Transformasi Pendidikan Berbasis Google: dari Pengalaman Soppeng

Ismail Suardi Wekke
Ismail Suardi Wekke bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (Foto: MataMaros.com)

Masih di bulan Syawal, usai idulfitri. LKP2S, Soppeng yang berinisiatif melaksanakan sebuah ajang silaturahmi. Bukan dengan nama Halal Bilhalal, tetapi justru dalam kegiatan “ilmiah”. Seminar Nasional yang juga dengan undangan presentasi bagi guru.

Acara berlangsung di Kantor Bappedalitbangda, dan kemudian dilanjutkan di Kantor DPRD Kabupaten Soppeng. Dalam kegiatan tersebut, selain para pembicara kunci, juga turut dilaksanakan presentasi dari 74 makalah guru yang telah terseleksi.

Itu hanya di tanggal 20 April 2024. Tetapi sebelum itu, setahun yang lalu dilaksanakan bimtek penulisan karya ilmiah yang berlangsung selama tiga hari. Setelahnya, dilaksanakan penyamaan persepsi di 8 kecamatan se-Kabupaten Soppeng untuk meneruskan “teori” yang didapatkan selama bimtek yang merupakan kegiatan lanjutan dalam bentuk menulis.

Bacaan Lainnya

Kegiatan lanjutannya adalah dalam bentuk seminar. Sepenuhnya mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Soppeng. Bukan saja, Bupati Soppeng, Andi Kaswadi Razak yang dipanggil akrab Pung Dulli, tetapi juga alokasi pendanaan untuk kudapan dan makan siang.

Bahkan dalam kudapannya, adalah kue sehari-hari, kalau tak dikatakan kue tradisional. Bukan kue yang bertipe Eropa atau dari negara lain. Terkadang ada acara seminar nasional, tapi kuenya bahkan disajikan roti atau bahkan import. Kadang dalam soal pangan saja, kita tak berdaulat.

Namun, bukan tentang seminar, ataupun juga tentang kue. Satu hal yang menjadi catatan bahwa dalam kegiatan tersebut menggunakan instrumen Google. Mulai dari chrome book, kemudian juga aplikasi lainnya yang diproduksi Google.

Kita bisa lihat, dimana setiap gawai android sudah termasuk di dalamnya aplikasi Google. Ini, juga menyertakan perangkat lunas gratisan yang disiapkan Google, seperti kalender, dokumen, dan juga penyimpanan yang dinamakan Google Drive. Bahkan lokasi acara yang dapat dibagikan melalui Google Map.

Pada sesi parallel yang dihadiri, salah satu presentasi guru terkait dengan pemanfaatan Google Chrome Book di SMP Negeri 2 Marioriwawo (Soppeng). Dimana sekolah memiliki 20 perangkat Google Chrome Book dan diberdayakan untuk menjadi media pembelajaran pelbagai mata pelajaran.

Termasuk pelaksanaan jamboree literasi yang tidak lagi menggunakan bantuan kertas untuk keperluan buku tamu. Melainkan Google Form, dan kemudian diunggah ke media sosial untuk dibagikan ke public terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Catatan ini kemudian diketik, ketika dalam menghadiri G School Summit menyadari bahwa apa yang dilakukan baik dalam seminar maupun jambore literasi merupakan sebuah “cara” baru. Kadang, memperlakukan gawai yang ada, semata-mata hanya untuk keperluan menelpon dan komunikasi semata.

Padahal, dengan perangkat Google, ada varian kalau tak dikatakan banyak. Sehingga ini akan menjadi sebuah perangkat. Dalam kesempatan sebelumnya, bercakap dengan kawan. Beliau mengemukakan bahwa optimalisasi gawai kita tidaklah maksimal. Ada banyak hal yang tidak digunakan sehingga itu mubazzir. Apa yang disampaikan kawan itu, menemukan relevansinya. Dimana kemudian menyadari bahwa dalam kaitan gawai android yang dipegang kini, lebih banyak tak termanfaatkan.

Setahun lalu, Dewan Pendidikan Kabupaten Maros (2023) telah memenuhi undangan Google for Education untuk menghadiri acara lokakarya “Cara Baru Belajar”. Namun lokakarya tersebut, setakat hanya menjadi sebuah seremonial belaka setidaknya bagi penulis.

Idealnya, ada banyak cara untuk mentransformasi sekolah atau pendidikan dengan memberdayakan perangkat yang disiapkan Google. Selama ini hanya pada Google Scholar, Google Book. Melampaui itu, ada perangkat lain yang dapat digunakan.

Termasuk Google Calendar untuk manajemen sekolah. Seperti ibu Alvina Gunardi, semasa menjabat kepala sekolah di Saint John’s Catholic School, dalam kaitan dengan tata kelola sekolah menggunakan perangkat Google.

Berita baiknya, dengan Google bisa diakses dimanapun dan kapanpun. Gawainya sudah di tangan, sehingga soal penggunaan kertas untuk menjaga lingkungan bukan lagi masalah. Termasuk problematika lainnya dapat diselesaikan, salah satunya dengan pemanfaatan Google.

Akhirnya, catatan dari sini bahwa ada banyak agenda pendidikan, namun perlahan dapat diselesaikan jikalau belajar bersama. Termasuk dengan kesuksesan LKP2S bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng (Sulawesi Selatan) ini terlihat bahwa “gotong royong” dijadikan sebagai pendekatan, dan metodenya dengan menggunakan bantuan Google.

Penulis: Ismail Suardi Wekke
Dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sorong, Papua Barat Daya
Visiting Fellow, University of South Wales, United Kingdom

Editor: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.