Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perubahan cepat dalam teknologi, ekonomi, dan sosial, pendidikan menjadi salah satu aspek yang harus beradaptasi dengan cepat. Fleksibilitas kurikulum bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berkembang.
Kurikulum kompetensi yang kaku dan tidak responsif akan menghambat pengembangan siswa yang dibutuhkan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Seperti yang telah diterangkan di dalam artikel yang berjudul Curriculum Flexibility in the Age of Change yang membahas mengenai pentingnya fleksibilitas kurikulum dalam menghadapi tantangan global yang terus berubah, seperti kemajuan teknologi dan kebutuhan keterampilan baru.
Yang mengharuskan semua orang untuk ikut mempertimbangkan arah masa depan pendidikan dan peran penting fleksibilitas kurikulum dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan yang akan datang.
Salah satu contoh penerapan fleksibilitas kurikulum di Indonesia adalah Kurikulum Merdeka yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Seperti yang dijelaskan di dalam jurnal artikel yang berjudul Exploring the Implementation of the Merdeka Curriculum: Flexibility and Local Relevance in Indonesian Education membahas konsep dasar Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas kepada sekolah-sekolah di Indonesia.
Artikel ini menganalisis implementasi kurikulum di lapangan, termasuk tantangan dan keberhasilan yang dihadapi. Penekanan diberikan pada relevansi lokal, di mana kurikulum diintegrasikan dengan konteks budaya, ekonomi, dan sosial setempat.
Dampak pada keterlibatan siswa juga dievaluasi, menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi dan relevansi pembelajaran.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. Dalam pendekatan ini, sekolah dapat memilih materi pelajaran, metode pengajaran, serta menyesuaikan penilaian sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekitar.
Misalnya, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yogyakarta SMP XYZ menghadapi tantangan dalam meningkatkan keterlibatan siswa dan relevansi pembelajaran. Dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka, sekolah ini berupaya mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan konteks budaya siswa.
Di mana sekolah tersebut memilih untuk memasukkan mata pelajaran yang berkaitan dengan kerajinan tangan lokal, seperti batik dan kerajinan kayu, sebagai bagian dari pelajaran seni. Ini membantu siswa memahami dan menghargai budaya mereka.
Dalam metode pengajaran, guru mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis proyek. Siswa bekerja dalam kelompok untuk merancang dan memproduksi produk kerajinan yang dapat dijual di pasar lokal. Proyek ini melibatkan masyarakat, sehingga siswa belajar langsung dari pengrajin lokal.
Penilaian yang dilakukan tidak hanya melalui ujian tertulis, tetapi juga melalui presentasi proyek dan umpan balik dari pengrajin lokal. Hal ini memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan keterampilan praktis dan kreativitas mereka.
Hasil dari penerapan ini menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan minat dan motivasi dalam belajar. Mereka merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan karena relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, siswa belajar keterampilan kolaborasi dan pemecahan masalah saat bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek. Mereka juga mengembangkan kreativitas melalui proses desain produk.
Melalui penerapan Kurikulum Merdeka, SMP XYZ berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih fleksibel dan relevan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di dunia kerja dengan keterampilan yang sesuai.
Manfaat dari fleksibilitas ini, siswa dapat lebih terlibat dalam proses belajar, karena materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, guru memiliki kebebasan untuk berinovasi dan menggunakan metode pengajaran yang lebih menarik.
Baca Juga: Tantangan Perubahan Kurikulum Pendidikan bagi Guru di Indonesia
Kurikulum Merdeka juga memungkinkan penekanan pada pengembangan keterampilan 21st century, seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan global.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana sistem pendidikan di Indonesia beradaptasi dengan kebutuhan zaman melalui kurikulum yang lebih fleksibel dan kontekstual.
Penulis: Rosita Izzatul Fatma
Mahasiswa Tadris Matematika Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News