Pada tanggal 15 Juni lalu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron bersama delegasi resminya melakukan kunjungan diplomatik ke Greenland, wilayah otonom yang berada di bawah Kerajaan Denmark. Kunjungan ini tidak hanya sebagai simbolik, tetapi juga menunjukkan solidaritas dan integrasi politik antar negara Eropa, khususnya di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Arktik.
Langkah tersebut sekaligus dianggap sebagai respons terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang beberapa kali telah menyatakan minatnya untuk membeli Greenland, dengan alasan potensi besar wilayah tersebut dalam cadangan mineral.
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, dan Perdana Menteri Greenland yang baru, Jens-Frederik Nielsen yang turut menyambut Presiden Prancis, menyebut kunjungan ini sebagai bentuk nyata komitmen Eropa dalam menjaga kedaulatan kawasan Arktik dari ambisi kekuatan besar dunia.
Baca juga: Rusia Memblokir 81 Media Uni Eropa sebagai Tindakan Balas Dendam
Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance juga telah melakukan kunjungan ke pangkalan militer milik Amerika yang berada di sebelah pantai barat denmark.
“Pesan kami kepada Denmark sangat sederhana, Anda belum melakukan pekerjaan yang baik untuk masyarakat Greenland” ucap Vance dalam kunjungan itu, Vance menyampaikan keprihatinan nya terhadap Denmark yang tidak bisa mengelola dengan baik serta dianggap mengabaikan wilayah otonom itu dan oleh karenanya Amerika tidak dapat lagi mengabaikan kondisi ini jika suatu waktu ancaman dari China dan Rusia masuk.
Tentunya pernyataan ini menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi masyarakat Greenland, terlebih karena sebelumnya Presiden Trump juga menyatakan bersumpah akan mendapatkan wilayah itu “dengan cara apapun”.
Setelah munculnya pernyataan kontroversial Amerika Serikat akan ambisinya mendapatkan wilayah Greenland, menanggapi hal ini, Presiden Emmanuel Macron melakukan kunjungannya ke Greenland, dan ini merupakan kunjungan asing pertama yang diterima oleh Greenland setelah terpilihnya perdana menteri yang baru, Jens-Frederik Nielsen.
Saat pertama kali sampai di ibukota Greenland, Nuuk, Macron menekankan bahwa tindakan Amerika Serikat ini bukanlah sesuatu hal yang patut dilakukan oleh negara sesama “aliansi/sekutu”, ia juga menambahkan “Penting untuk menunjukkan bahwa Denmark dan Eropa berkomitmen terhadap wilayah ini, yang memiliki kepentingan strategis yang sangat tinggi, dan yang integritas teritorialnya harus dihormati,“. dan di akhir pidatonya, Macron kembali menegaskan bahwa “Greenland is not for sale.”
Kunjungan ini Macron sebutkan sebagai bentuk untuk menyampaikan solidaritas dari Uni Eropa dan Prancis untuk kedaulatan dan integritas teritorial Greenland. Sebelumnya dalam Konferensi Kelautan PBB di Nice, Prancis termasuk salah satu negara yang menentang Trump dengan mengatakan hal yang sama juga, bahwa “lautan tidak untuk dijual, Greenland tidak untuk dijual, Arktik dan tidak ada laut lain yang untuk dijual“, kata Macron.
Dari dinamika yang terjadi antara Denmark, Prancis, Greenland, dan Amerika Serikat, dapat terlihat bahwa hingga kini Uni Eropa tetap eksis sebagai simbol solidaritas dan persatuan negara-negara Eropa. Bahkan Greenland meskipun bukan bagian dari Uni Eropa turut dirangkul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Melalui peringatan yang disampaikan Presiden Emmanuel Macron, Prancis secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka memainkan peran penting dalam politik kawasan Eropa.
Baca juga: NEOM: Analisis Geopolitik terhadap Proyek Ambisius Arab Saudi
Sementara itu, hubungan antara negara-negara Eropa, khususnya antara Denmark dan Prancis dengan Amerika Serikat, dikhawatirkan akan mengalami ketegangan di masa mendatang. Ambisi Amerika Serikat untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Eropa dianggap sebagai bentuk pengusikan terhadap kedaulatan negara lain.
Di sisi lain, negara-negara Eropa juga tidak menghendaki adanya intervensi terhadap kedaulatan mereka bahkan jika itu datang dari aliansi sendiri.
Penulis: Azmi Muzamil
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Andalas
Dosen Pengampu: Rifki Dermawan S.Hum, M.Sc
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News