Di balik layar laptop, jemariku menari, mencoba merangkai kata-kata yang mampu menggambarkan perjuangan dua pemuda berbakat, Marselino Ferdinan dan Ramadhan Sananta, di bulan Ramadan.
Sebagai penulis, aku hanya bisa membayangkan bagaimana mereka menjalani hari-hari yang penuh tantangan.
Dalam bayanganku, Marselino, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), terbangun sebelum fajar menyingsing. Ia bersiap untuk sahur, mengisi energi sebelum menjalani hari yang panjang.
Setelah salat subuh, ia bergegas ke kampus, mengikuti kuliah dengan penuh konsentrasi. Di sela-sela jam kuliah, ia mencuri waktu untuk membaca materi, mempersiapkan diri untuk ujian.
Siang hari, ia bergegas ke lapangan, bergabung dengan rekan-rekan timnas untuk menjalani latihan intensif. Meski berpuasa, ia tetap menunjukkan semangat dan dedikasi yang tinggi.
Malam hari, setelah berbuka puasa, ia menyempatkan diri untuk ikut tarawih di masjid dekat kampus. Ia berusaha menjaga keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi.
Baca juga:Â Ramadan di Perantauan: Menahan Rindu, Menanti Mudik Lebaran
Di sisi lain, Ramadhan Sananta, mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), juga menjalani hari-hari yang tak kalah padat. Dalam bayanganku, ia harus bolak-balik antara Surabaya dan tempat pemusatan latihan timnas.
Meski lelah, ia tak pernah mengeluh. Ia menjadikan Ramadan sebagai motivasi tambahan untuk meraih prestasi. Ia yakin, dengan iman dan kerja keras, ia bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Dalam bayanganku, Marselino dan Ramadhan adalah simbol generasi muda Indonesia yang tangguh dan berprestasi. Mereka tidak hanya berbakat di lapangan hijau, tetapi juga memiliki keimanan yang kuat.
Mereka membuktikan bahwa kuliah, ibadah, dan sepak bola dapat berjalan beriringan. Mereka adalah inspirasi bagi kita semua, bahwa dengan tekad yang kuat dan manajemen waktu yang baik, kita bisa meraih mimpi setinggi langit.
Bayangan ini mungkin tidak sepenuhnya akurat, tetapi aku yakin, semangat dan dedikasi mereka adalah nyata. Mereka adalah pahlawan-pahlawan muda yang mengharumkan nama bangsa, di lapangan hijau dan di luar lapangan.
Ramadan dan Semangat Juang Mahasiswa di Lapangan Hijau
Mentari Ramadan menyinari kota, membawa berkah dan tantangan tersendiri bagi para mahasiswa yang juga merupakan atlet sepak bola. Di tengah kesibukan kuliah dan ibadah puasa, mereka tetap berjuang untuk mengharumkan nama bangsa di lapangan hijau.
Semangat kebangsaan mereka berkobar, membuktikan bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.
Kisah inspiratif datang dari Marselino Ferdinan, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Baca juga:Â Mahasiswa, Sepak Bola, dan Ramadan: Menjaga Keseimbangan di Bulan Suci
Di bulan Ramadan ini, ia harus pintar-pintar mengatur waktu antara kuliah, latihan timnas, dan ibadah puasa. Awalnya, ia sempat kewalahan, tetapi ia belajar untuk lebih disiplin dan fokus.
Hal serupa juga dialami oleh Ramadhan Sananta, mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Ia harus bolak-balik antara Surabaya dan tempat pemusatan latihan timnas. Namun, semangatnya tak pernah padam.
Ia menjadikan Ramadan sebagai motivasi tambahan untuk meraih prestasi. Ia yakin, dengan iman dan kerja keras, ia bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Di lapangan, Marselino dan Ramadhan menunjukkan performa yang memukau. Mereka berlari lincah, menggiring bola dengan piawai, dan mencetak gol-gol indah. Semangat mereka yang membara menginspirasi rekan-rekan setimnya.
Di luar lapangan, mereka menjadi teladan bagi mahasiswa lainnya. Mereka membuktikan bahwa puasa tidak menghalangi produktivitas, justru menjadi sumber kekuatan.
Kisah Marselino dan Ramadhan adalah cerminan dari semangat kebangsaan yang berkobar di dada para mahasiswa. Mereka tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.
Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, mereka membuktikan bahwa generasi muda Indonesia siap berkontribusi bagi bangsa, di bidang apa pun.
Penulis:Â Ismail Suardi Wekke
Cendekiawan Muslim Indonesia
Editor:Â Redaksi Media Mahasiswa Indonesia
Ikuti berita terbaru di Google News