Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi yang terjadi di Indonesia, tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat saat ini adalah arus informasi yang tidak terfilter dengan baik.
Penyebaran hoaks, berita palsu, dan penggunaan strategi clickbait oleh media menjadi masalah nyata yang berpotensi mengganggu stabilitas sosial dan politik. Inilah mengapa media awareness memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana media bekerja dan dampaknya terhadap masyarakat menjadi hal yang sangat krusial di Indonesia.
Fenomena hoaks, terutama menjelang pemilu, merupakan salah satu contoh konkret betapa pentingnya media awareness. Dalam beberapa tahun terakhir, kita sering menyaksikan bagaimana informasi yang tidak terverifikasi tersebar luas di media sosial, memengaruhi opini publik, dan bahkan mengancam demokrasi.
Berita-berita palsu yang sengaja disebarkan dengan tujuan untuk memecah belah masyarakat, sering kali memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada berita yang sudah terverifikasi.
Media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Twitter menjadi sumber utama dalam penyebaran informasi ini, dan tanpa adanya kesadaran media yang baik, masyarakat menjadi rentan terhadap informasi yang menyesatkan. Tidak hanya di bidang politik, fenomena clickbait juga semakin marak di media online.
Banyak media yang mengutamakan judul sensasional untuk menarik perhatian pembaca, tanpa memedulikan kualitas atau keakuratan informasi yang disampaikan. Padahal, banyak orang yang hanya membaca judul tanpa membaca isi berita secara menyeluruh, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh berita yang salah.
Hal ini menjadi semakin berbahaya, mengingat jumlah pengguna media sosial di Indonesia yang sangat besar. Dengan informasi yang cepat tersebar, kesalahan dalam memahami atau menyebarkan berita dapat menyebabkan dampak yang cukup luas, mulai dari kesalahpahaman hingga perpecahan sosial.
Baca juga:Â Keterkaitan Pancasila dengan Media Sosial Saat Ini
Selain itu, rendahnya tingkat literasi media di Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk masalah ini. Generasi muda, yang sangat aktif menggunakan media sosial untuk mencari informasi, sering kali tidak memiliki keterampilan untuk menganalisis dan memverifikasi kebenaran informasi yang diterima.
Dalam banyak kasus, mereka lebih cenderung menerima informasi begitu saja tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut, yang akhirnya menyebabkan mereka terjebak dalam jebakan hoaks atau berita yang bias.
Misalnya, informasi mengenai vaksinasi yang salah kaprah atau pengobatan alternatif yang tidak terbukti kebenarannya sering kali tersebar di media sosial, dan tanpa adanya kesadaran media yang cukup, masyarakat bisa dengan mudah tertipu oleh informasi tersebut.
Sebagai negara dengan keberagaman budaya dan masyarakat yang sangat dinamis, Indonesia perlu meningkatkan kesadaran media untuk menyaring informasi yang beredar di masyarakat dengan lebih bijaksana. Salah satu langkah penting untuk mencapai hal ini adalah melalui pendidikan literasi media.
Program literasi media seharusnya tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui komunitas-komunitas lokal maupun kampanye publik. Masyarakat perlu dilatih untuk membedakan berita asli dan palsu, memahami cara kerja media, dan mengevaluasi sumber informasi yang mereka terima.
Pendidikan literasi media juga harus mencakup instruksi tentang bagaimana cara memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Dengan begitu, masyarakat akan lebih kritis terhadap informasi yang diterima dan tidak mudah terpengaruh oleh konten yang bersifat sensasional atau manipulatif.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, penting untuk mengajarkan generasi muda terutama untuk berpikir kritis dan menganalisis setiap informasi yang datang, baik itu melalui media sosial, situs web, atau bahkan dari teman-teman mereka sendiri.
Tidak hanya itu, peran media itu sendiri juga sangat penting. Media yang bertanggung jawab seharusnya berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat, berimbang, dan transparan.
Sebagai contoh, media harus menanggapi dengan serius dampak dari penyebaran informasi yang salah, terutama dalam hal isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan dan politik. Media yang memiliki kesadaran terhadap perannya dalam masyarakat bisa menjadi agen perubahan yang positif dengan mendidik audiensnya tentang pentingnya berpikir kritis dan memverifikasi informasi.
Akhirnya, meningkatkan media awareness adalah langkah penting untuk membuat masyarakat Indonesia dapat lebih bijaksana dalam mengonsumsi dan menyebarkan informasi.
Dengan kesadaran media yang tinggi, masyarakat tidak hanya bisa melindungi diri dari informasi yang salah, tetapi juga dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan media yang lebih sehat dan produktif.
Dalam dunia yang semakin dikuasai oleh informasi digital, media awareness menjadi alat yang sangat penting untuk melawan dampak negatif dari miss-informasi dan membangun masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan harmonis.
Indonesia memerlukan perubahan besar dalam cara kita menggunakan dan berinteraksi dengan media. Edukasi literasi media harus menjadi prioritas agar masyarakat bisa menjadi konsumen informasi yang lebih bijak, yang tidak hanya sekadar menerima informasi begitu saja, tetapi juga memilah dan menyaringnya dengan cermat.
Ini adalah satu-satunya cara agar kita bisa menghindari jebakan hoaks, berita palsu, dan manipulasi opini yang dapat merusak tatanan sosial dan demokrasi kita.
Penulis: Kelompok Bibit 2
- Neisya Shakila – 2411001
- Cyndi Delviani – 2441118
- Harry Tan – 2441127
- Angelin – 2441354
- Emerson – 2441218
- Frento – 2441105
- Heby Rorencia Lim – 2442107
- Leon Ruslie – 2431118
- Micah Pierson Doshua Panjaitan – 2432024
- Nicholas Syahputra – 2432050
- Novi Yanti Loisa Awola – 2441235
- Windsen Orion – 2431108
- Winnerson Teonatta – 2411008
- Yohan Paul Silitonga – 2431109
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News