Perbedaan pandangan politik antara TGB (Tuan Guru Bajang) dan ibunya dalam Pilkada NTB beberapa waktu lalu sempat menjadi topik hangat di publik. Ketegangan politik sering kali memicu perdebatan sengit, namun dalam hal ini, perbedaan tersebut bisa dianggap sebagai contoh kedewasaan dalam menyampaikan pendapat serta kebebasan untuk memilih.
TGB, yang dikenal sebagai sosok bijaksana, menunjukkan bahwa dalam demokrasi, setiap orang, bahkan dalam keluarga, berhak memilih sesuai dengan keyakinan politiknya.
Meskipun mereka ibu dan anak, TGB memilih mendukung calon yang menurutnya paling tepat, sementara ibunya memilih calon yang berbeda. Perbedaan ini menunjukkan bahwa perbedaan politik antar anggota keluarga adalah hal yang wajar, dan tidak perlu merusak hubungan yang telah terjalin lama.
TGB membuktikan bahwa politik tidak seharusnya menjadi ajang perpecahan, apalagi ketika itu melibatkan keluarga. Meskipun kita tidak sepakat dalam hal besar sekalipun, hubungan yang baik dan saling menghormati tetap bisa terjaga. Seperti yang pernah disampaikan oleh Detik Bali, TGB menegaskan, “Setiap individu berhak memilih dengan hati nurani mereka sendiri, meskipun itu berbeda dengan orang terdekat.”
Keputusan TGB ini mengingatkan kita bahwa politik adalah soal pilihan pribadi yang berdasarkan pertimbangan masing-masing. TGB menunjukkan bahwa ia berani memilih apa yang diyakini benar, meskipun pilihannya berbeda dengan ibunya yang sangat dihormatinya.
Ini adalah bentuk keberanian untuk memilih tanpa terpengaruh oleh hubungan darah, meskipun tentu saja perbedaan tersebut dapat menimbulkan ketegangan. Seperti yang juga disebutkan oleh Detik Bali, “Perbedaan pandangan politik dalam demokrasi adalah hal yang wajar, asalkan kita tetap saling menghormati.”
Selain itu, dukungan TGB terhadap pasangan calon nomor urut 2, Zulkieflimansyah-Suhaili Fadhil Thohir (Zul-Uhel), dalam Pilgub NTB 2024 semakin menegaskan sikap politik yang mengutamakan etika dan penghargaan terhadap sesama.
Dalam sebuah video yang diterima Detik Bali, TGB mengungkapkan, “Bismillahirrahmanirrahim saya mengikuti seluruh debat yang dilaksanakan KPU. Para cagub, saya cermati dan saya lihat bahwa calon nomor dua Dr. Zulkieflimansyah mampu menyampaikan pandangan dengan tanpa menyerang, memojokkan, apalagi mempermalukan calon yang lain.” TGB memilih mendukung Zul-Uhel karena mereka menampilkan sikap yang menghargai lawan politik, sebuah nilai yang sangat penting dalam proses demokrasi.
Yang menarik adalah, meskipun mereka memiliki pandangan politik yang berbeda, hubungan antara TGB dan ibunya tetap dilandasi rasa saling menghormati. Ini memberi kita pelajaran penting bahwa perbedaan politik tidak perlu merusak hubungan keluarga yang sudah lama terjalin. Politik seharusnya menjadi ruang untuk berdiskusi, memilih sesuai dengan hati nurani, dan tetap saling menghargai meskipun kita berbeda pandangan.
Kisah TGB dan ibunya mengajarkan kita untuk lebih menghargai perbedaan, baik dalam politik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam banyak kesempatan, kita pasti akan menghadapi perbedaan pendapat. Namun, yang perlu kita ingat adalah bahwa perbedaan tersebut justru memperkaya kehidupan demokrasi kita, menjadikannya lebih berwarna dan penuh makna.
Penuis: Muhammad Sapoan
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Mataram
Editor: Rahmat Al Kafi