Tidak Meratanya Tingkat Kependudukan Menjadi Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Indonesia

TIDAK MERATANYA TINGKAT KEPENDUDKAN MENJADI
Sumber: pixabay.com

Persebaran penduduk merupakan distribusi penduduk. Persebaran penduduk memiliki hubungan atau dampak pada tingkat kepadatan penduduk disuatu daerah, yang dimana dampak ini bisa berupa dampak baik ataupun dampak buruk.

Sekitar 270,20 juta jiwa penduduk yang berdomisili atau bertempat tinggal di Pulau Jawa pada tahun 2020 yang dimana luas pulau Jawa itu sendiri sekitar 128.297 km².

 

TIDAK MERATANYA TINGKAT KEPENDUDKAN MENJADI

Bacaan Lainnya

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk di Pulau Jawa berada diperingkat pertama. Mulai dari penduduk berdomisili sesuai dengan kartu keluarga maupun penduduk yang berdomisili tidak sesuai dengan kartu keluarga, seperti mahasiswa dan pekerja rantauan yang menempuh pendidikan atau sedang bekerja di salah satu daerah di Pulau Jawa.

Mari kita membahas dampak atau kerugian akibat tidak meratanya persebaran penduduk di Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dampak dari tidak meratanya persebaran penduduk ini bisa berakibat pada berkurangnya sumber daya manusia pada suatu daerah untuk menggelolah sumber daya alam di daerah tersebut yang memyebabkan terbuang dan terbengkalainya sumber daya tersebut.

Selain itu, akan berakibat pula pada jumlah kepadatan di daerah-daerah tertentu seperti beberapa daerah di Pulau Jawa yang menyebabkan tingginya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan.

Sebenarnya alasan tidak meratanya kependudukan di Indonesia karena adanya pola pikir masyarakat yang berangapan bahawa tinggal dan hidup di kota besar akan mempermudah mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, yang sebenarnya tidak seperti itu, karena tingginya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.

Dampak inipun tidak hanya berakibat pada masyarakat pendatang, akan tetapi dapat berakibat pada masyarakat yang memang berdomisili sesuai dengan kartu keluarga di daerah tersebut.

Dari semua dampak yang ada ini, semuanya akan berakibat pada negara juga karena akan adanya sumber daya alam yang tidak terpakai di daerah yang tingkat kependudukannya rendah dan terbengkalainya sumber daya manusia pada daerah yang tingkat kependudukannya sangat tinggi.

Tidak terpakainya sumber daya alam ini akan terus berlanjut apabila tidak dikelolah dengan baik oleh sumber daya manusia, apalagi kita dijaman sekarang sebagian besarnya mengkonsumsi barang-barang dari luar.

Akibat dari seringnya mengkonsumsi tanpa adanya produksi akan berdampak pula pada alam sekitar seperti semakin banyaknya jumlah sampah plastik, yang dimana kita semua mengetahui bahwa sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, sedikitnya membutuhkan waktu 10-100 tahun untuk terurai.

Dari menumpuknya sampah hasil konsumsi ini, akan berakibat bencana alam seperti banjir yang pastinya akan merugikan masyarakat dan bahkan negara, sehingga membutuhkan biaya untuk melakukan pembangunan ulang pada bangunan-bangunan pemerintah ataupun rumah-rumah warga.

Apabila pola hidup seperti ini terus dilakukan maka akan adanya kejadian yang sama akan terjadi lagi dan bahkan bisa menjadi semakin berbahaya, dan akan mempermudah persebaran penyakit yang dibawa oleh aliran air yang berasal dari sampah-sampah yang menumpuk.

Dari seringnya mengkonsumsi barang-barang luar akan sering terjadinya impor barang berjumlah besar yang menyebabkan permintaan akan mata uang asing semakin meningkat dan akan rendahnya nilai mata uang rupiah dalam pasar luar negeri.

Sudah berapa banyak barang-barang luar negeri yang kita pakai maupun kita konsumsi?
Seperti itulah nilai mata uang kita dikancah pasar Internasional. Kita lebih banyak mengkonsumsi dari pada memproduksi, karena kita terus beranggapan bahwa tidak adanya peluang pekerjaan didaerah kita sehingga lebih memilih merantau untuk tinggal dan bahkan berdomisili di kota besar yang nyatanya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan itu sangatlah tinggi, yang dimana seseorang dengan lulusan SMA bersaing dengan lulusan sarjana, seorang lulusan sarjana bersaing dengan lulusan magister dan begitupula seterusnya, apalagi dalam dunia pekerjaan membutuhkan pendidikan yang tinggi dan penggalaman yang banyak.

Tidak meratanya persebaran penduduk merupan sebuah cirikhas dari negara berkembang tidak terkecuali Indonesia yang dimana masyarakatnya berbondong-bondong untuk bertempat tinggal di perkotaan yang notabenya akan banyak orang pula yang berpikiran sama untuk tinggal di perkotaan sehingga terjadinya penumpukan sumber daya manusia di daerah atau kota tersebut.

Selain karena adanya pemikiran masyarakat yang beranggapan bahwa hidup di kota membuat mereka mudah mendapatkan pekerjaan, ada juga sebagian orang yang terpenggaruh untuk hidup dan tinggal di kota dikarenakan fasilitas sosialnya yang melebihi daerah tempat tinggal asalnya.

Serta adanya pemikiran untuk menggikuti trend  yang dimana kasus ini biasanya dialami oleh anak-anak sekolah atau para mahasiswa yang berangkapan hidup di kota itu enak dan hanya tak ingin dibilang ketinggalan jaman karena hidup di daerah yang kecil.

Daerah asal pun bias menjadi salah satu penyebab adanya ketidak meratanya penduduk dikarenakan tidak jarang sekolah-sekolah di daerah kecil memiliki masalah dalam pendidikan serta teknologi, seperti tingginya perbedaan belajar mengajar di daerah kecil dengan perkotaan yang menyebabkan adanya perbedaan ilmu yang didapat oleh anak-anak di daerah kecil.

Sehingga untuk menggembangkan ilmunya harus belajar di daerah perkotaan, dan teknologi yang digunakannya pun sangat jauh berbeda, teknologi yang digunakan oleh sekolah-sekolah di daerah perkotaan relatif lebih tinggi dan lebih canggih jika dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh sekolah-sekolah di daerah kecil.

Dari sejarahnya pun menggambarkan bahwa pulau jawa adalah pulau yang menjadi pusat perkembangan politik pada masa Hindu, Budha, Islam dan masa penjajahan, sehingga tidak heran sekarang masih banyak orang yang bertempat tinggal di Pulau Jawa dan orang yang berkeinginan untuk tinggal di Pulau Jawa.

Pulau Jawa bisa kita bilang pusat dari segalanya di Indonesia seperti, teknologinya, fasilitas sosial, pendidikan, dan masih banyak lagi yang menyebabkan masyarakat dari daerah kecil memiliki keinginan untuk bertempat tinggal di Pulau Jawa.

Daya tarik perkotaan memang tidak biasa pungkiri, perbedaan geografisnya pun menjadi salah satu penyebab tidak meratanya penduduk seperti banyak kota-kota di Pulau Jawa memiliki cuaca dan iklim yang sangat bagus, serta suhu yang tidak terlalu panas menjadi salah satu daya Tarik masyarakat untuk bertempt tinggal di Pulau Jawa.

Dari semua kasus ini apabila seseorang yang telah merantau dan memilih untuk bertempat tinggal di kota yang besar maka akan berdampak pula pada kesehantan mentalnya, karena terus merasa tertekan oleh keadaan dikarenakan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkan.

Sehingga terjadilah masalah gangguan pada mentalnya akibat stress yang berlebihan masalah ini pun tidak jarang dialami oleh mahasiswa yang memilih merantau di kota -kota besar yang merasa Pendidikan yang mereka dapatkan sangatlah jauh berbeda dengan anak-anak di daerah perkotaan dari hal ini yang menyebabkannya merasakan banyak tekanan sehingga mengalami masalah kesehatan mental yang sekarang ini masalah kesehatan mental biasa menyebabkan kematian bagi si penderta.

 

Penulis: Putri Regina
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Universitas Muhammadyah Malang

 

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses