Tahukah Anda di era digital sekarang banyak sekali penyebaran berita hoaks bahkan ada buzzer-buzzer yang dibayar hanya untuk menyebarkan berita hoaks, baik kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan politik, tapi tahukah Anda asal-usul hoaks itu?
Menurut Prof. Rhenald Kasali asal kata hoax adalah hocus. Hocus artinya mengelabui. Hocus terjadi karena kejadian para tukang sulap yang kemudian mengelabui orang lain.
Menurut Rocky Gerung, kata hoaks pertama kali muncul dalam sejarah ilmu pengetahuan, yaitu ketika seorang profesor fisika bernama Alan Sokal menulis sebuah artikel di majalah bernama Social Text menggunakan nama samaran lalu dipuji-puji oleh redakturnya tanpa paham bahwa itu adalah bohong.
Konten hoaks meningkat setiap bulan sepanjang tahun 2024 meliputi bulan Januari sebanyak 143 konten, Februari sebanyak 131 konten, Maret sebanyak 162 konten, April sebanyak 143 konten, Mei sebanyak 164 konten, Juni sebanyak 153 konten.
Selanjutnya, temuan konten hoaks bulan Juli sebanyak 170 konten, Agustus sebanyak 162 konten, September sebanyak 173 konten, Oktober sebanyak 215 konten, November sebanyak 166 konten dan Desember sebanyak 141 konten.
Artinya penyebaran hoaks meningkat sepanjang tahun 2024 menjelang pemilu. Tidak menutup kemungkinan penyebaran hoaks demi kepentingan politik agar calon politisi tertentu bisa buruk di mata masyarakat, sehingga masyarakat tidak memilihnya.
Baca Juga: Sosialisasi Mengenai Pentingnya Literasi Digital: Kenali Hoaks dan Jaga Keamanan Data Pribadi
Maka dari itu, kita harus selektif memilih informasi dan jangan sampai kita termakan berita hoaks yang belum tentu kebenarannya, kita juga harus mengecek berita apakah berita itu fakta atau hoaks yang dibuat oleh buzzer-buzzer tertentu.
Dampak negatif dari berita hoax dapat merusak reputasi pribadi, organisasi, dan juga lembaga pemerintah.
Jika berita tersebut menyebar luas dan dipercayai oleh banyak orang, maka akan ada pihak yang dirugikan.
Dalam kasus tertentu, berita hoax bisa menimbulkan tindakan kekerasan. Misalnya, berita yang menyajikan informasi palsu suatu individu atau kelompok yang dapat menyebabkan suatu tindakan diskriminasi atau kekerasan terhadap individu atau kelompok tertentu.
Penulis: Sauqi Ainun Najib
Mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Pamulang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News