Fenomena Tisu Magis: Kapitalisme dalam Hubungan Seksual

Berbicara masalah gender tidak melulu perihal emansipasi wanita. juga tidak melulu perihal kekerasan yang dilakukan pria terhadap wanita. Saya mencoba menarik benang merah antara gender dan Kapitalisme. Di tengah malam nan gelap gulita ditemani segelas kopi kali ini, entah wangsit darimana datang dengan sendirinya.

Saya terpikir untuk menulis perihal “Tisu Magic”. Ya. Sekilas terlihat ngawur dan mungkin akan mendapat kecaman. Tak masalah, bagiku urusan ranjang adalah permasalahan gender yang unik dan mungkin belum banyak dibahas. Mungkin kini, ini hanyalah tulisan iseng. Namun menurut saya, bisa dikembangkan dengan penelitian lebih lanjut.

Marilah bertanya, apa sih “Tisu Magic”? Mengapa saya tertarik untuk membahasnya?

Bacaan Lainnya
DONASI

Tissue Power Magis atau biasa disebut “Tisu Magic” adalah obat kuat pria untuk tahan lama berulang-ulang yang berbentuk tisu basah, sangat cocok untuk kaum pria yang mengalami ejakulasi dini secara premature, sangat aman digunakan karena tisu ini mengandung anti septik dan tidak perlu takut alergi jika memakainya”[1].

“Tisu Magic” menjadi fenomena baru dalam urusan ranjang. Jika membicarakan perihal obat kuat bagi pria, biasanya kita akan terpikir perihal Viagra, minyak arab, dan sebagainya. Baik obat kuat yang digunakan dengan cara diminum atau dioleskan pada alat vital pria. Namun “Tisu Magic” berbeda. Adanya “Tisu Magic” menjadi pertanda bahwa majunya teknologi di dunia ini telah mengakar, hingga urusan ranjang. Efesiensi yang ada dalam “Tisu Magic” begitu tinggi karena begitu mudah didapat dan digunakan. Kini telah dipasarkan secara bebas di berbagai supermarket.

Biasanya “Tisu Magic” dipajang di dekat kasir, berdampingan dengan perkakas seks lainnya seperti kondom dan test pack (alat penanda kehamilan). Dengan harga yang sangat terjangkau, kepuasan seks selama lebih dari satu jam non-stop dapat tercapai, katanya.

Sumpah demi Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya belum pernah membeli apalagi menggunakannya.

Apa hubungannya “Tisu Magic” dengan gender?

Menurut saya, “Tisu Magic” dibuat untuk mengangkat harga diri pria di ranjang, katanya. Hal tersebut karena stigma yang beredar dan telah menjadi rahasia umum bahwa kepuasan di ranjang itu karena lama durasi hubungan seksual.

Saya menolak stigma dan rahasia umum tersebut. Menurut saya, kepuasan di ranjang itu perihal bagaimana pria memperlakukan istrinya dengan kasih sayang. Bagi saya, cinta tidak melulu urusan ranjang. Harga diri pria tidak ditentukan oleh lama durasi berhubungan seksual. Istri yang baik adalah istri yang menerima seratus persen kondisi suaminya berdasarkan janji setia yang disepakati pada saat Ijab Kabul pernikahan.

“Tisu Magic” jelas adalah produk Kapitalisme. Produsen “Tisu Magic” mengiming-imingi kepuasan di ranjang karena bertahan lama dalam hubungan seksual, agar banyak pria mengkonsumsinya. Pada akhirnya, pria diarahkan agar tidak bisa lepas dari “Tisu Magic”. Agar pria merasa ada yang kurang jika belum menggunakan “Tisu Magic” saat berhubungan seksual.

Bagi saya, hal tersebut menurunkan martabat seorang pria. Permasalahan gender, kan?

Mungkin terlihat sepele, namun coba anda pikirkan kembali. Betapa Kapitalisme begitu mencengkeram dalam kehidupan manusia, bahkan hingga urusan ranjang.

ASLAMA NANDA RIZAL
Mahasiswa Ilmu Sejarah UGM 2013

[1] http://tisupowermagic.com/ diakses pada 10 Mei 2015 pukul 01.05 WIB

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI