Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui jendela kaca gedung kantor PT Bank Negara Indonesia, memancarkan bayangan panjang di atas meja kerja Donita Nazellia. Jemarinya menari-nari di atas papan ketik dengan lincahnya saat ia meninjau dokumen pengadaan untuk proyek renovasi terbaru bank tersebut.
Di usianya yang baru 25 tahun, Donita mewakili generasi baru profesional perbankan-muda, melek teknologi, dan bersemangat untuk membuat jejak mereka di sektor keuangan yang terus berkembang di Indonesia.
“Kadang-kadang saya mendapati mereka memperhatikan saya bekerja,” ujar Donita dengan lembut, merujuk pada rekan-rekannya yang lebih tua. “Cara saya menavigasi berbagai spreadsheet dan database tampak seperti sulap bagi mereka.” Ia berhenti sejenak untuk membantu seorang rekan kerja senior yang kesulitan dengan sistem pengarsipan digital – sebuah adegan yang berulang kali terjadi di hari kerjanya.
Itu adalah pagi yang biasa terjadi di divisi pengadaan dan aset tetap BNI, tempat Donita bekerja sejak kelulusannya pada tahun 2022. Cerita tentang bagaimana ia bisa mendapatkan posisi ini masih membekas di matanya.
“Saya mendapat panggilan wawancara di hari kelulusan saya,” kenangnya sambil tertawa mengingatnya. “Saya sedang mengenakan gaun wisuda ketika telepon saya berdering. Saya harus meminta mereka untuk menjadwal ulang – untungnya, mereka mengerti.”
Namun, dibalik tampilan luar salah satu bank terbesar di Indonesia ini, ada dinamika yang menarik yang terjadi setiap hari. Donita menemukan dirinya berada di persimpangan dua dunia: tuntutan perbankan modern yang canggih dan elemen manusia dari tenaga kerja yang menua yang bergulat dengan perubahan teknologi.
“Kami memiliki rekan kerja berusia lima puluhan yang sering membutuhkan bantuan untuk melakukan tugas-tugas dasar komputer,” jelasnya. “Ini bukan sekedar mengajari mereka cara menggunakan perangkat lunak, ini tentang membangun kepercayaan mereka terhadap teknologi”.
Baca Juga: Apakah Lulusan Ekonomi Pembangunan Selalu Bekerja di Bank?
Tantangan yang dihadapinya tidak hanya terbatas pada kesenjangan teknologi antar generasi. Dalam dunia administrasi perbankan yang serba cepat, tenggat waktu membayangi seperti awan badai. “Kadang-kadang rasanya seperti berpacu dengan waktu,” akunya, sambil melirik kalendernya yang penuh dengan tanggal-tanggal penting. “Setiap proyek pengadaan memiliki tenggat waktu yang ketat, dan satu penundaan bisa berujung pada banyak masalah.”
Perannya meliputi mengatur proses pengadaan yang kompleks untuk renovasi gedung dan kantor. Mulai dari menganalisis data proyek hingga bernegosiasi dengan vendor dan menyusun kontrak, hari-hari Donita dipenuhi dengan detail rumit yang membutuhkan keahlian teknis dan keterampilan orang. “Ini seperti memimpin sebuah orkestra,” jelasnya. “Jika setiap instrumen tidak memainkan perannya dengan sempurna, keseluruhan simfoni akan berantakan.”
Mata administrator muda ini menjadi serius ketika membahas masa depan industrinya. “AI mengubah segalanya,” katanya. “Tetapi hal ini juga menciptakan peluang dan tantangan. Perusahaan-perusahaan kesulitan menemukan kandidat dengan perpaduan yang tepat antara keterampilan teknis dan lunak. Itulah mengapa saya terus belajar dan beradaptasi.”
Saat matahari sore mulai meredup, Donita meluangkan waktu sejenak untuk membimbing rekan kerja lainnya melalui prosedur digital. Adegan ini mungkin yang paling tepat untuk menggambarkan esensi perannya – tidak hanya sebagai administrator, tetapi juga sebagai jembatan antara masa lalu tradisional perbankan dan masa depan digitalnya.
Baca Juga: Inovasi Teknologi dalam Layanan Perbankan Syariah: Tantangan dan Peluang di Era Digital
“Kuncinya adalah keseimbangan,” ia merenung, sambil mengumpulkan barang-barangnya saat hari kerja berakhir. “Kita perlu merangkul teknologi tanpa kehilangan sentuhan manusia yang membuat perbankan berjalan dengan baik. Bagaimanapun juga, di balik setiap dokumen pengadaan dan berkas digital, ada manusia – dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan oleh algoritma.”
Bagi Donita Nazellia, kesuksesan di dunia perbankan modern bukan hanya tentang menguasai teknologi atau memenuhi tenggat waktu. Ini adalah tentang membantu membangun tempat kerja di mana generasi yang berbeda dapat berkembang bersama, di mana efisiensi bertemu dengan empati, dan di mana masa depan perbankan terbentuk dari pelajaran digital satu demi satu.
Penulis: Cecille Nesya Cantika Darmawan
Mahasiswa Jurusan Komunikasi, Universitas Presiden
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News