Standarisasi yang Rendah Pemotongan Hewan pada Saat Idul Adha: Ancaman bagi Kesehatan dan Keamanan Pangan Masyarakat

Standarisasi yang Rendah Pemotongan Hewan
Ilustrasi Peternakan Hewan (Sumber: Teknologi AI dari Meta AI)

Idul Adha adalah hari raya yang dirayakan oleh umat muslim di berbagai belahan dunia, salah satunya Indonesia. Pelaksanaan perayaan ini dilakukan dengan sholat dan penyembelihan hewan kurban berkaki 4 di lingkungan masjid. Daging kurban lalu dibagikan kepada masyarakat, terutama yang kurang mampu.

Kegiatan ini disambut dengan baik karena selain berbagi juga memenuhi gizi sebagian masyarakat. Meskipun begitu terkadang ada beberapa masjid yang melakukan penyembelihan tidak dengan standar yang baik. Hal ini tentu dapat berdampak buruk bagi masyarakat jika daging yang dibagikan ternyata tidak dalam kondisi yang baik.

Penanganan daging yang buruk dapat menyebabkan daging terkena bakteri yang berbahaya. Bakteri yang banyak diketahui seperti salmonella, E-coli dan antraks. Tentu hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, tempat potong hewan dan keadaan hewan itu sendiri.

Keracunan daging kurban sangat berbahaya selain karena biaya yang mahal, jumlah korban bisa saja sangat banyak. Sebagai contoh, di Kota Surabaya pada tanggal 1 juli 2023 terdapat 71 korban yang keracunan daging kurban. Hal ini menjadi tanda bahwa kegiatan Idul Adha perlu pengawasan lebih agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Meningkatkan Kesejahteraan Hewan: Peran Komunikasi Efektif dalam Menghindari Malapraktik Dokter Hewan

Berdasarkan persyaratan tentang rumah potong hewan telah diatur pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Permentan/ OT.140/1/2010 tentang persyaratan rumah potong hewan ruminansia. Dalam peraturan tersebut dijelaskan fasilitas apa saja yang harus dimiliki RPH seperti laboratorium, air bersih, kamar mandi, dan lain lain. Tentu saja masjid bukan tempat yang bisa memenuhi persyaratan tersebut

Aspek gotong royong yang ada pada Idul Adha adalah aspek yang sangat baik, namun hal itu tidak didukung dengan keterampilan penanganan daging. Tidak adanya pelatihan terlebih dahulu menyebabkan terjadi kelalaian pada saat pelaksanaan penyembelihan. Hal ini juga bisa menimbulkan korban keracunan karena ketidaktahuan.

Tentu kita tidak dapat menghilangkan penyembelihan pada saat perayaan Idul Adha, tapi kita dapat memberikan standar untuk melakukan penyembelihan. Hal ini bisa dilakukan dengan pengeluaran peraturan baru yang menentukan mana masjid yang dapat melakukan penyembelihan dan mana yang tidak. Selain itu pelatihan juga bisa diadakan oleh lembaga pemerintah guna meminimalisir kelalaian bekerja.

Semangat gotong royong pada perayaan Idul Adha adalah hal yang luar biasa, tetapi harus didukung dengan pelaksanaan yang aman dan sesuai standar. Dengan penerapan regulasi yang jelas dan pelatihan yang tepat, masyarakat dapat merayakan Idul Adha dengan rasa aman tanpa khawatir akan risiko kesehatan. Mari bersama menjaga tradisi yang mulia ini tetap menjadi berkah bagi semua pihak.

 

Penulis: Rafli Zaidan Naufal
Mahasiswa Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses