Mentari Ramadan menyapa, membawa serta kesejukan dan harapan bagi setiap jiwa yang beriman. Di kampus, suasana pun berubah. Lantunan ayat suci terdengar dari masjid kampus, menggantikan riuhnya canda tawa mahasiswa.
Namun, di tengah khidmatnya bulan suci ini, realitas kehidupan mahasiswa tak bisa diabaikan.
Siang itu, di tengah teriknya matahari, sekelompok mahasiswa terlihat berkerumun di sudut kampus. Bukan sedang berdiskusi tentang tugas kuliah atau kajian Ramadan, melainkan tengah bernegosiasi tentang honor yang akan mereka terima.
Mereka adalah mahasiswa bayaran, yang siap beraksi demi kepentingan pihak tertentu.
“Aksi kita kali ini harus lebih besar dari yang kemarin,” ujar seorang pria dengan nada memerintah. “Kita tunjukkan bahwa suara kita lebih lantang dari mereka yang sok suci itu.”
Baca juga:Â Mahasiswa Garda Terdepan: Menjaga Kesucian Ramadan dari Fitnah
Di sisi lain, seorang mahasiswa bernama Ahmad tengah berjuang menyeimbangkan antara ibadah dan tugas kuliahnya. Ia merasa prihatin dengan fenomena mahasiswa bayaran yang semakin marak di kampusnya.
“Ramadan seharusnya menjadi momen untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari keuntungan duniawi,” gumamnya dalam hati.
Ahmad teringat akan nasihat ibunya, “Nak, jangan gadaikan imanmu demi selembar uang. Ramadan adalah bulan penuh berkah, jangan sia-siakan dengan perbuatan yang sia-sia, apalagi yang mendatangkan dosa.”
Namun, godaan duniawi memang begitu kuat. Beberapa temannya bahkan tergoda untuk menerima tawaran menjadi mahasiswa bayaran, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau sekadar mencari tambahan uang saku.
“Lumayan kan, bisa buat beli takjil atau buka bersama di restoran mewah,” ujar seorang teman Ahmad, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Ahmad hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tahu, uang yang mereka dapatkan tidak akan pernah sebanding dengan hilangnya keberkahan Ramadan.
Ia pun memilih untuk fokus pada ibadahnya, mengikuti kajian Ramadan, dan membantu teman-temannya yang membutuhkan.
Baca juga:Â Refleksi Mahasiswa di Penghujung Ramadan: Antara Ibadah dan Tugas Tengah Semester
Di akhir Ramadan, Ahmad merasa hatinya lebih tenang dan damai. Ia telah berhasil melewati ujian Ramadan dengan baik, tanpa tergoda oleh gemerlapnya duniawi. Ia pun berharap, teman-temannya yang lain juga bisa mendapatkan hidayah dan kembali ke jalan yang benar.
Kisah Ahmad adalah cerminan dari realitas yang dihadapi mahasiswa di bulan Ramadan. Di tengah godaan duniawi yang semakin kuat, mereka harus mampu menjaga iman dan menjauhi perbuatan yang sia-sia, apalagi yang mendatangkan dosa.
Ramadan adalah kesempatan emas untuk meraih ampunan dan keberkahan dari Allah SWT, jangan sampai kita sia-siakan.
Ramadan Mahasiswa: Iman Teruji di Tengah Godaan Materi
Bulan Ramadan, bulan suci yang penuh berkah, saat kembali menyapa umat Islam di seluruh dunia, termasuk para mahasiswa. Di tengah kesibukan perkuliahan dan tugas-tugas yang menumpuk.
Mahasiswa dituntut untuk tetap menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk. Namun, di balik suasana Ramadan yang penuh hikmah, terselip realitas kehidupan mahasiswa yang penuh tantangan, terutama godaan mahasiswa bayaran.
Fenomena mahasiswa bayaran, yang seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan politik atau kelompok tertentu, menjadi ironi di bulan suci ini. Mereka rela mengorbankan nilai-nilai luhur Ramadan demi iming-iming materi.
Aksi-aksi demonstrasi yang mereka lakukan, seringkali diwarnai dengan provokasi dan ujaran kebencian, jelas bertentangan dengan semangat Ramadan yang mengajarkan kesabaran, toleransi, dan kedamaian.
Tentu, tidak semua mahasiswa terlibat dalam praktik tercela ini. Masih banyak mahasiswa yang tetap fokus pada ibadah dan studinya, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan positif di kampus.
Mereka menyadari bahwa Ramadan adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Namun, godaan duniawi memang tidak mudah dihindari. Di tengah himpitan ekonomi dan gaya hidup konsumtif, sebagian mahasiswa tergoda untuk mencari jalan pintas demi mendapatkan uang dengan cepat.
Baca juga:Â Ramadan Berkah, Semangat Kebangsaan Berkobar: Kiprah Mahasiswa dalam Dunia Sepak Bola
Mereka lupa bahwa rezeki yang halal dan berkah jauh lebih berharga daripada harta yang diperoleh dengan cara yang haram.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama para mahasiswa, untuk menjaga diri dari godaan mahasiswa bayaran. Ramadan dapat dijadikan sebagai momentum untuk memperkuat iman dan takwa, serta menjauhi segala bentuk perbuatan yang sia-sia, apalagi yang mendatangkan dosa.
Penulis:Â Ismail Suardi Wekke
Cendekiawan Muslim Indonesia
Editor:Â Redaksi Media Mahasiswa Indonesia
Ikuti berita terbaru di Google News