Membedah Skizofrenia: Antara Realitas Klinis dan Mitos Mistis di Masyarakat Indonesia

“Mendapatkan bisikan gaib” headline berita yang sering terlihat akhir-akhir ini lalu disusul dengan kata pembunuhan, salah satunya dikutip dalam BBC news Indonesia dengan berita yang berujudul ‘Ibu bunuh anak kandung di Bekasi karena ‘bisikan gaib’ terindikasi skizofrenia.

“Cerminan kegagalan deteksi dini kasus gangguan jiwa’’ berita-berita seperti ini kerap kali muncul, pembunuhan terhadap orang terdekat dengan alasan mendengar bisikan ghaib, padahal dalam dunia psikologi masalah ini merupakan masalah serius yang harus segera ditangani.

Di abad ke-20 ini Indonesia masih saja menyukai hal-hal mistis, menurut Kepala Laboratorium Departemen Ilmu Sosiologi Universitas Sumatera Utara (USU), Muba Simanihuruk, beliau memberi penjelasan soal fenomena warga yang mengaitkan suatu peristiwa dengan hal mistis singkatnya warga Indonesia sebagian tidak memiliki keinginan yang kuat untuk melihat sesuatu dari pandangan ilmu pengetahuan, terkadang menurut mereka melihat sesuatu hal dari pandangan mistis dianggap lebih seru dari pada dari pandangan ilmu pengetahuan.

Bukan hanya itu karena menurut Muba terkadang beberapa orang terididik yang sering kali memiliki tingkat literasi rendah yang pada akhirnya beberapa kaum terididik ini memilih mempercayai hal irasional dibandingkan mencari tahu hal-hal yang rasional melalui ilmu pengetahuan.

Bacaan Lainnya

Salah satu problem utama dalam Masyarakat kita adalah kurangnya kesadaran pada kesehatan mental, masyarakat kita menganggap kesehatan mental tidak jauh lebih penting dari kesehatan jasmani, selain itu masyarakat masi menganggap bahwa semua orang yang memiliki gangguan mental adalah orang gila, dan rumah sakit jiwa adalah tempat aneh, padahal sama halnya dengan rumah sakit pada umumnya, rumah sakit jiwa juga adalah tempat penyembuhan bagi jiwa, bukan hanya tubuh saja yang memerlukan kesehatan, jiwa juga sesuatu yang penting.

Akibat dari kurangnya kesadaran akan kesehatan jiwa dan kurangnya minat masyarakat melihat sesuatu dari ilmu pengetahuan dan lebih menyukai melihat melalui sesuatu gaib atau mitos, akhirnya muncul pernyataan-pernyataan tertentu seperti ‘bisikan ghaib’.

Bisikan ghaib yang diakui dialami oleh beberapa pembunuh adalah hal yang sering terjadi di Indonesia, setelah diteliti lebih lanjut ternyata ia mengalami gangguan mental yang dinamakan skizofrenia, skizofrenia sendiri adalah gangguan mental berat yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi.

Penderita skizofrenia bisa mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan berpikir. Maka dari itu pengidap skizofrenia sering merasa ada bisikan gaib padahal itu halusinasinya.

Beberapa kasus pembunuhan di Indonesia yang lalu diketahui bahwa pelaku pengidap skizofrenia adalah dilansir dari BBC.com seorang ibu berinisial SNF berumur 26 menusuk anak kandungnya berusia lima tahun sebanyak 20 kali hingga tewas di Bekasi, selanjutnya dilansir dari humas.polri.go.id pembunuh wanita dekat central park mengidap skizofrenia paranoid, dan kasus-kasus lainya.

Dari beberapa kasus pembunuhan karena mendengar bisikan gaib ternyata menurut DALY rates atau Disability Adjusted Life Years menyebut bahwa jumlah pasien skizofrenia di Indonesia menduduki peringkat nomer satu sedunia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu Masyarakat Indonesia adalah orang dengan gangguan jiwa berat, maka dari itu bukan hal aneh lagi apabila Masyarakat kita sering mengkaitkan bisikan gaib pada sesuatu, karena faktanya pasien skizofrenia tidak mampu membedakan antara sesuatu yang nyata dan tidak.

Lagi-lagi masyarakat harus lebih aware dan belajar untuk memandang sesuatu melalui ilmu pengetahuan, karena kita sudah mendapat posisi nomer satu dunia atas kasus skizofrenia, mari kita lebih menghargai para pengidap gangguan jiwa dan tidak melakukan diskriminasi terhadap mereka, karena layaknya orang sakit pada tubuhnya, orang dengan penyakit mental juga membutuhkan perhatian dan bantuan yang sama.

Penulis: Valensi Annora Syandana

Mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, Universitas Islam Negeri Surabaya

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses