Film Romance Comedy Lawas, tapi Ngebahas tentang Diskriminasi Gender Juga? Review Film She’s the Man (2006)

Film Romance Comedy Lawas, tapi Ngebahas tentang Diskriminasi Gender Juga? Review Film She’s the Man (2006)
Poster Film She's the Man (2006)

She’s the Man adalah film komedi romantis bertema olahraga yang dirilis pada tahun 2006 dan memiliki durasi selama 105 menit.

Film ini menyajikan perpaduan antara humor, cinta, dan ambisi yang siap menggugah tawa dan hati.

Disutradarai oleh Andy Fickman. Dibintangi oleh Amanda Bynes sebagai Viola, Channing Tatum sebagai Duke Orsino, Laura Ramsey sebagai Olivia, Robert Hoffman sebagai Justin, James Kirk sebagai Sebastian, dan masih banyak lagi.

Mengapa saya tertarik me-review film She’s the Man? Sebab, film ini masih sangat relevan di zaman sekarang karena mengangkat isu diskriminasi gender dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, misalnya dalam dunia yang didominasi laki-laki seperti olahraga.

Bacaan Lainnya

Film ini menunjukkan bahwa perempuan juga mampu bersaing dan kedudukannya setara dengan laki-laki sekaligus menjadi contoh bagaimana media dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan.

Meski tergolong film lama, pesan tentang stereotip dan perjuangan perempuan untuk mendapat kesempatan yang sama masih sangat relevan, menjadikannya menarik untuk di-review, bukan hanya karena unsur komedinya, tetapi juga karena isu gender yang diangkat.

Baca Juga: Faktor-Faktor yang Menjadikan Film 2nd Miracle Cell No 7 Layak untuk Ditonton

Selain mengangkat tema kesetaraan gender, yang menarik dari film ini yaitu plot yang menghibur dan tidak biasa.

Berbeda dengan film romcom 2000-an lainnya yang hanya bercerita tentang kisah romance yang disertai dengan adegan lucu, karakter utama di film ini digambarkan menjadi gadis tomboy yang tidak menyukai hal-hal feminim, seperti berhias, memakai gaun, menggunakan heels, dan lain-lain.

Chemistry tokoh utama Viola dan Duke juga harus diacungi jempol, didukung dengan alur yang anti-mainstream dan akting para pemain yang seakan match sungguh-sungguh perpaduan yang pas.

Kelebihan film ini secara keseluruhan yaitu mengandung pesan positif tentang pemberdayaan perempuan bahwa perempuan juga setara dengan laki-laki, ceritanya anti-mainstream, leluconnya tidak terpaksa dan benar-benar natural, serta akting pemain yang sangat totalitas.

Sedangkan, kekurangan film ini yaitu film ini tidak cocok untuk anak-anak dibawah umur karena banyak sekali kiss scene, banyak lelucon vulgar dan mengarah ke arah negatif.

Selain itu, beberapa karakter pendukung kurang mendapatkan pengembangan cerita yang mendalam sehingga hanya terkesan menjadi pelengkap saja, serta jika menonton film ini jangan terlalu memakai logika sebab scene Viola yang menyamar menjadi Sebastian sebenarnya sangat kentara sekali perbedaan fisiknya, suaranya, dan gesturnya yang mencurigakan.

Baca Juga: Review Film Bumi Manusia

Overall, film ini sangat worth it untuk ditonton saat kamu ingin menonton film yang ringan dan menghibur. Rate dari saya untuk film ini yaitu 8,65/10. Selamat menonton!

 

Penulis: Yulita Widya Andhara
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses