Banyak netizen yang geram kepada Menteri Pendidikan Nadiem Makarim lantaran bahwa implementasi kurikulum ini tidak berjalan dengan baik. Masyarakat terus mengeluh dengan adanya Kurikulum Merdeka, baik guru maupun orang tua terus mengalami kerepotan.
“Saya melihat banyak sekali yang berkata bahwa saat di rumah, orang tua menyalahkan gurunya karena dianggap tidak mengajarkan anak muridnya dengan baik, namun seorang pendidik/ guru pun harus mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pusat pendidikan,” katanya.
Kurikulum Merdeka dikeluarkan pada tahun 2020 yang bertepatan dengan Pandemi Covid-19 dan diterapkan pada tahun 2022, menurut saya itulah mengapa Kurikulum Merdeka ini sulit diterima oleh siswa karena pada saat itu siswa menggunakan belajar daring dan saat tatap muka, kurikulum pun diganti menjadi Kurikulum Merdeka.
Padahal tidak semua siswa bisa menggunakan jaringan internet/ mengerti teknologi, bahkan di Indonesia masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang mendukung untuk Kurikulum Merdeka.
Di Kurikulum Merdeka ini mereka harus dibuat ‘semua harus bisa, semua harus sempurna’. Jika Kurikulum Merdeka ini ingin disempurnakan, pemerintah harus lebih dulu memberi fasilitas yang mendukung untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia, tidak hanya di kota saja tapi sekolah di desa pun sangat jarang yang diberi fasilitas mendukung. Pemerintah hanya memberi fasilitas yang mendukung kepada sekolah yang favorit.
Inilah mengapa sekolah di Indonesia banyak sekali terjadi ketimpangan sosial. Kita harus mencari solusi yang lebih baik agar pendidikan kita tidak hanya mengedepankan eksperimen, tetapi juga memberikan hasil yang nyata bagi generasi mendatang.
Keterlibatan semua pihak, termasuk pendidik dan orang tua, sangat penting untuk menyusun kurikulum yang benar-benar mendukung perkembangan siswa.
Penulis: Esi Dwi Lestari
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Lampung
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News