Penguatan Karakter Positif dalam Pemulihan Pasca-Perselingkuhan: Mengubah Rasa Sakit Menjadi Peluang Pertumbuhan

Cinta
Ilustrasi: istockphoto

Perselingkuhan merupakan isu yang sangat kompleks dalam banyak hubungan interpersonal di berbagai lapisan masyarakat. Di Indonesia, isu perselingkuhan sedang banyak diperbincangkan dengan munculnya beberapa publik figur yang melakukan tindakan tersebut.

Keterlibatan publik figur dalam perselingkuhan ini tidak hanya berdampak pada diri individu tersebut namun juga dapat berdampak luas pada masyarakat. Hal ini kemudian mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kesetiaan dan merusak nilai-nilai yang mendasari kehidupan berkeluarga.

Perselingkuhan adalah hubungan antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan suami/ istri yang sah (Nugraha & Rahmi, 2021). 

Bacaan Lainnya
DONASI

Faktor-faktor terjadinya perselingkuhan dipicu oleh perasaan kesepian yang dirasakan oleh pasangan, harapan-harapan pernikahan yang tidak tercapai, adanya gairah baru pada pasangan muda, atau bahkan ketidakhadiran pasangan baik secara fisik ataupun emosional.

Perselingkuhan yang terjadi dalam suatu hubungan dapat menjadi pukulan berat bagi pasangan yang terlibat. Dampaknya tidak hanya melibatkan aspek emosional, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada kepercayaan, integritas, dan kestabilan hubungan.

Banyak penelitian yang mencoba memahami dinamika perselingkuhan, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mencari cara untuk mengatasi dampaknya.

Salah satu pendekatan yang menarik perhatian saya adalah tentang bagaimana pengaplikasian psikologi positif dalam pemulihan pasca-perselingkuhan. Dalam hal ini, psikologi positif menekankan pada penguatan karakter positif seperti love dan self regulation.

Perselingkuhan tentu menyebabkan rasa sakit, kehilangan kepercayaan, atau bahkan perasaan rendah diri pada pasangan yang dikhianati. Individu yang terlibat akan mengalami keadaan emosional seperti perasaan trauma, kecemasan, dan kehilangan harga diri.

Dengan penguatan karakter positif, diharapkan dapat menjadi landasan seseorang untuk mengatasi dampak emosional serta membantunya membangun kepercayaan dan harga diri yang sehat.

Penguatan karakter positif juga dapat membantu individu memandang perselingkuhan dengan cara yang lebih konstruktif dan mencari pelajaran berharga untuk diri sendiri.

Selain itu, individu juga dapat mengembangkan kesetiaan, komunikasi yang sehat, dan kemampuannya untuk mengelola konflik dengan bijaksana.

Pemulihan pasca-perselingkuhan tidak hanya sebatas memperbaiki hubungan yang rusak, tetapi juga memberikan kesempatan bagi individu untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang lebih kuat.

Kekuatan Karakter: Love

Love yaitu menghargai hubungan dekat dengan orang lain, khususnya yang saling berbagi dan peduli. Love juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan yang intim, penuh kasih, dan saling mendukung.

Love atau kekuatan karakter cinta merupakan salah satu faktor terjadinya perselingkuhan. Namun di sisi lain, kekuatan karakter cinta dapat menjadi sumber pemulihan bagi seseorang yang terlibat.

Mereka dapat menggunakan kekuatan cinta untuk menghadapi keadaan yang sulit, memperkuat komunikasi, dan membangun kembali kepercayaan yang sebelumnya dihancurkan oleh perselingkuhan.

Selain itu, kekuatan karakter cinta berperan dalam menghadapi perasaan penyesalan, memaafkan diri sendiri, dan mencari keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan pasangan.

Kekuatan cinta berfungsi sebagai fondasi dalam membangun kembali kepercayaan, memperkuat ikatan, dan mendorong pertumbuhan pribadi serta hubungan yang lebih sehat di masa depan.

Kekuatan Karakter: Self-Regulation

Self-regulation dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan diri dan mengatur apa yang dirasakan dan apa yang akan dilakukan.

Dalam konteks perselingkuhan, self-regulation merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mencegah terjadinya perselingkuhan dan menjaga kesetiaan dalam hubungan. Self-regulation membantu individu mengelola dorongan dan godaan yang muncul dalam konteks perselingkuhan.

Ketika individu tergoda atau dihadapkan pada situasi yang berpotensi mengarah pada perselingkuhan, maka jika kekuatan karakter self-regulation yang tinggi dapat menggunakan strategi pengendalian diri, seperti mengalihkan perhatian, mengingat komitmen terhadap pasangan, atau mencari dukungan emosional yang sehat.

Self-regulation dapat membantu seseorang untuk senantiasa menjaga kesetiaan dan menghindari perselingkuhan.

Dalam hubungan yang penuh dengan ketegangan atau ketidakpuasan, seseorang dengan self-regulation yang baik mampu mengendalikan emosi negatif, menghindari bertindak impulsif, dan mencari solusi konstruktif untuk memperbaiki hubungan.

Mereka mampu mengatur diri dalam situasi yang menantang dan menghindari perilaku perselingkuhan sebagai jalan keluar. Kemudian, self-regulation juga berperan dalam membangun komunikasi yang efektif di antara pasangan.

Seseorang yang self-regulation-nya baik maka akan mampu mengendalikan reaksi emosional yang berlebihan, mendengarkan dengan empati, dan menyampaikan kebutuhan mereka dengan jelas dan terbuka.

Dengan kemampuan ini, mereka dapat mengatasi konflik, membangun kepercayaan, dan memperkuat hubungan yang sehat.

Mengubah Rasa Sakit Menjadi Peluang Pertumbuhan

Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perjalanan hidup setiap orang. Namun di balik itu semua, rasa sakit mengajarkan kita tentang ketahanan, ketabahan, dan kekuatan dalam menghadapi setiap tantangan hidup.

Ketika kita mampu mengubah pandangan kita terhadap kesakitan itu, maka rasa sakit itu akan menjadi jembatan menuju pertumbuhan pribadi dan perkembangan diri yang lebih besar.

Transformasi sejati terjadi ketika kita mampu mengubah rasa sakit menjadi momentum pertumbuhan. Memang, hal tersebut bukan proses yang mudah, namun kita mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi itu semua.

Jadikanlah rasa sakit sebagai alasan untuk bangkit, sebagai pemicu untuk menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Sehingga, kita akan belajar untuk memaafkan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kita akan belajar menghargai kehidupan dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Setelah perselingkuhan, seseorang memiliki pilihan untuk menjatuhkan diri dan mengizinkan rasa sakit merusaknya, atau mengambil langkah untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih kuat. Tetapi ingatlah bahwa terkadang, pertumbuhan datang melalui kesalahan dan kegagalan.

Jangan biarkan mereka menjadikanmu lemah, sebaliknya jadikanlah rasa sakit menjadi batu loncatan menuju versi terbaik dari dirimu sendiri. Percayalah, kamu mampu mengubah rasa sakit menjadi peluang pertumbuhan.

Penulis: 

Diva Resti Anggraeni
Mahasiswa Psikologi UIN SGD Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI