Peran Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Lingkungan Masyarakat

Upaya Mencegah Kenakalan Remaja
Sumber: pixabay.com

Kenakalan remaja merujuk pada perilaku negatif atau perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh remaja, baik dalam bentuk pelanggaran hukum maupun norma sosial. Perilaku ini seringkali melibatkan aktivitas seperti perkelahian, penyalahgunaan narkoba, merokok, atau perundungan (bullying).

Faktor penyebab dari kenakalan remaja memiliki peran penting dalam membentuk perilaku anak dan mencegah terjadinya perilaku negatif tersebut. Untuk itu, peran keluarga sangat diperlukan dalam mengatasi dan mencegah kenakalan remaja di lingkungan masyarakat.

Teori yang relevan dengan hal tersebut adalah teori sosial belajar oleh Albert Bandura, yang menjelaskan bahwa remaja cenderung meniru perilaku yang mereka lihat di sekitarnya.

Jika keluarga memiliki pola asuh yang kurang baik, seperti kurangnya perhatian atau pengawasan terhadap anak, maka remaja cenderung lebih mungkin meniru perilaku negatif tersebut, baik dari orang tua, saudara, maupun lingkungan sekitar.

Bacaan Lainnya

Remaja yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis sering kali merasa kurang kasih sayang dan perhatian. Selain itu, teori kontrol sosial dari Travis Hirschi juga mendukung pandangan tersebut. Hirschi menjelaskan bahwa kedekatan emosional antara remaja dan keluarga berperan besar dalam mencegah kenakalan remaja.

Ikatan yang kuat dengan keluarga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ketertarikan emosional pada remaja, sehingga mereka merasa lebih dihargai dan cenderung menghindari perilaku yang menyimpang.

Baca Juga: Pengaruh Keluarga dan Lingkungan pada Perkembangan Psikologis Remaja

Kenakalan remaja dapat dipicu oleh beberapa faktor. Faktor internal, seperti rendahnya harga diri, rasa frustrasi, kebosanan, atau kebutuhan akan perhatian, menjadi salah satu penyebab yang dapat mendorong remaja melakukan tindakan negatif.

Ketidakmampuan remaja dalam mengelola emosi dan tekanan seringkali mendorong mereka mencari pelampiasan di lingkungan yang tidak sehat. Faktor eksternal juga berperan besar. Pengaruh teman sebaya, tekanan sosial, dan masalah keluarga seperti perceraian atau kekerasan dalam rumah tangga, atau kurangnya perhatian orang tua dapat memperburuk situasi.

Remaja yang merasa diabaikan cenderung mencari validasi dan pengakuan dari teman sebaya, yang dalam beberapa kasus memiliki pengaruh buruk. Contoh kenakalan remaja yang sering terjadi antara lain tawuran antarpelajar, penggunaan narkoba, pencurian, dan perilaku vandalisme. Semua perilaku tersebut tidak hanya merugikan remaja itu sendiri tetapi juga membahayakan orang lain dan menimbulkan kerusakan sosial yang lebih luas di masyarakat.

Dampak dari kenakalan remaja sangat serius dan bisa mempengaruhi masa depan mereka. Selain merusak hubungan sosial, prestasi akademik pun ikut menurun karena fokus belajar dan semangat belajar yang hilang.

Kenakalan remaja juga dapat menimbulkan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, hingga kecanduan. Dalam jangka panjang, perilaku negatif ini dapat membentuk pola hidup yang destruktif, menghambat perkembangan diri, dan berpotensi terlibat dalam tindakan kriminal di usia dewasa.

Keluarga yang tidak memberikan perhatian, pengawasan, atau bimbingan yang baik memiliki risiko lebih besar dalam menghadapi masalah kenakalan remaja.

Orang tua yang tidak hadir secara emosional atau tidak memahami perasaan remaja membuat anak merasa terisolasi, tidak dihargai, dan mencari perhatian dari lingkungan luar yang belum tentu baik. Oleh karena itu, peran aktif keluarga menjadi kunci utama dalam mencegah dan menekan angka kenakalan remaja.

Baca Juga: Kesehatan Mental pada Remaja

Untuk mencegah kenakalan remaja, keluarga perlu berperan aktif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Keluarga harus membangun komunikasi yang terbuka dan positif dengan anak, di mana orang tua selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak mereka tanpa menghakimi atau bersikap kasar.

Komunikasi yang sehat akan membantu remaja merasa dihargai. Selain komunikasi, orang tua juga perlu menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak. Kasih sayang dapat ditunjukkan melalui tindakan sederhana seperti menghabiskan waktu bersama, mendukung kegiatan positif anak, atau memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai meskipun kecil.

Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dan mengurangi potensi mereka mencari perhatian di luar rumah dengan cara yang negatif.

Keluarga juga perlu menetapkan aturan yang jelas mengenai perilaku yang diterima dalam keluarga. Aturan ini harus disertai konsekuensi yang adil dan mendidik jika dilanggar, agar anak dapat memahami batasan perilaku.

Teladan yang baik dari orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat penting, karena anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat setiap hari. Jika orang tua menunjukkan perilaku positif, seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab, maka anak pun akan belajar untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.

Keluarga juga harus berupaya mengarahkan anak untuk terlibat dalam kegiatan yang positif dan bermanfaat, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial lainnya.

Melibatkan anak dalam aktivitas ini akan membantu mereka menyalurkan energi dan kreativitas ke arah yang lebih produktif, sekaligus menjauhkan mereka dari pengaruh negatif lingkungan.

Selain itu, keluarga perlu menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh dukungan di rumah. Keharmonisan dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, sehingga mereka lebih cenderung menjadikan keluarga sebagai tempat kembali saat menghadapi kesulitan.

Dengan demikian, peran keluarga sangatlah penting dalam mencegah kenakalan remaja. Melalui pola asuh yang penuh perhatian, komunikasi yang baik, serta pengawasan yang bijaksana, keluarga dapat membantu remaja untuk tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan tidak terjerumus dalam perilaku negatif.

Keluarga yang solid dan peduli akan menjadi benteng utama dalam menghadapi tantangan dari kenakalan pada remaja di tengah derasnya pengaruh negatif dari lingkungan.

 

Penulis: Silvania Sephiawardany
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

 

Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses