Secara umum pers merupakan lembaga sosial yang melaksanakan komunikasi massa dalam kampus dalam bentuk liputan jurnalistik. Sejak era reformasi, banyak kampus yang membuat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dalam bentuk kegiatan pers. UKM tersebut dibuat sebagai wadah mahasiwa untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan jurnalistiknya.
Bahkan untuk saat ini, banyak kampus yang mengadakan pelatihan-pelatihan jurnalistik terhadap mahasiswa. Dan tidaklah jarang, acara tersebut dihadiri oleh banyak mahasiwa. Hal ini menandakan bahwa, sudah banyak mahasiswa sangat antusias dengan kegiatan jurnalistik. Hal ini juga berkaitan bahwa karakter sebagian mahasiwa saat ini ialah ingin mencari tahu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi. Bahkan banyak mahasiwa yang menjadi reporter lepas atau jurnalis lepas dari media cetak maupun media eletronik.
Tetapi secara umum, mahasiswa yang menjadi pekerja lepas tersebut, sering mengikuti pelatihan jurnalistik terutama di dalam lembaga pers kampus. Pers di kampus juga berfungsi sebagai simbol yang menandakan bahwa kebebasan berekpresi telah ada. Sesuai dengan perspektif pemikir sosiologi George Mead dengan adanya simbol, orang dapat membayangkan realitas yang benar terjadi. Hal ini kita bisa lihat, bagaimana konten berita yang dibuat oleh jurnalistik kampus tersebut.
Pers jurnalistik kampus yang belum mendapatkan kebebasan berekspresi dapat kita lihat bahwa konten yang dimuat sangat terlalu berhati-hati. Yang dimaksud berhati-hati disini ialah berita yang ditayangkan cenderung tidak kritis terhadap kampusnya. Jadi seolah UKM Pers disini hanya sebagai simbol yang tidak mempunyai makna demokrasi. Dan mahasiswa yang membaca berita tersebut seolah sudah ditentukan porsinya untuk berimajinasi mengenai peristiwa-peristiwa yang ada.
Sedangkan pers jurnalistik kampus yang sudah mendapatkan kebebasan bereskpresi sering memuat berita-berita kritis terhadap kampusnya, walupun terkadang berita kritis sering dimuat tetapi kadang diimbangi pula dengan memuat berita postif kampusnya. Walaupun terkadang ada pers jurnalistik kampus yang cenderung hanya memuat berita kritis saja dengan dalih kebebasan dalam berpendapat. Tetapi dalam hal ini, mahasiswa sudah berimajinasi tanpa adanya intimidasi secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak-pihak lain.
Sebagian besar pers dikampus juga sering menampilkan karya kreatif mahasiswa seperti puisi, pantun, gambar dan lain lain. Hal ini bertujuan bahwa pers dikampus bukan hanya milik mahasiswa yang mengikuti UKM tersebut saja. Tetapi, pers di kampus juga milik seluruh mahasiwa kampus. Dan juga, mahasiswa yang kreatif meminta jurnalistik kampus untuk meliput kegiatannya. Seperti, meliput pentas seni mahasiwa fakultas.
Maka dari itu, untuk zaman saat ini, pers di kampus ialah sebuah simbol dalam mahasiswa sebagai tindakan berekpresi, tindakan mengkritik, tindakan bergerak bahkan tindakan kreatif. Simbol dalam pers kampus seolah membuat mahasiswa yang sebeneranya tidak tahu menjadi tahu dengan hal yang terjadi melalui interaksi secara tidak langsung dengan bahasa-bahasa yang terdapat dalam berita yang dimuat. Dan seperti yang dikatakan sebelumnya, mahasiswa tersebut, dapat membayangkan kejadian yang terjadi melalui interaksionalisme simbol dalam konten berita tersebut.
RADIFAN RIZKY ZHAFARI