Dalam era bisnis modern yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan tuntutan transparansi, penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) menjadi hal yang krusial bagi perusahaan.
Salah satu elemen utama dalam GCG adalah pengawasan, yang berperan sebagai sistem pengendalian untuk memastikan kepatuhan terhadap etika bisnis, regulasi, dan tujuan strategis perusahaan.
Definisi dan Tujuan Pengawasan dalam GCG
Good Corporate Governance merupakan seperangkat prinsip yang meliputi transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan dalam pengelolaan perusahaan.
Dalam konteks ini, pengawasan merujuk pada proses pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi manajemen dan operasional perusahaan. Tujuannya antara lain:
- Mencegah penyalahgunaan sumber daya perusahaan;
- Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi informasi;
- Memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan;
- Mengidentifikasi dan mengelola risiko secara efektif;
- Mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan kepercayaan investor.
Studi Kasus: Pengawasan yang Efektif dan Tidak Efektif
1. Pengawasan yang Efektif: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)
BRI dikenal sebagai contoh sukses dalam menerapkan GCG, dengan sistem pengawasan berlapis mulai dari Satuan Pengawasan Intern (SPI) hingga audit eksternal. Setiap kebijakan harus melalui review komite audit dan risiko. Sistem whistleblowing BRI terbukti efektif, menjamin kerahasiaan dan tindakan lanjut terhadap pelanggaran.Â
Faktor keberhasilan:
- Adanya pemisahan fungsi yang jelas antara pihak yang membuat kebijakan, pelaksana, dan pengawas;
- Ketersediaan sistem pengendalian internal yang modern dan berbasis teknologi;
- Komitmen kuat dari top manajemen untuk menjalankan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan fairness;
- Hal ini dibuktikan dengan pengakuan terhadap BRI sebagai “The Most Trusted Company” dalam ajang Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2023 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA dan The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG).
2. Pengawasan yang Tidak Efektif: PT Indofarma Tbk
Sebaliknya, Indofarma menjadi contoh kegagalan pengawasan GCG. Sistem internal mereka gagal mendeteksi penyimpangan dalam transaksi keuangan. Komite audit tidak berjalan optimal, dan tidak ada audit internal rutin.
Dampaknya:
- Terjadi kerugian negara sebesar Rp371,8 miliar akibat penyimpangan keuangan;
- Tergerusnya reputasi perusahaan dan menurunnya kepercayaan investor.
Penyebab utama:
- Minimnya pelatihan dan penerapan teknologi pengawasan;
- Ketidakefektifan sistem pelaporan pelanggaran;
- Lemahnya independensi auditor internal.
Baca Juga:Â Efisiensi Anggaran Dialokasikan ke Danantara: Danantara Menjadi Misteri Antara Sejahtera atau Sengsara
Analisa dan Rekomendasi Tantang di Danantara
Sebagai perusahaan yang tengah tumbuh, Danantara menghadapi tantangan umum dalam pengawasan GCG:
- Struktur pengawasan yang belum independen, dengan auditor internal berada di bawah pengaruh manajemen;
- Belum adanya sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing) yang memadai;
- Keterbatasan dalam penggunaan teknologi untuk mendeteksi risiko dan anomali;
- Kurangnya pelatihan SDM dalam hal tata kelola dan pengawasan berbasis risiko;
- Budaya organisasi yang belum sepenuhnya mendukung transparansi dan pelaporan.
Berdasarkan tantangan yang sudah kami analisa maka solusi yang dapat kami berikan sebagai berikut:
- Membangun Unit Pengawasan yang Independen;
- Mengembangkan Sistem Pengawasan Berbasis Risiko;
- Menerapkan Teknologi Pengawasan;
- Membangun Sistem Whistleblowing;
- Pelatihan dan Sertifikasi Auditor Internal;
- Mendorong Budaya Transparansi.
Baca Juga:Â Menjawab Tantangan Global: Lanjutkan Hilirisasi, Bangun Ekonomi Mandiri!
Kesimpulan
Efektivitas pengawasan dalam implementasi GCG di Indonesia sangat ditentukan oleh komitmen perusahaan untuk menjalankan sistem yang tidak hanya formal, tetapi juga fungsional dan berintegritas.
Melalui pembelajaran dari kasus BRI dan Indofarma, Danantara dapat menyusun strategi pengawasan yang lebih kuat, berbasis risiko, dan didukung oleh teknologi serta budaya organisasi yang sehat.
Dengan langkah-langkah tersebut, Danantara tidak hanya mampu memenuhi prinsip GCG, tetapi juga meningkatkan daya saing dan kepercayaan publik dalam jangka panjang.
Penulis:
1. Rahmawati Agustin 211011200133
2. Rani Dwicahyati 211011200490
3. Rendy Prasetiyo 211011200232
Mahasiswa Akuntansi Universitas Pamulang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News