Pernikahan dini merupakan hal yang sangat sering kita temui di era sekarang dan kita temui di negara manapun termasuk Indonesia. Banyak sekali masyarakat Indonesia terutama perempuan yang sangat mengabaikan hal tersebut.
Banyak faktor yang melatarbelakangi pernikahan dini tersebut. Seperti kenakalan remaja yang mengakibatkan kehamilan diluar pernikahan, budaya yang masih dipegang erat, dan lain-lain. Salah satu contoh kasus tersebut ada di kota Probolinggo Jawa Timur yang mempunyai kasus pernikahan dini dengan angka yang cukup banyak.
KUA Probolinggo menangani kasus sejumlah 825 kasus. Berdasarkan data UNICEF tahun 2023 Indonesia menempati peringkat empat dalam perkawinan anak global dengan jumlah kasus sebanyak 25,53 juta.
Salah satu dampak dari pernikahan dini tersebut adalah psikologis seorang ibu dan anak yang saling berkaitan. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tentang dampak pernikahan dini terhadap psikologis ibu dan anak serta upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Menurut teori pembelajaran sosial (Albert Bandura) individu belajar melalui pengamatan dan meniru perilaku orang lain dalam lingkungan sosial. Dalam pernikahan usia dini, ibu muda mungkin memiliki keterbatasan dalam menjadi model perilaku yang baik bagi anak mereka, karena mereka sendiri mungkin tidak memiliki pengalaman hidup yang cukup atau menghadapi kesulitan dalam mengelola peran tersebut.
Baca Juga:Â Mengapa Anak Muda Zaman Sekarang Susah Mengontrol Nafsunya hingga Terjadi Pernikahan Dini
Menurut teori attachment (John Bowlby) mengemukakan bahwa hubungan awal antara anak dan pengasuh (attachment) sangat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Jika ibu menikah di usia dini dan belum matang dalam peran pengasuh, anak mungkin akan mengalami ketidakstabilan emosional atau kurang mendapatkan perhatian yang memadai.
Hal ini dapat mempengaruhi cara anak membentuk emosinya. Demikian, ibu yang mengalami pernikahan dini akan sering mengalami dampak tekanan psikologis yang sangat besar. Mereka secara langsung dipaksa untuk beralih tanggung jawab.
Seseorang yang awal mulanya masih menikmati kehidupan seperti anak anak di usia yang seharusnya, tiba-tiba merasakan tanggung jawab yang sangat besar yaitu menjadi seorang ibu. Hal tersebut menyebabkan gangguan-gangguan seperti kecemasan, stres berkepanjangan dan depresi.
Pemicu tersebut bisa di latar belakangi oleh keinginan mereka yang belum tercapai seperti masih ingin meneruskan pendidikan lagi atau melihat teman sebaya mereka yang bisa bermain dengan gembira tanpa tekanan.
Demikian juga, anak anak yang lahir dari pernikahan dini juga biasanya memiliki dampak psikologis yang sangat serius. Karena kurangnya kasih sayang seorang ibu yang masih muda dan belum siap secara fisik dan mental untuk menjadi orang tua.
Faktor ekonomi pun juga mempengaruhi dampak psikologis anak tersebut, karena keuangan yang masih kurang tentu akan menghambat kebutuhan tumbuh kembang serta keinginan anak anak untuk membeli hal-hal yang dimiliki anak di usia sebaya nya dan secara tidak langsung hal itu memicu dampak psikologis seorang anak.
Selain itu, stigma sosial juga dapat memperburuk psikologis ibu dan anak karena orang awam akan berpandangan bahwa hal tersebut di latar belakangi dampak negatif. Lebih buruknya lagi, anak tersebut yang tidak tahu apa-apa menjadi korban dampak negatif orang tua mereka.
Stigma ini tentu menghambat mereka dalam mengakses hal yang seharusnya di explore di usia mereka. Dengan demikian hal tersebut berdampak sangat serius sekali terhadap psikologis ibu dan anak.
Baca Juga:Â Pernikahan Dini Bukanlah Solusi! Ayo Cegah Pernikahan Dini dengan Menjaga Diri Demi Masa Depan yang Cerah
Upaya dalam penanganan permasalahan tersebut sangatlah penting. Seperti dilakukannya edukasi pendidikan tentang resiko pernikahan dini secara berkala kepada masyarakat terutama pada remaja. Diberinya konseling untuk ibu dan anak yang sudah terkena gangguan psikologis.
Pemberdayaan ekonomi juga sangat penting untuk membantu ibu dalam meredakan stres yang dipicu oleh faktor penekanan finansial yang melonjak. Hal yang paling penting juga adalah kesadaran seluruh masyarakat dan diri sendiri untuk mengerti dampak bahaya pernikahan dini yang terus mengancam kehidupan ibu dan anak.
Peran masyarakat pun juga sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu dan anak yang terkena dampak psikologis agar semangat dalam menjalani hari-harinya dan bisa menerima dengan lapang dada hal yang sudah terlanjur di alaminya.
Pernikahan dini selalu membawa dampak yang kontra. Dampak tersebut saling berkaitan yaitu dari segi mental seorang ibu yang tidak siap untuk menghadapi masalah yang tidak selaras dengan usia nya dan anak anak yang mendapatkan tekanan mental dari orang tua mereka yang belum tahu parenting dalam mendidik anak yang baik.
Dari segi fisik dan sistem reproduksi untuk anak yang melakukan pernikahan dini masih sangat belum matang untuk mempunyai anak dan menyebabkan anak terlahir dengan prematur. Di lingkungan sosial pernikahan dini juga sangat-sangat dianggap hal yang sangat negatif karena pandangan orang awam yang selalu mengaitkan dengan kenakalan remaja atau hal negatif lainnya.
Bahkan masalah ekonomi pun tidak luput dalam permasalahan pernikahan dini karena saling berkaitan yaitu anak yang mengalami pernikahan dini akan sulit dalam mendapatkan pekerjaan karena usia yang belum mencukupi untuk bekerja dan pendidikan yang terputus juga salah satu penghambat dalam mencari pekerjaan serta kebutuhan setelah menikah dan anak juga sangat mahal sehingga hal tersebut sangat berpengaruh sekali dari segi ekonomi.
Oleh sebab itu kerjasama di elemen masyarakat dan yang paling penting kesadaran diri sendiri untuk mencegah hal tersebut. Edukasi ini sangat penting untuk dilakukan bersama-sama agar kedepannya menciptakan generasi emas yang sehat akan mental, fisik dan psikologisnya.
Penulis: Risma Rodiyah
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News