi yang penting lalu dikaji serta disusun secara ulang menggunakan kalimat sendiri tanpa mengubah makna dalam tulisan yang tetap berdasarkan sumber tersebut.

Hasil dan Pembahasan 

Selain kapsul obat jenis sediaan padat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat yaitu jenis tablet. Obat jenis tablet yang banyak dikonsumsi ini terdiri dari berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk hati, oval, bulat, dan lain-lain. Namun yang paling mudah untuk ditelan merupakan obat dengan bentuk oval.

Berdasarkan rute pemberian obat, tablet ini diklasifikasikan menjadi tablet kompresi konvensional yang diproduksi dengan teknik kempa tablet mudah hancur dalam lambung. Jenis lainnya yaitu kompresi berlapis merupakan obat tablet yang dapat menghasilkan tablet salut.

Tidak hanya itu tentunya masih banyak jenis tablet lainnya namun pada proses pengembangannya, saat ini jenis sediaan tablet lebih mengarah pada sistem yang mampu untuk melakukan penghantaran obat transmukosa pada rongga mulut.

Baca Juga: Evaluasi Kapsul Keras

Parfati dan Rani (2018) menyebutkan bahwa jenis bahan aktif yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan sediaan tablet orodispersible salah satunya yaitu analgesik yaitu salah satu jenis obat yang mampu untuk mencegah disfungsi ereksi. 

Teknik pembuatan tablet orodispersible ini menggunakan cara konversi pengisian larut air dengan jumlah disintegran yang besar. 

Berbagai macam keuntungan ditawarkan pada jenis obat sediaan tablet ini, mulai dari pelepasan zat aktifnya yang dapat diatur, cara pemakaian mudah, kandungan zat aktif seragam, proses pembuatannya dapat secara besar-besaran sehingga hal ini dapat menjadi keuntungan tersendiri terkait dengan harganya yang murah, (Tungadi, 2018).

Cara pemformulasian tablet dapat dilakukan dengan mempertimbangkan eksipien yang dicampur. Dalam hal ini eksipien juga memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi harus mampu menghasilkan granul yang memiliki aliran kompresibilitas, eksipien yang dipilih pun harus memiliki mutu yang baik sehingga mutu tablet juga menjadi lebih tinggi dan mampu didukung lebih lanjut oleh eksipien terkait dengan pemenuhan syaratnya. 

Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet jenis kempa dilakukan dengan cara mencetak produk dengan mesin, tabel jenis kempa ini merupakan salah satu sediaan padat yang penggunaannya paling banyak karena harganya yang relatif murah.

Baca Juga: “Retort” Metode Sterilisasi Pangan Komersil

Proses pembuatan metode kempa dilakukan menggunakan dua cara yaitu kempa langsung serta metode granulasi, kempa langsung dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang mengalir dengan sifat kohesivitas yang tinggi sehingga mampu untuk dilakukan pencetakan dengan mesin tanpa adanya proses pencampuran ataupun penambahan bahan basah.

Sedangkan metode granulasi merupakan metode yang memiliki tujuan untuk menjadikan partikel-partikel kecilnya bersatu sehingga mampu menjadi sebuah gumpalan permanen.

Sa’adah (2015) juga menyatakan bahwa metode pencetakan yang lebih mudah yaitu dengan cetak langsung karena memiliki keuntungan prosesnya jauh lebih singkat dibandingkan metode pencetakan lainnya.

Murtini (2018), menyebutkan bahwa dalam proses pencetakan terdiri dari empat fase yaitu pengisian die dengan granul, fase pencetakan granul, fase pengeluaran tablet, serta fase pencetakan selanjutnya. Tablet tersebut tentunya juga harus melewati proses uji sediaan tablet yang berfungsi untuk menguji kualitas mutunya.

Tahap yang harus dilalui dalam proses uji ini terdiri dari dua tahapan yaitu mulai dari tahap sediaan bobot hingga tahap evaluasi sediaan granul. Pada tahap evaluasi sediaan granul proses pengujian yang dilakukan terlebih dahulu yaitu sesuai dengan tingkat persyaratannya didasarkan pada uji waktu air, uji kadar lembab, serta uji persen kompresibilitas.

Baca Juga: Swamedikasi atau Pengobatan Sendiri saat Menangani Penyakit Maag

Pada proses uji waktu alir ini syarat yang digunakan merupakan masa yang tidak lebih dari 1 detik menggunakan berat 10 gram, lalu dalam metode uji persen kompresibilitas kerapatan dari granul sendiri tentunya dapat mempengaruhi proses kompresibilitas kelarutan serta porositas dari tablet itu sendiri, dalam proses pengujian ini alat yang digunakan yaitu menggunakan joulinh tester dilakukan dengan cara memasukkan granul ke dalam gelas ukur lalu dapat dihitung persen terhadap kompresibilitasnya.

Ujian terakhir yaitu uji kadar lembab namun hanya dilakukan pada jenis granulasi basah, pada penggunaan alat moisture analyzer boeco uji kadar lembabnya dapat dilakukan dengan waktu yang jauh lebih cepat serta mudah sehingga alat ini memiliki keuntungan tersendiri dalam pengujian kadar lembab.

Lalu pada tahap selanjutnya terkait dengan evaluasi sediaan tablet dapat dilakukan dengan cara uji visual, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji kerapuhan, serta uji waktu hancur.

Pada proses uji visual sendiri dapat diketahui bahwa secara bentuk visual mampu mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap penampilannya seperti halnya warna, bentuk, bau, rasa, cacat pada fisiknya, sehingga dalam hal ini uji visual perlu dilakukan agar mampu memberikan kesan yang menarik.

Dalam uji keseragaman bobot sendiri volume bahan tentunya harus disesuaikan dengan bobot rata-rata yang telah ditetapkan sehingga tidak ada penyimpangan bobot terhadap tablet, lalu dalam proses uji keseragaman ukuran dapat diukur menggunakan jangka sorong tentunya ketebalan serta ukuran dari tablet sendiri harus semenarik mungkin dan juga semudah mungkin sehingga ketika proses konsumsi tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat yang mengkonsumsi.

Baca Juga: Glukokortikoid

Lalu pada uji kekerasan tablet tentunya hal ini dilakukan karena tablet harus memiliki daya kuat serta kekerasan dan mampu bertahan terhadap guncangan, ketika pengujian ini dapat dilakukan menggunakan alat manual serta alat digital.

Evaluasi pada uji kerapuhan sendiri dilakukan untuk mengukur kekuatan tablet yang akan dipasarkan, hal ini tentunya karena tabel yang mudah rusak dan mudah hancur akan memberikan kesan yang negatif kepada konsumen dan tentu saja dalam hal ini konsumen akan melakukan mutu dan kualitas tablet yang mudah hancur.

Tahap evaluasi yang dilakukan terakhir yaitu uji waktu hancur jika didasarkan pada FI maka waktu hancur yang diperlukan tidak boleh melebihi 15 menit pada masa hancur tablet salut, sedangkan pada tablet salut membutuhkan waktu hancur yang tidak boleh lebih dari 60 menit.

Dalam hal ini setiap evaluasi yang telah dilakukan tentunya memiliki standar mutu yang sesuai dengan ketetapan Farmakope, evaluasi terhadap jenis obat sediaan tablet ini perlu dilakukan sehingga mutunya terjamin.

Simpulan 

Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi terhadap tablet memiliki keunggulan serta kekurangannya tersendiri, namun meskipun begitu dapat dilakukan berbagai macam tahapan evaluasi yang berhubungan dengan produk tablet sebelum dipasarkan sehingga tablet memiliki kualitas yang sesuai dengan persyaratan yang telah dikeluarkan oleh Farmakope Indonesia.

Baca Juga: Peran Kecerdasan Buatan dalam Pelayanan Kesehatan

Proses pengujian mutu yang dapat dilakukan dapat melalui uji waktu hancur, uji waktu kekerasan, uji terhadap keseragaman bobot, keseragaman ukuran, beserta uji kerapuhan. Evaluasi yang telah dilakukan tersebut tentunya telah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan sehingga keamanannya pun mampu terjamin.

Saran

Obat tablet yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat secara bebas ini dalam menjamin mutunya harus dilakukan teknik evaluasi secara tepat, sehingga masyarakat memiliki keyakinan lebih tinggi terhadap kualitas yang sudah menjadi prasayarat dalam Farmakope Indonesia.

Penulis: Veny Hayati
Mahasiswa DIII Farmasi, Poltekkes Hermina, Jakarta, Indonesia.

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi:

Murtini, G., & Elisa, Y. (2018). Teknologi Sediaan Solida. (1st ed.) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mutiawati, Y., & Dkk, . (2014). Formulasi dan Evaluasi Tablet Alprazolam 1 mg. IJPST, 1(1).

Parfati, N., & Rani, K. (2018). Sediaan Tablet Orodispersibel. (1st ed.) Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.

Rohmani, S., & Rosyanti, H. (2019). Perbedaan Metode Penambahan Bahan

Penghancur secar Intragranular- Ekstragranular terhadap Sifat Fisik serta Profil

Disolusi Tablet Ibuprofen. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical

Research, (02), DOI: 10.20961/jpscr.v4i2.33622

Sa’adah, H. (2015). Optimization Of Orally Disintegrating Tablet (Odt) With Direct Compression Using Simplex Lattice Design Analysis. Media Sains, 2(8).

Tungadi, R. (2018). Teknologi Sediaan Solida. (1st ed.) Wade Group.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.