Etika penggunaan data menjadi topik hangat di era digital ini, mengingat semakin banyaknya data pribadi yang dikumpulkan oleh perusahaan teknologi, pemerintah, dan pihak-pihak lainnya tanpa kita sadari.
Data pribadi ini biasanya diambil dengan berbagai tujuan dan keperluan, seperti meningkatkan pengalaman pengguna, memberikan rekomendasi produk atau menganalisis kebiasaan kita.
Namun, ditengah manfaat tersebut, seringkali data dikumpulkan dan digunakan tanpa persetujuan atau pemahaman yang jelas dari sang pemilik data. Dalam beberapa kasus, data pengguna bahkan dijual kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan mereka.
Situasi ini melanggar prinsip dasar transparansi dan privasi yang seharusnya dijaga oleh pengumpul data. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal etika: seberapa jauh mereka berhak mengumpulkan dan menggunakan data kita tanpa izin? Ini bukan cuma masalah teknis, tapi juga soal menghormati privasi kita sebagai pengguna.
Masalah tersebut memunculkan dampak bagi masyarakat yang dimana ketika data kita dipakai tanpa sepengetahuan atau izin, ada banyak dampak negatif yang bisa terjadi. Banyak orang merasa hak privasi mereka dilanggar dan jadi tidak percaya pada perusahaan atau pemerintah yang seharusnya menjaga data mereka.
Selain itu, banyak pengguna merasa terganggu dengan iklan yang muncul berdasarkan data pribadi mereka, misalnya iklan yang sesuai dengan minat mereka tapi terlihat terlalu “mengintip” kehidupan pribadi.
Bahkan dalam beberapa kasus, data pribadi kita bisa dipakai untuk tujuan politik atau bisnis, yang bisa mempengaruhi opini atau pandangan kita secara sosial. Kalau hal ini terus terjadi, orang-orang mungkin akan semakin takut menggunakan layanan digital dan membagikan data mereka.
Baca Juga: Etika Profesi Data Analis
Meski ada banyak risiko, penggunaan data yang etis sebenarnya bisa bermanfaat. Misalnya, jika data kita dikumpulkan dengan izin dan digunakan dengan baik, data tersebut bisa membantu kita menerima layanan yang lebih baik.
Di sektor kesehatan, data ini bisa mendukung penelitian untuk menemukan solusi kesehatan yang lebih efektif. Di bidang perencanaan kota, data bisa membantu membuat sistem transportasi yang lebih efisien.
Penggunaan data yang bertanggung jawab dan transparan juga bisa meningkatkan pengalaman kita sebagai pengguna, seperti mendapatkan rekomendasi yang relevan dari aplikasi yang kita pakai. Dengan persetujuan kita, data ini bisa benar-benar membantu memudahkan hidup.
Namun, jika data kita dipakai sembarangan, banyak masalah yang bisa timbul. Salah satu yang paling mengganggu adalah pelanggaran privasi, karena kita merasa kehidupan kita selalu diawasi tanpa kita tahu. Hal ini membuat orang merasa tidak aman di dunia digital.
Lebih dari itu, penyalahgunaan data juga bisa berdampak buruk, seperti data kita dipakai untuk keputusan diskriminatif, misalnya dalam hal kredit atau pekerjaan. Ada juga kekhawatiran bahwa data pribadi bisa dipakai untuk mempengaruhi opini kita, seperti dalam politik, yang membuat kita jadi objek manipulasi.
Jika terus dibiarkan, orang-orang bisa kehilangan kepercayaan pada teknologi dan perusahaan yang seharusnya menjaga data mereka.
Baca Juga: Ketika Ujian Hidup Datang Apa yang Harus Dilakukan
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang jelas. Pertama, pemerintah perlu menetapkan aturan tegas soal bagaimana data kita dikumpulkan dan digunakan, serta memberikan sanksi bagi yang melanggar.
Perusahaan juga harus lebih transparan soal bagaimana mereka mengelola data pengguna, serta memberikan opsi bagi pengguna untuk setuju atau tidak saat data mereka dikumpulkan. Kedua, masyarakat juga perlu paham cara melindungi data pribadi, misalnya dengan mengatur privasi di media sosial atau aplikasi.
Dengan begitu, kita sebagai pengguna jadi lebih waspada soal data kita. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa memastikan data pribadi digunakan dengan etika dan privasi kita tetap terlindungi.
Penulis: Daniella Jane
Mahasiswa Teknologi Sains Data Universitas Airlangga
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News