Polemik dipaksa mundurnya Tim Indonesia dari kejuaraan All England 2021 membuat Asosiasi Badminton Indonesia (PBSI) dan juga Komite Olimpiade Nasional (NOC), melakukan aksi untuk melaporkan BWF terhadap pengadilan olahraga dunia. Hal ini terjadi atas ketidakadilan pihak BWF terhadap tim Indonesia. Para atlet menyayangkan kenapa bisa terjadi hal seperti ini, padahal All England adalah kejuaraan tertua dan juga mempunyai gengsi yang sangat tinggi.
Kata Kunci: Indonesia, England, PBSI, Atlet,
Pendahuluan
All England adalah sala satu event bulu tangkis tertua dan paling prestius di dunia diadakan pada tahun 1899 dengan nama the open English championship. Kejuaraan ini juga merupakan kejuaraan paling popular di dunia dan merupakan kejuaraan yang cukup bergengsi di dunia bulutangkis. Ajang ini merupakan kejuaraan yang sangat ditunggu tunggu bagi pebulutangkis dan juga bagi penikmat bulutangkis di seluruh dunia.
Pada kejuaraan All England sudah banyak atlet Indonesia yang mendapatkan gelar yang sangat bergengsi ini. Di antaranya, Rudi Hartono dengan 7 gelar juara, Tjun Tjun/Johan Wahjudi dengan 6 gelar juara, Susi Susanti 4 gelar juara, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan 3 gelar juara, dan Liem Swie King dengan 3 gelar juara juga.
Baca Juga: Mitos Atau Fakta: Setelah Berolahraga Wajib Melakukan Ini
Artikel ini akan membahas mengenai apa yang terjadi pada tim Indonesia di kejuaraan All England 2021 yang diselenggarakan pada saat Pandemic Covid 19. Pokok masalah ini didasarkan pada di usirnya ataupun dilarangnya tim Indonesia bertanding di ajang kejuaraan All England 2021.
Pembahasan
All England 2021 dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 21 Maret 2021 yang diselenggarakan oleh Federasi Bulutangkis Inggris yang disetujui oleh BWF (Badminton World Federation), yang dilaksanakan di arena Birmigham di Birmigham Inggris.
Pada ajang All England 2020 pun Tim Indonesia berhasil menyumbangkan gelar melawati Ganda Campuran (XD) yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva yang berhasil mengalahkan pasangan wakil Thailand yaitu Denchapol Puavaranukroh / Sapsiree Taerattanachai.
Dan juga runner up melalui The Minions yaitu Marcu Fenaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang dikalahkan oleh pasangan Jepang yaitu Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Dengan tidak mengikuti ajang kejuaraan All England ini, sangat disayangkan oleh Praveen dan juga melati yang pada tahun 2020 merupakan juara di ajang ini. Mereka menyayangkan kenapa bisa terjadi hal yang sangat vatal.
Baca Juga: Manfaat Olahraga Teratur untuk Kesehatan Tubuh Manusia
Para atlet menyayangkan kenapa kejuaraan sebesar All England bisa terjadi hal ini, sedangkan kejuaraan Thailand Open dan Thailand Master bisa terjadi ataupun bisa melaksanakan dengan sangat baik. Para atlet sangat menghargai penyelenggara Thailand Master dan Thailand Open bisa menyelenggarakan Kejuaraan yang sangat baik, berbanding terbalik dengan penyelenggara All England.
Pada kejuaraan ini ada banyak kejanggalan yang dirasakan oleh tim Indonesia diantaranya pada saat pertandingan ganda putra Indonesia (Hendra Setiawan /M. Ahsan) dengan pemain Inggris (Ben Lane/Sean Vendy) yang pada saat itu service Judge yang ditugaskan juga berasal dari Inggris.
Tim Indonesia juga dipaksa mundur oleh panitia penyelenggara karena tim Indonesia terindikasi berada 1 pesawat dengan orang yang positif covid 19, tetapi ada juga pemain turki dan pelatihnya yang berada 1 pesawat juga dengan tim Indonesia, tetapi mereka pada awalnya tidak dipaksa mundur.
Perlakuan berbeda pun dirasa oleh tim Indonesia pada saat ada beberapa atlet yang pada saat kedatangan hasil PCR mereka positif tetapi bisa dilakukan tes ulang sehingga hasil negatif, tetapi tim Indonesia tidak diperkenankan melakukan tes ulang, padahal pada saat kedatangan hasil PCR tim Indonesia negatif. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari tim Indonesia terhadap perlakuan panitia dan juga BWF.
Pada saat pengusiran pun tim Indonesia yang berada di hall tidak diperkenankan pulang ke hotel menggunakan bis, tetapi diharuskan jalan kaki sampai ke hotel, sesampainya di hotel pun tim Indonesia tidak diperkenankan naik lift tetapi harus menggunakan tangga.
Atlet Indonesia menyayangkan hal tersebut, karena ini adalah sport ataupun olahraga yang di dalamnya dijunjung tinggi sportivitas, tetapi pada kejadian ini sportivitas tidak dijunjung tinggi. Terutama dirasa oleh Greysia Polii yang pernah merasakan hal yang hampir sama pada saat Olimpiade London yang disebutkan melanggar aturan.
Dari beberapa kejanggalan inilah timbul banyak pertanyaan dari Tim Indonesia yang berangkat ke Inggris, Ketua PBSI (Agung Firman Sampurna), Ketua NOC (Raja Sapta Oktohari), KEMENPORA (Zainudin Amali) hingga Bapak Presiden RI (Joko Widodo), mempertanyakan sikap BWF terhadap itu semua.
Pengaruh dari hal tersebut adalah rasa kekecewaan yang didapatkan oleh pemain, tim dan seluruh masyarakat Indonesia. Pemain Indonesia pun meluapkan kekecewaannya di sosial media sehingga masyarakat Indonesia mereport akun Instagram BWF sehingga akunnya sempat hilang beberapa saat.
Baca Juga: Penanganan Cedera dan Pentingnya Olahraga bagi Masyarakat
Pengaruh dari kejadian ini pun para atlet menyayangkan karena pada ajang All England memang tidak dihitung poin untuk Olimpiade, tetapi pada ajang ini juga menentukan drawing untuk di Olimpiade tersebut sehingga jika bisa memenangkan di All England tersebut, maka akan memiliki drawing yang baik di Olimpiade.
Perlakuan BWF terhadap Tim Indonesia di sana pun membuat PBSI dan NOC merasa sangat dirugikan. Terlebih atas perlakuan yang dirasa tidak adil terhadap atlet Indonesia dan atlet dari Negara lain. Perlakuan tersebut menimbulkan aksi yang akan dilakukan oleh PBSI dan juga NOC yang akan melaporkan sikap BWF ke pengadilan olahraga dunia.
Beberapa saat setelah itu pun BWF sudah meminta maaf kepada Indonesia atas perlakuan ataupun atas kejadian yang telah menimpa tim Indonesia di All England melalui lama resminya. Dan pemerintah, PBSI dan juga NOC pun sudah meminta permintaan maaf yang dilayangkan oleh BWF.
Tetapi PBSI dan juga NOC akan tetap melaporkan ke Keadilan Olahraga dunia agar tidak terjadi lagi ke depannya. Dan tim Indonesia pun hanya meminta transparansi atas apa yang terjadi di sana agar bisa mengevaluasi apa kesalahan yang dilakukan agar tidak terjadi kembali.
Kesimpulan
Pada ajang kejuaraan All England 2021 banyak kejadian yang merugikan kontingen Indonesia. Kerugian itu menimbulkan banyak pengaruh terhadap atlet, pemerintah, asosiasi hingga masyarakat Indonesia sekalipun. Para atlet, Asosiasi Badminton Indonesia (PBSI) dan juga komite Olimpiade Nasional (NOC) merasa bahwa kejadian ini tidak adil bagi tim Indonesia, sehingga PBSI dan juga NOC akan melaporkannya kepada pengadilan olahraga dunia.
Sekalipun BWF telah meminta maaf, tetapi, tidak menurunkan niat PBSI dan juga NOC untuk melaporkannya. Tim Indonesia hanya meminta transparansi dan juga keadilan terhadap apa yang terjadi.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejuaraan_Bulu_Tangkis_Inggris_Terbuka (Diakses pada 9 September 2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/All_England_20 21 (Diakses pada 9 September 2021)
Silalahi Rosiana. ROSI, Drama Gagal Tanding All England. Kompas Tv. https://youtu.be/sZYcXIyGlzE
Shihab Najwa. Mata Najwa, Ujian di Lapangan.Trans7. https://youtu.be/WzLaLN7VE_Y
Dhalfany Fauziah Sofyan
Mahasiswa Ilmu Keolahragaan
Universitas Singaperbangsa Karawang
Editor: Diana Pratiwi