Jangan Anggap Remeh Penipuan Digital: Ini Ancaman Nyata di Depan Mata

Era digital menjanjikan kemudahan dalam hampir semua aspek kehidupan mulai dari belanja, komunikasi dan juga investasi.

Tapi dibalik kemudahan ini semua, ada banyak ancaman besar yang meresahkan yaitu penipuan digital, sayangnya masih banyak orang menganggapnya sepele sampai akhirnya menjadi korban.

Penipuan digital bukan hanya sekedar keisengan di internet, ini adalah salah satu bentuk kejahatan serius yang mampu menguras habis tabungan, mengancam data pribadi, bahkan menghancurkan kepercayaan seseorang terhadap dunia digital.

Dan yang paling menyedihkan korban sering kali adalah orang-orang awam yang tidak tau bahwa satu klik bisa jadi awal dari malapetaka.

Bacaan Lainnya

Mengapa Penipuan Digital Sering Terjadi ?

1. Pertama karena literasi digital kita masih rendah, banyak masyarakat bahkan terpelajar yang belum terbiasa mengecek keaslian tautan, mengenali ciri-ciri phishing, atau membedakan situs resmi dan palsu.

2. Kedua, karena penegakan hukum masih tertinggal dari kecepatan pelaku kejahatan digital, dan juga banyak kasus berhenti di laporan polisi tanpa penjelasan penyelesaian.

Bahkan ada yang lebih mencemaskannya lagi, yaitu yang dimana penipu digital sekarang makin pintar.

Mereka tidak lagi mengandalkan situs palsu tapi juga memanfaatkan psikologi korban, salah satu contohnya? mengaku sebagai petugas bank, saudara, bahkan pejabat.

Ini yang disebut sebagai social engineering, bahkan mereka pun tidak meretas sistem mereka “meretas” kepercayaan kita.

Baca juga: Peraturan Perlindungan Data Pribadi: Menjaga Privasi di Era Digital

Ketika Negara Harus Hadir Lebih Kuat

Saya percaya bahwa negara tidak boleh tinggal diam, Literasi digital memang sangat penting, tapi regulasi dan penegakan hukum harus berjalan lebih cepat dan tegas.

UU ITE dan UU Perlindungan Data Pribadi sudah ada, tapi belum cukup jika tidak dibarengi dengan SDM siber yang kuat dan sistem pengaduan publik yang responsif.

Lembaga-lembaga seperti OJK, Kominfo hingga kepolisian harus membentuk sistem yang bukan hanya reaktif saat ada korban, tapi proaktif untuk mencegah korban baru.

Misalnya, salah satunya dengan membekukan rekening penipu secara cepat, atau memverifikasi ulang akun-akun belanja daring dan iklan mencurigakan yang menyebar di media sosial.

Baca juga: Menghadapi Tantangan Digital: Cara Cerdas Menggunakan Internet di Era Modern

Kita Semua Bertanggung Jawab

Tapi tidak adil juga jika hanya menyalahkan pemerintah.

Masyarakat Pun juga harus ikut ambil bagian, yang dimana kita harus belajar mengenali modus-modus penipuan, mengedukasi orang-orang disekitar, dan berani dalam melapor adalah langkah awal untuk memutus rantai kejahatan digital.

Sebagian orang mungkin berkata:”Saya tidak terlalu aktif di dunia digital, jadi aman-aman saja”.

Tapi kenyataannya, justru ancaman ini tidak memilih korbannya, siapa saja bisa terkena bahkan orang tua kita yang masih belajar memakai ponsel pintar, atau anak-anak muda yang tergoda tawaran investasi menggiurkan.

Baca juga: Eksplorasi Dampak Hate Speech Terhadap Kesehatan Pemuda di Era Digital

Kesimpulan

Jangan Sampai Menyesal Setelah Jadi Korban

Penipuan digital ini adalah salah satu bayangan gelap dari kemajuan teknologi, ia tumbuh di ruang-ruang dimana kesadaran dan perlindungan belum hadir.

Karena itu, jangan tunggu sampai menjadi korban untuk peduli. Kita perlu bersikap waspada sekarang bukan nanti, jika teknologi membawa masa depan maka keamanan digital adalah jembatannya dan jembatan itu tidak bisa dibiarkan rapuh.

 

Penulis: Olivia Putri Noah

Mahasiswa Jurusan  Ilmu Hukum, Universitas Pamulang

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses