Kurikulum Pendidikan Islam di Era Modern yang Tidak Seimbang

Pendidikan Islam
Ilustrasi Pendidikan Islam (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Persaingan dalam dunia pendidikan di Indonesia bukanlah hal baru, melainkan merupakan manifestasi dari dinamika sosial dan pendidikan yang terus berkembang. Meskipun perbedaan kurikulum adalah hal yang lumrah, ketidakseimbangan antara kurikulum Pendidikan Agama Islam dan kurikulum Pendidikan umum dapat berdampak negatif pada masa depan peserta didik.

Di era modern ini, kurikulum memiliki pengaruh besar terhadap kesiapan siswa di dunia kerja. Kurangnya harmonisasi antara kedua kurikulum ini mengakibatkan minimnya peluang bagi peserta didik dalam mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam perlu memberikan perhatian serius terhadap pengembangan kurikulum agar peserta didik memiliki peluang yang lebih luas setelah menyelesaikan pendidikan mereka.

Baca juga: Reformasi Pendidikan: Bukan Cuma Ganti Kurikulum, Tapi Ubah Cara Kita Melihat Belajar

Bacaan Lainnya

Kurikulum Pendidikan Agama Islam saat ini menghadapi berbagai permasalahan, termasuk dikotomi antara pendidikan, tujuan, dan manajemen yang terpisah-pisah.

Model pendidikan yang masih bersifat tradisional, di mana siswa diperlakukan sebagai objek dan guru sebagai subjek, mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat pembelajaran menjadi monoton dan tidak efektif. Selain itu, fokus yang berlebihan pada materi normatif, seperti fikih dan akidah, mengakibatkan peserta didik kurang siap menghadapi tantangan di dunia kerja.

Mereka sering kali tidak memahami konteks sosial dan budaya, yang menciptakan kesenjangan dalam disiplin ilmu dan jalan hidup. Ketidakmampuan untuk mengaitkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan lainnya juga menghambat pengembangan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.

Dampak dari ketidakseimbangan kurikulum ini adalah lulusan Pendidikan Agama Islam sering kali kurang siap menghadapi tantangan zaman modern, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun mereka memiliki pemahaman yang kuat dalam aspek agama, mereka juga perlu menguasai keterampilan yang relevan di masyarakat.

Kurikulum yang tidak menekankan nilai toleransi dan moderasi dapat menyebabkan pemahaman agama yang sempit, yang berpotensi memicu radikalisasi dan intoleransi. Selain itu, ketidakseimbangan antara kurikulum Pendidikan Islam dan pengembangan budaya di kalangan umat juga perlu dicari solusinya.

Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam harus mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami relevansi antara kedua bidang tersebut. Kurikulum juga harus mencakup keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.

Peran guru sangat penting dalam proses ini; oleh karena itu, kualitas guru perlu ditingkatkan agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan interaktif. Pelatihan bagi guru juga diperlukan untuk memahami pentingnya nilai-nilai toleransi dan moderasi dalam Pendidikan Agama Islam.

Selanjutnya, penguatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai agama dalam kurikulum sangat penting agar peserta didik dapat mengembangkan akhlak mulia. Kurikulum harus memperhatikan perkembangan peserta didik secara holistik, tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.

Selain itu, kurikulum Pendidikan Agama Islam harus kontekstual, menyajikan norma-norma yang disertai dengan ilustrasi dari konteks sosial budaya, sehingga peserta didik dapat menghayati nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Berani Bermasa Depan dengan Pendidikan Agama Islam

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenjangan antara kurikulum Pendidikan Agama Islam dan kurikulum nasional perlu diselaraskan. Pihak lembaga pendidikan harus berkontribusi penuh dalam menangani kesenjangan ini agar hak-hak peserta didik dapat terpenuhi.

Dengan demikian, pelajar Pendidikan Islam akan mendapatkan ruang yang semestinya di dunia kerja, sehingga mereka dapat berkontribusi secara optimal dalam masyarakat.

 

Penulis: Cahyo Nurul Uzmawi
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, UIN Raden Mas Said Surakarta

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses