Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Tempe sebagai Alternatif Biogas Ramah Lingkungan

Alternatif Biogas Ramah Lingkungan
Ilustrasi Tahu Tempe (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang berperan sebagai pemroduksi dan konsumen tahu tempe terbesar di dunia.

Seiring berjalannya waktu, populasi dunia termasuk Indonesia semakin berkembang pesat dan dengan berkembang pesatnya populasi, membuat demand tahu tempe di Indonesia juga bertambah, sehingga pabrik berskala besar mulai memproduksi makanan tersebut.

Dari hasil produksi suatu hal pastinya akan menyisakan limbah yang tidak terpakai. Kebanyakan dari limbah tersebut langsung dibuang ke sungai, beberapa perusahaan juga telah menyaring atau memfilter limbah tersebut sehingga layak dibuang dan tidak mencemari sistem perairan. Namun, jika limbah tersebut hanya dibuang apa adanya tidak akan memberikan manfaat lebih bagi pihak manapun.

Bacaan Lainnya
DONASI

Yang menjadi limbah cair atau air limbah yang tidak terpakai pada produk tahu disebut dengan air dadih. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran air, seperti warna sungai menjadi keruh dan menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai.

Sebenarnya, air dadih ini memiliki kandungan senyawa-senyawa organik yang cukup tinggi seperti kandungan protein, lemak, dan karbohidrat atau senyawa-senyawa organik yang masih cukup tinggi. Senyawa-senyawa tersebut dapat diuraikan dengan cara aerob maupun anaerob, sehingga menghasilkan gas metana yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan biogas.

Apa itu Biogas?

Biogas merupakan produk akhir dari hasil pencernaan atau degradasi anaerob bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob dalam lingkungan bebas oksigen atau udara. Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54 – 80 % volume) dan karbodioksida (CO2, 20 – 45 % volume) serta sejumlah kecil H2, N2 dan H2S.

Berat jenis gas metana 0,554, kelarutannya dalam air rendah, pada suhu 20 °C dan tekanan 1 atm. Gas metana termasuk gas yang stabil (BPPT, 1997). Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas methana (CH4).

Gas methana hasil pencernaan bakteri tersebut bisa mencapai 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor biogas, sedangkan sisanya didominasi CO2. Bakteri ini bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (anaerob), sehingga proses ini juga disebut sebagai pencernaan anaerob (anaerob digestion).

Bakteri Metanogen adalah bakteri yang bertindak sesuai dengan metana (gas) bahan organik dan hasil dan gas-gas lain sedang dalam proses daur hidup perlengkapan mereka dalam satu kondisi anaerob (Siska,2010).

Baca juga: Sampah Makanan dan Ketahanan Pangan: Peran Ilmuwan Pangan

Proses Pembuatan Biogas dari Limbah Tahu Tempe

Proses fermentasi limbah cair tahu tempe diawali dengan menyiapkan reaktor biogas, mengukur kadar keasaman (pH) limbah cair tahu, lalu memasukan limbah cair tahu tempe ke dalam reaktor dengan kuantitas 75 liter. Catat data-data ukuran seperti temperatur, tekanan biogas di dalam reaktor volume biogasnya.

Pada hari ke 7 buang biogas yang ada di dalam reaktor, karena bercampur dengan udara, biogas tersebut tidak bagus, jika digunakan akan sulit terbakar dan suka terjadi ledakan gas jika bereaksi dengan oksigen. Setelah itu tutup kembali, lalu proses permentasi dilanjutkan lagi, pencatatan data diteruskan sampai tidak ada lagi penambahan volume biogas yang dihasilkan.

Sekali-kali reaktor digoyang atau di aduk supaya terjadi penguraian limbah yang sempurnah dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas. Setelah hari terakhir, tutup kran di reaktor lalu hubungkan saluran penampungan ke kompor gas untuk menguji biogas yang dihasilkan.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan proses fermentasi limbah cair tahu yang baik diperlukan konstruksi reaktor biogas yang tidak terlalu rumit (cukup sederhana) dan tidak harus kokoh serta bahan yang tidak harus mahal juga tidak terlalu berbahaya.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari proses fermentasi anaerobik, diperlukan beberapa perlakuaan tersendiri seperti temperatur sebaiknya di jaga, jangan sampai melebihi atau di bawah dari temperatur yang diisyaratkan.

 

Penulis: Aston Martin Sasmita
Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Airlangga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI