Penelitian dalam naskah ini merupakan penelitian objek filologi yang berpatokan dalam teks dan naskah kuno beberapa abad yang lalu.
Manuskrip merupakan peninggalan sejarah yang berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi yang berbeda dengan kondisi saat ini.
Manuskrip memiliki berbagai informasi yang luar biasa dari berbagai bidang seperti pada bidang sastra, agama, hukum, sejarah, adat istiadat, dan lain sebagainya. Adanya informasi tersebut akan membantu para ahli sejarah dalam menemukan informasi dan memperkaya kajiannya mengenai sesuatu yang sedang ditelitinya.
Baca Juga: Manuskrip Kuno: Pesan Moral dalam Hikayat Raja Ali Badisyah di Tanah A’raby
Manuskrip ialah sebuah tulisan tangan manusia yang berumur lebih dari 50 tahun dan memiliki arti atau kepentingan untuk peradaban, sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Jadi, manuskrip itu ialah benda konkrit yang berasal dari hasil kajian ilmu filologi.
Jadi, seorang penulis pada masa lampau menuangkan isi pemikirannya atau perasaannya ke dalam suatu naskah atau manuskrip untuk menyimpan dan mempertahankan suatu pesan/ peninggalan yang ingin mereka jaga.
Naskah manuskrip yang ditemukan ialah manuskrip dengan judul “Sejarah Malayu. Manuskrip ini milik dari Kerajaan Malaka pada tanggal 8 November 1827, penulis daripada buku manuskrip “Sejarah Malayu” ini ialah Tun Yahya bin Abdul Wahid.
Dan buku ini diambil oleh Kerajaan Britania Inggris karena pada saat itu Kerajaan Britania Inggris menjajah Kerajaan Malaka yaitu sekitar Malaysia, Singapura, Sumatera, dan Selat Melaka.
Penulis daripada buku “Sejarah Malayu” ini adalah Tun Yahya bin Abdul Wahid, beliau ini ialah seorang penulis di abad ke-19. Tun Yahya bin Abdul Wahid ialah berkebangsaan Melayu dan lahir di Kerajaan Malaka.
Judul dari buku ini ialah “Sejarah Malayu“, buku ini berisikan history daripada suku Melayu yang ada di Kerajaan Malaka dan sekitarnya. Tema daripada buku ini sangat berkesan dan sangat historis bagi pembacanya.
Baca Juga: Manuskrip Hikayat Sira Panji Citra dalam Manuskrip Jawi di Koleksi Perpustakaan Prancis
Bismillahir rohmanir rohiiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang) Alhamdulillahiladzi ‘athara alittibaab bayna ‘ibadah (Segala puji bagi Allah yang menyucikan hubungan antara ibadah) Segala puji pujian bagilah Allah yang menyatakan pengasih antara segala hambanya Wa aydahum bi ittidaau atsaraa anbiyyauh (Dan dia mendukung mereka dengan mengikuti pengaruh para nabinya) dan dikira segalanya mari kita dengan mengakuinya baginda nabiya Allah yang telah daripada sebagala nabiya Wassholatu wassalaam ‘alaa nabiyahu (Dan sholawat serta salam atas Nabi-Nya) dan rahmat Allah dan segala mana atas yang diambilnya akan nabiya Muhammadan alladzii laa anbiya min ba’dahu (Muhammad yang tidak akan memberitahu setelahnya) Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wa sallam yang tiada nabi kemudian Wa’alaa aalihii washohbihi (Dan atas Tuhannya dan para sahabatnya) dan atas segala gala-galanya dan segala sahabatnya Alladzi yujaahiduuna bihamdihi (Yang berjihad dengan pujian-Nya) mereka ia telah usaha dengan memuji di ke Ammaa ba’du (Adapun setelah) adapun kemudian daripada yang Qaala fakiir bil ‘ajazi wal taksiir (Dia mengatakan miskin dengan kemampuan dan kelalaian) yakni telah.
Berkat faqir yang insaf akan lemah keadaan dirinya dan sepakat pengetahuan ilmunya dan pada sawatan masehi bahwa faqir dhuafa pada sawatan majelis dengan warga besar-besar terlebih miliar barokat-barokat bersanad guru pada antara yaitu ada seorang-orang besar terlebih mulianya dan terlebih besar martabatnya dari pada yang lain berkati ia pada faqir hamba dengar ada hikayat Melayu dibawa oleh orang kaya saudagar guna bareng kita perbaiki kiranya dengan istiadatnya segala supaya dekat hiwaya oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita dan diingatkannya oleh segala mereka yaitu Syuhadan (Dua saksi) adalah beroleh faidahnya daripadanya setelah faqir mendengar dimakinya jadi bersalah atas segala anggota faqir Alladzi murakkaba ‘ala jaahil (Yang dipasang pada orang bodoh) Tun Mahmud namanya Tun Sirlaananya.
Banyak lagi pertanyaannya lagi dari yaitu kamu semoga nakanya Jawa adanya sesalah dan mengkidalami maka anak raja dan raja firmangun di mana diakuinya orang maka segala fithri dan segala isteri orang besar-besar semuanya macamnya tersimpan setelah sila mandi li alwi dato belakang segala namanya Sulthan ‘Alauddin Ri’ayah Satsahu disebut orang sulthan muda setelah berapa lamanya maka sulthan muda punya besarlah terlalu banyak makhluknya dan perdana lakunya adapun akan raja muda berita duduk karena awalnya Sulthan Mahmud dengan Tun Terang anak Tun Fatimah dengan Tun Ali berenang seorang laki-laki raja manshur namanya adapun tatkala Sulthan Ahmad mengakuinya itu maka segala anak tuan-tuan dan segala hamba raja yang pada Sulthan Ahmad itu semuanya disusahi oleh Sulthan Mahmud kemungkinan maka titah baginda pada segala mereka itu angkuh semua jangan suka hati sapanya mana pada saya Ahmad demikianlah pada kupunya maka sembah segala mari kita ya akulah tuanku karena pepatah sekalian ini sudi hamba kembalinya dini yang dipertuan-tuan oleh tukar hakan kepada paduka angkat paduka angkatlah petak semua pertuan akan sekarang paduka angkatilah mungkar kembalilah ketika sekalian kabarnya dini yang dipertuan maka terlalulah sekacanya Sulthan Mahmud mendengar sebuah segala mari kiat maka baginda memberi negaranya akan sejalan merakyat meskipun Tun Ali Hati juga yang tiada mau dengan berapapun disusahnya panggil oleh Sulthan Mahmud ditanya dia juga ia mau dengan maka kata Tun Ali Hati pada orang memanggil dia itu persembahkan kabanya dini yang dipertuan akan itu sedia hamba kabanya dini yang dipertuan tatapan yang membikin petak itu pada kira angkuhnya jago pendekar angkuhnya masa dengan musuh gerangan niscaya mati petaka itu dengan pada kira menggodain entah dipetaka itu karena dengan kahandung disi yang dipertuan liangnya semuanya bumi karena anak Melayu tiada mundur dari hingga juga kehendak yang lain kegirangan tahu petaka itu adapun sekarang jikalau dikira ia dulu yang dipertuan petaka itu mau hengkang.
Baca Juga: Manuskrip Hal Ihwal Adat Minang Tinjauan Aksara Arab-Melayu
Hendak mantu bunda makari kata Tun Ali Hati itu semuanya dipersembahkan orang pada Sulthan Mahmud maka titah baginda kita kena pada saya ahli hati mengapa maka ia berkat demikian itu pada saya Ahmad pun ia dibayangkannya jika aku pun ia kau baiki juga karena aku tiada mau membunuh dia maka titah dijunjungkan orang pada Tun Ali Hati maka sembah Tun Ali Hati hibahku ada karunia petaka itu mungkin hendak minta bunuh juga karena petaka itu tiadalah mau mending kamu kira warung yang lain maka beberapa pun Sulthan Mahmud hendak menghidup Tun Ali Hati tiada juga ia mau hidup minta bunuh juga ia maka disusah Sulthan Mahmud bunuhlah Tun Ali Hati maka adapun matilah dengan janjinya wallahu a’lam bishowwab (Allah yang maha mengetahui yang benar).
Khatamlah hikayat sejarah Melayu ibnu diddu alim negeri Melaka kepada sembuhkan bisa hari benar, hari bulan Sya’ban ki’at hari Sabtu jam pukul tujuh pagi ki’at tarikh sanah 1229, adapun yang mencuri tadi cegah Yahya bin Abdul Wahid karenanya anak Melaka jikalau ada lebih kurung harian atas suratan ini melainkan saya mintanya kepada tuan-tuan yang membaca dia tulang betul kena kiranya saya orang belum sampai akal dan belum pernah mencurahkan cara adanya. Tamat.
Penulis:
1. Endhika Hernowo
2. Dr. Iin Suryaningsih, Lc., M.A.
Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al-Azhar Indonesia
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
Sejarah Malayu [RAS Farquhar Malay 05] Sejarah Melayu
https://royalasiaticcollections.org/mm_farquhar_05_1-sejarah-malayu/
Sejarah Melayu – Ahmad Dahlan
http://lib.litbang.kemendagri.go.id/index.php?p=show_detail&id=2591