Bagaimana sih Realisasi Komunikasi Terapeutik Seorang Apoteker? Simak Artikel Berikut!

Realisasi Komunikasi Terapeutik Seorang Apoteker

Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang pada umumnya berkontribusi dalam pembuatan obat. Seorang apoteker akan meracik obat sesuai resep yang telah diberikan oleh dokter. Apoteker memiliki spesialisasi dalam peracikan obat sesuai dosis yang tepat agar pasien dapat merasakan manfaat yang maksimal dari kandungan obat.

Nah, apakah apoteker hanya berkecimpung dalam peracikan obat saja? Jawabannya adalah tidak. Seorang apoteker juga memiliki kewajiban untuk menginformasikan mengenai dosis dan metode penggunaan obat kepada pasien.

Dikutip dari idikabkaranganyar.org, Obat yang diberikan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh pasien apabila tidak diminum sesuai anjuran. Hal tersebut menggambarkan bahwa apoteker wajib memiliki keterampilan dalam berkomunikasi yang baik dengan pasiennya.

Membangun komunikasi yang baik sekaligus efektif perlu dilatih. Itulah mengapa komunikasi ‘terapeutik’ sangat krusial bagi seorang tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah apoteker.

Bacaan Lainnya

Apa sih komunikasi ‘terapeutik’ itu? Komunikasi terapeutik memiliki konsep dasar yang berkaitan dengan hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan pasien yang bermaksud untuk mendapatkan sisi emosional pasien dalam rangka membantu proses kesembuhan.

Dalam merealisasikan komunikasi terapeutik, apoteker harus memiliki karakteristik dalam dirinya seperti rasa ikhlas, hangat, dan empati. Ketiga ciri tersebut dapat merangsang emosi pasien sehingga mereka dapat mengekspresikan perasaannya tanpa tekanan. Untuk melakukan komunikasi terapeutik, seorang apoteker dapat menggunakan verbal seperti bertatap muka, tertulis seperti ketika menuliskan penggunaan obat, dan nonverbal.

Baca Juga: Apoteker: Lebih dari Sekedar Meracik Obat

Komunikasi ini dapat berjalan dengan baik ketika apoteker dapat menjelaskan suatu informasi secara lengkap dan dengan nada yang pelan. Apoteker juga memberikan kesempatan kepada pasien apabila terdapat sesuatu yang membingungkan.

Seperti halnya di salah satu puskesmas daerah Jember, apoteker telah menerapkan komunikasi terapeutik kepada pasien. Tidak hanya berfokus saat melakukan screening resep namun apoteker menjelaskan secara rinci mengenai penggunaan obat yang harus mereka konsumsi. Oleh sebab itu, komunikasi terapeutik ini sangatlah penting baik.

Saya menganggap bahwa dengan komunikasi terapeutik ini dapat mencegah terjadinya miskomunikasi apalagi kesalahan prosedur yang dapat mengarah ke malpraktik. Untuk itu, penting bahwasannya bagi tenaga kesehatan khususnya apoteker seyogyanya berlatih untuk menerapkan komunikasi yang baik dengan pasiennya.

 

Penulis: Vela Cahya Tirany
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Universitas Airlangga

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses