Hari ini, saat melihat anak-anak bermain dengan ayah mereka di taman, aku kembali teringat akan sosok yang tak pernah hadir dalam hidupku. Ayah. Kata yang selalu terasa asing di telingaku, meskipun aku tahu ia adalah separuh dari diriku.
Aku tumbuh tanpa pernah merasakan pelukan hangat seorang ayah, tanpa pernah mendengar kata-kata penyemangat dari bibirnya. Kehilangannya sejak kecil meninggalkan luka yang tak kunjung sembuh.
Aku sering bertanya-tanya, bagaimana rasanya memiliki seorang ayah? Bagaimana rasanya merasakan kasih sayang dan perlindungan seorang pria yang kuat?
Ketiadaan sosok ayah membuatku tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Aku belajar untuk mengandalkan diri sendiri, untuk menghadapi segala rintangan tanpa harus bergantung pada siapa pun.
Baca Juga: Mencari Harapan di Tengah Kegelapan: Kisah Ayah dan Anak di The Road
Namun, di balik kemandirian itu, tersembunyi rasa kesepian yang mendalam. Aku merindukan sosok yang bisa menjadi tempatku bermanja, yang bisa membimbingku dalam menghadapi lika-liku hidup.
Aku pernah mencoba mencari sosok ayah pengganti dalam diri orang lain. Namun, tak satupun yang bisa mengisi kekosongan yang ada di hatiku. Aku sadar, tak ada yang bisa menggantikan peran seorang ayah.
Meskipun begitu, aku tak ingin terpuruk dalam kesedihan. Aku memilih untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidupku. Aku bersyukur memiliki ibu yang luar biasa, yang selalu ada untukku. Aku juga bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukungku.
Aku percaya, hidup tanpa seorang ayah bukanlah akhir dari segalanya. Aku akan terus belajar dan tumbuh, menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Aku akan mencari makna hidupku sendiri, tanpa harus bergantung pada sosok yang tak pernah ada.
Penulis: Fidelis R Daiman
Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Pamulang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
