Peran Ilmuan dalam STE(A)M Ilmu Pangan 5-10 Tahun ke Depan

Peran Ilmuan dalam STE(A)M Ilmu Pangan
Ilmuan STE(A)M Ilmu Pangan (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Pada tahun 2024, jumlah penduduk Indonesia mencapai 281.603,8 ribu dengan laju pertumbuhan 1.1% (BPS 2024). Peningkatan populasi Indonesia yang sudah berstatus overpopulated menyebabkan peningkatan keperluan suplai pangan dengan kontribusi tinggi dari industri pangan sebagai industri yang tak akan berhenti berkembang.

Contohnya dalam hal konsumsi nasi, Indonesia menempati posisi keempat di dunia dengan 98.35% keluarga mengonsumsi nasi setiap hari.

Ketergantungan yang tinggi terhadap nasi menyebabkan Indonesia perlu mengimpor lebih dari 3.062.860 ton beras pada tahun 2023 di mana hal ini berkontribusi terhadap inflasi dan stabilitas harga komoditas yang rendah (Maraseni et al. 2018).

Di sisi lain, era digital menyebabkan banyaknya tren makanan dan kesehatan viral erutama di kalangan gen-Z dan alpha Indonesia. Hal ini menyebabkan bisnis pangan perlu mengalihkan strategi pemasarannya agar dapat sukses di industri yang semakin jenuh dengan perilaku konsumen yang beralih ke produk unik dan trendy.

Bacaan Lainnya

Pandemi COVID-19 juga menyebabkan tren pola hidup sehat di mana konsumen semakin aware dengan pola makan, berat badan, dan aktivitas fisik (Shenkman et al. 2023). Hal ini juga menyebabkan maraknya penyebaran hoaks terkait pangan di media sosial.

Pada tahun 2023, Kominfo harus menangani lebih dari 12.547 isu hoaks. Dari itu, ilmuan pangan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus bertambah di 5-10 Tahun ke depan dengan penerapan STE(A)M (Science, Technology, Engineering, Art, and Maths).

Kebutuhan pangan di Indonesia tidak hanya mengenai tercukupinya kebutuhan makan, namun juga kepekaan dan ilmu pengetahuan masyarakat. Dalam sudut pandang ilmu atau science, peran ilmuan pangan di dunia nyata adalah menyebarluaskan ilmu yang benar dan terverifikasi mengenai pangan dan gizi untuk membuktikan bahwa hoaks tidak benar atau debunking.

Ilmuan pangan memiliki peran penting sebagai peneliti / researcher yang menganalisis dan menelusuri informasi baru dan menyebarluaskan informasi tersebut ke dunia melalui publikasi, baik terkait kimia pangan, biokimia pangan, mikrobiologi atau keamanan pangan, dan rekayasa proses pangan.

Meski begitu, publikasi tersebut umumnya sulit sampai kalangan awam dengan bahasa yang hanya dapat dimengerti orang-orang tertentu umumnya yang berkecimpung di bidang pangan. Diharapkan di masa depan ilmuan pangan tidak hanya berperan sebagai researcher namun juga sebagai spokesperson atau public figure terkait ilmu pengetahuan pangan di kalangan orang awam.

Dari itu, diperlukan suatu forum tersentralisasi yang berperan sebagai pusat informasi mengenai pangan yang bersifat userfriendly untuk orang awam, dengan informasi yang terakreditasi ilmuan pangan, namun dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Selain itu, dapat sistem QnA (Question and Answer) diimplementasi di mana pengguna dapat menanyakan pertanyaan terkait ilmu pangan yang dapat dijawab oleh ahli di bidangnya.

Untuk mencukup kebutuhan pangan, diperlukan laju produksi produk yang lebih cepat dan efisien. Dari segi teknologi (technology), rekayasa (engineering), dan matematika (maths), ilmuan pangan berperan dalam pengembangan peralatan dan sistem produksi inovatif yang dapat membuat proses produksi produk industri lebih efektif dan meningkatkan kapasitas produksi sehingga suatu pabrik dapat mengsuplai produk lebih banyak.

Contoh teknologi terbaru rekayasa proses pangan meliputi teknologi ekstrusi, high preasure processing (HPP), electrical heating, filtrasi membran, 3D printing, dll. Semua teknologi ini berpotensi menghasilkan produk dengan kualitas unggul dalam hal keamanan dan kualitas dan meningkatkan kapasitas produksi.

Meski begitu, umumnya teknologi ini memerlukan investasi sangat besar dengan harga ratusan juta hingga miliaran. Dari itu, hanya beberapa industri besar yang dapat menggunakan teknologi terbaru dan menganggap teknologi tersebut sebagai investasi yang dapat menguntungkan.

Tantangan selanjutnya adalah membuat teknologi tersebut lebih inklusif dan mudah diakses dengan harga yang lebih terjangkau, terutama untuk industri skala kecil sehingga inovasi tersebut dapat memiliki dampak lebih besar di pasar yang lebih luas.

Dari segi art atau seni, ilmuan pangan berperan penting dalam menghasilkan produk baru yang dibutuhkan konsumen dengan proses RnD (Research and Development). Untuk suatu produk memberi dampak, tentu harus terdapat konsumen yang membelinya.

Kebanyakan ilmuan pangan akademia saat berinovasi pangan berpikir mengenai produk yang keren atau idealis contohnya substitusi bahan dasar atau superfoor dengan komponen bioaktif.

Meski begitu, produk-produk seperti itu kurang sesuai dengan pasar Indonesia karena biaya produksinya yang tinggi, harga jual yang umumnya tidak terjangkau konsumen, dan sifat sensori yang tidak sepadan.

Produk-produk tersebut akan terhalang di laboratorium dan hanya dibeli dalam skala kecil. Inovasi-inovasi terkait mungkin dapat meningkatkan daya jual produk pangan di negara maju seperti Amerika Serikat atau Jepang karena terdapat demografi menengah ke atas yang sangat peduli terhadap kesehatan. Namun di Indonesia sebagai negara berkembang, kesuksesan suatu produk lebih ditentukan dari harga yang menjangkau dan sifat sensori yang enak.

Pengembangan produk harus bersifat consumer driven dengan pertama memikirkan perilaku dan masalah yang dialami konsumen yang perlu diperbaiki. Inovasi produk haris sesuai dengan kondisi pasar dan memiliki keseimbangan antara nilai kesehatan (kebutuhan) dan daya jual (keinginan).

Dari itu, ilmuan pangan perlu mencari keseimbangan dalam inovasi produk dari segi rasa, trendiness, dan kesehatan. Dengan industri produk makanan dan minuman terproses yang semakin jenuh, kreativitas tinggi diperlukan untuk mengembangkan produk yang yang menarik yang dan mendisrupsi industri contohnya variasi rasa baru, sifat sensori unik, nilai tambah convenience, dll (Ramachandran et al. 2018).

Contoh dari tren pangan terbaru meliputi, produk campuran dua makanan (crookies, brookies, dan cronut), produk dengan substitusi bahan (donut dari tepung labu, kopi susu berbasis susu nabati), kemasan self-heating, dan diet baru seperti vegetarian dan keto, dll (Hassoun et al. 2022).

Dari itu, ilmuan pangan tidak hanya harus memiliki kompetensi di bidang sains, namun juga peka terhadap bisnis dan pemasaran. Diharapkan instansi ilmu pangan menerapkan pendidikan lebih terkait dasar business dan marketing.

Dapat disimpulkan bahwa kesenjangan antara akademia dan industri di Indonesia perlu dirapatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia yang terus meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan sinergi antara academia dan industri baik dari segi sains, teknologi, maupun seni.

Diharapkan akademisi tidak meremehkan industri dan industri juga menghargai akademisi dengan adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Contoh hal yang dapat diterapkan adalah konsultasi untuk industri, suplai invasi bahan tambahan pangan dan peralatan secara B2B, dll. Dari itu, dapat diciptakan kolaborasi yang berpotensi lebih memajukan sektor pangan di Indonesia.

 

 

Penulis: Michael Nirjana
Mahasiswa Teknologi Pangan, IPB University

 

Referensi

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2024. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu Jiwa), 2022-2024 [diakses 2024 November 24]. https://www.bps.go.id

Hassoun A, Cropotova J, Trif M, Rusu AV, BobiÅŸ O, Nayik GA, Jagdale YD, Saeed F, Afzaal M, Mostashari P, et al. 2022. Consumer acceptance of new food trends resulting from the fourth industrial revolution technologies: A narrative review of literature and future perspectives. Front Nutr. 9.doi:10.3389/fnut.2022.972154.

Maraseni TN, Deo RC, Qu J, Gentle P, Neupane PR. 2018. An international comparison of rice consumption behaviours and greenhouse gas emissions from rice production. J Clean Prod. 172:2288–2300.doi:10.1016/j.jclepro.2017.11.182.

Ramachandran D, Kite J, Vassallo AJ, Chau JY, Partridge SR, Freeman B, Gill T. 2018. Food Trends and Popular Nutrition Advice Online – Implications for Public Health. Online J Public Health Inform. 10(2).doi:10.5210/ojphi.v10i2.9306.

Shenkman R, Diewald L, Murray MB, Oliver TL. 2023. Unveiling Lived Experiences: Exploring the Health and Lifestyle Effects of COVID-19 on Healthcare Workers. Nutrients. 15(23):4857.doi:10.3390/nu15234857.

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses