Saat ini Indonesia sedang menghadapi masalah gizi yang kompleks. Mengutip dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2023, bahwa pada tahun 2030 diperkirakan 1 dari 5 wanita dan 1 dari 7 pria akan hidup dengan obesitas (setara dengan lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia).
Prevalensi obesitas global lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki dan jumlah terbesar orang dengan obesitas berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa kasus obesitas pada ibu hamil di Indonesia akan pula menjadi masalah gizi yang serius, sementara masalah laten gizi ibu hamil yaitu kekurangan gizi dan anemia belum juga terselesaikan.
Dapat dikatakan bahwa Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi dalam kehamilan, yaitu kekurangan gizi, anemia dan obesitas. Namun data nasional mengenai kelebihan berat badan dan obesitas dalam kehamilan masih terbatas.
Baca juga: Obesitas: Tantangan Kesehatan Global yang Kian Mengkhawatirkan
Kekurangan gizi dan anemia ibu hamil secara nyata terbukti berkorelasi dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Disebutkan dalam Profil Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik Indonesia tahun 2024, bahwa hingga tahun 2024 angka kematian ibu masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) yaitu sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Perdarahan pasca persalinan masih menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu. Anemia dan kekurangan gizi berkontribusi terhadap kasus perdarahan pasca persalinan, sehingga pemerintah memberikan perhatian banyak pada intervensi gizi berupa suplementasi zat besi pada ibu hamil.
Di sisi lain, obesitas juga telah ditunjukkan melalui berbagai penelitian memiliki korelasi dengan kematian ibu dan bayi. Obesitas pada ibu hamil dapat memicu terjadinya diabetes melitus dalam kehamilan dan preeklampsia. Preeklampsia juga merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu.
Sementara itu, pada janin dampak yang paling sering muncul ditimbulkan oleh obesitas dalam kehamilan adalah makrosomia (janin besar) yang ini akan meningkatkan risiko komplikasi dalam proses persalinan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aji, dkk pada tahun 2017-2018 terbukti bahwa kondisi berat badan berlebih dan obesitas sebelum kehamilan meningkatkan risiko kenaikan berat badan berlebih dalam kehamilan yang selanjutnya meningkatkan risiko meningkatnya hasil kehamilan yang buruk.
Pemerintah telah menetapkan berbagai program untuk mengatasi masalah gizi pada ibu hamil antara lain:
- Konseling gizi
- Pemberian Makanan Tambahan dan Suplemen Energi Seimbang
- Pencegahan dan manajemen anemia (termasuk pemberian Tablet Tambah Darah)
- Suplementasi Multi Mikronutrien (MMS)
- Penanggulangan Kecacingan
- Suplementasi Kalsium
- Suplementasi lainnya seperti Vitamin A, Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal.
Namun jika dikaji lebih lanjut, program tersebut cenderung lebih ditujukan pada masalah kekurangan gizi dan anemia dalam kehamilan.
Meskipun telah dilakukan berbagai penyesuaian dalam pedoman peningkatan kenaikan berat badan pada ibu hamil yang mulanya ditargetkan ≥ 1 kg/bulan pada trimester 1 dan ≥ 2 kg/bulan pada trimester 2 dan 3.
Kini telah disesuaikan dengan rekomendasi terbaru dari Institute Of Medicine (IOM), yaitu bahwa kenaikan berat badan selama kehamilan disesuaikan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Namun ini saja tidak cukup untuk mencegah serta mengatasi obesitas dan konsekuensinya dalam kehamilan.
Baca juga: Mari Kita Kenali Tanda Bahaya pada Kehamilan
Di antara berbagai program gizi untuk ibu hamil yang telah dicanangkan, program konseling gizi memiliki ruang yang lebih banyak untuk intervensi masalah obesitas dalam kehamilan.
Kenyataan di lapangan, program ini banyak terkendala, antara lain karena kapasitas petugas yang masih belum memadai dalam memberikan layanan konseling gizi. Selain itu, kegiatan konseling gizi utamanya dilakukan saat kegiatan pemeriksaan rutin ibu hamil (Antenatal care, ANC), kegiatan ini seringkali tidak optimal.
Dalam suatu penelitian evaluasi program konseling gizi yang dilakukan oleh Heru, dkk di wilayah Bantul menunjukkan bahwa durasi kegiatan konseling rata-rata dilakukan kurang dari standar (<20 menit) dan lebih menekankan pada topik gizi yang bersifat umum.
Masih diperlukan penekanan dan informasi yang lebih mendalam mengenai penanganan isu-isu gizi khusus seperti kelebihan berat badan dan obesitas dalam kehamilan. Hal ini juga diperburuk dengan keberadaan konselor gizi yang seringkali lebih berfokus pada pemberian makanan bayi dan anak.
Sementara rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) tahun 2016 yang diperbaharui tahun 2020, pada tahap kehamilan intervensi spesifik untuk gizi ibu hamil yang berkaitan dengan konseling gizi perlu disampaikan mengenai pola makan sehat dan menjaga aktivitas fisik selama kehamilan guna menjaga kesehatan dan mencegah peningkatan berat badan yang berlebihan selama kehamilan.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan masih perlu lebih keras lagi melakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas konselor gizi ibu yang bertugas di posyandu maupun di Puskesmas.
Untuk mencegah dampak buruk dari kelebihan berat badan dan obesitas dalam kehamilan, pemantauan aktivitas fisik dalam kehamilan juga dapat menjadi salah satu alternatif upaya yang dapat dilakukan. Informasi mengenai aktivitas fisik untuk ibu hamil tersedia dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA).
Baca juga:Â Psikologis Ibu Hamil dan Penyebab Ibu Hamil Mengalami Stres
Sayangnya, informasi tentang aktivitas fisik yang disajikan pada buku KIA, masih sangat umum, tidak ada kekhususan yang ditujukan bagi ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas. Sedangkan aktivitas fisik, baik jenis maupun durasinya sangat dipengaruhi oleh indeks massa tubuh seseorang, apakah underweight, normal, overweight atau obesitas. Kondisi ini diperburuk juga oleh rendahnya pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil.
Walaupun telah banyak program gizi untuk ibu hamil yang telah dijalankan, namun dipandang masih belum siap untuk menghadapi masalah gizi yang dihadapi saat ini, di mana beban ganda malnutrisi terus berlanjut. Masalah kelebihan gizi dan obesitas dalam kehamilan masih kurang mendapatkan perhatian.
Sistem sangat kurang siap dan tidak dilengkapi dengan baik untuk mengatasi obesitas dan konsekuensinya secara efektif. Penting untuk kembali melakukan peninjauan program-program yang telah ada agar hasilnya optimal.
Penulis: Milatun Khanifah
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret
Dosen Pengampu: Prof. Ari Natalia Probandari., dr. MPH., PhD
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News