Akhir-akhir ini, proliferasi teknologi berbasis AI (artificial intelligence) sangat melonjak pesat. AI merajai hampir di segala sektor, baik pendidikan, industri, bisnis, medis dan masih banyak lagi. AI juga digadang-gadang akan menjadi teknologi yang menjadi kunci masa depan. Dalam konteks pendidikan, AI menjadi alat yang tidak hanya memudahkan proses pembelajaran, tetapi juga mengubah cara mahasiswa dan pendidik berinteraksi dengan ilmu pengetahuan.
Seiring dengan kemajuan, muncul tantangan besar terhadap pengembangan kemampuan intelektual manusia, khususnya dalam pendidikan tinggi. Bukan hanya Ketergantungan tetapi sudah mengalami kecanduan pada AI sehingga berisiko menggeser peran manusia dari pembelajar aktif menjadi sekadar pengguna teknologi, hal ini sangat bertentangan dengan tujuan utama pendidikan tinggi, yaitu membentuk individu yang kritis, kreatif, dan inovatif.
Tahukah Anda bahwa kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan? Menurut laporan UNESCO (2022), teknologi AI semakin banyak diterapkan dalam sektor pendidikan tinggi untuk mendukung proses pembelajaran. AI mempermudah mahasiswa dalam mengakses informasi, menyelesaikan tugas, dan menganalisis data untuk penelitian. Namun,manfaat kehadiran AI menghadirkan tantangan serius terkait pergeseran peran kecerdasan manusia dalam pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi bertujuan mengembangkan kemampuan kritis, analitis, dan inovatif. Sayangnya, banyak mahasiswa cenderung mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas secara instan, seperti dalam penulisan esai atau analisis data. Hal ini berisiko melemahkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mereka, yang seharusnya menjadi ciri khas lulusan perguruan tinggi (Crompton & Song, 2021).
Selain itu, peran dosen turut terdampak. Platform berbasis AI menawarkan materi, evaluasi otomatis, hingga rekomendasi pembelajaran. Walaupun bermanfaat, interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa berkurang, padahal penting untuk membangun pemahaman mendalam dan diskusi kritis. Di sisi lain, AI memiliki manfaat signifikan, seperti memfasilitasi pembelajaran personalisasi dan membantu penelitian. Mahasiswa dapat belajar sesuai kecepatan dan gaya masing-masing, mempercepat pemahaman materi. Namun, ketergantungan berlebihan pada AI bisa mengurangi inisiatif eksplorasi ide secara mandiri.
Perguruan tinggi perlu mengadopsi penggunaan AI dalam pendidikan secara proporsional, di mana AI berfungsi sebagai alat bantu, namun peran dosen tetap vital untuk merangsang kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Selain itu, edukasi tentang pemanfaatan AI harus etis dan bertanggung jawab juga ini penting agar mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi tanpa mengorbankan kemampuan intelektual mereka. Perubahan peran kecerdasan manusia akibat dominasi AI menjadi tantangan yang harus dihadapi, dan dengan pendekatan yang tepat, AI dapat memperkuat pembelajaran tanpa mengurangi esensi pembelajaran manusia, menghasilkan individu yang lebih cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab (Wang et al., 2018).
AI Untuk Pembelajaran Dipersonalisasi
Teknologi kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya melalui pendekatan dipersonalisasi. Dengan memanfaatkan platform berbasis AI, materi ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu mahasiswa, baik dari segi tempo maupun gaya belajar. Sehingga memungkinkan mahasiswa untuk lebih cepat dan mendalam memahami materi yang disampaikan, fleksibilitas yang ditawarkan AI memungkinkan mahasiswa untuk mengatur pola belajar secara mandiri, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan hasil belajar.
AI dalam Pembelajaran Mandiri
Tidak hanya memberikan manfaat dalam pembelajaran di ruang kelas, AI juga memainkan peran penting dalam mendorong proses pembelajaran mandiri. Teknologi ini mampu menganalisis kemajuan belajar mahasiswa secara terukur dan memberikan rekomendasi materi tambahan sesuai kebutuhan individu.
Dengan fitur ini, mahasiswa dapat memperdalam pemahaman mereka terhadap materi kuliah dan mengatasi tantangan akademik di luar waktu pembelajaran formal. AI juga membuka kesempatan lebih luas bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri dan  bisa memperkaya pengalaman belajar mereka.
Tantangan Ketergantungan AI
Dalam dunia penelitian, AI memungkinkan pengolahan data dalam jumlah besar secara lebih efisien dan akurat. Teknologi ini mempercepat analisis statistik, berbagi data, dan kolaborasi internasional dalam dunia akademik (UNESCO, 2022). Namun, ketergantungan berlebihan pada AI berisiko mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mahasiswa.
Ketergantungan tinggi pada teknologi dapat menghambat inisiatif mahasiswa untuk mengeksplorasi ide secara mandiri. Karena itu, penting bagi perguruan tinggi untuk menggunakan AI secara bijaksana agar teknologi ini mendukung pengembangan keterampilan manusia, bukan menggantikannya (Huang et al., 2021; Felix, 2020).
Baca Juga:Â Teknologi Terbaru: Artificial Intelligence
Penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan sering kali dipandang dapat mengurangi pentingnya interaksi manusia, khususnya antara dosen dan mahasiswa (Huang et al., 2021). Beberapa pihak beranggapan bahwa ketergantungan pada AI dalam proses belajar mengajar berpotensi menghilangkan hubungan pribadi yang esensial serta mengurangi kesempatan mahasiswa untuk berkolaborasi dan berdiskusi mendalam.Dikhawatirkan dapat berdampak negatif pada kualitas pembelajaran, terutama dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis.
Meskipun ada kekhawatiran, penerapan AI dalam pendidikan tidak seharusnya mengurangi pentingnya interaksi manusia. Sebaliknya, AI berperan sebagai sarana yang mendukung proses pembelajaran. Teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi dan mempermudah akses informasi, sementara interaksi antara dosen dan mahasiswa tetap sangat penting untuk memperdalam pemahaman serta mendorong diskusi yang lebih kritis. Hal ini, dosen bisa lebih fokus pada pembimbingan dan memberikan arahan kepada mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan kreatif  dan analitis yang tidak dapat digantikan oleh AI (Felix, 2020).
Sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO (2022), AI seharusnya berperan sebagai pendukung dalam pendidikan, bukan pengganti interaksi manusia yang esensial. Oleh karenanya, meskipun penerapan AI menghadirkan tantangan, dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat memberikan manfaat maksimal tanpa mengurangi esensi pembelajaran manusia.
Kesimpulan
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan tinggi memberikan banyak keuntungan, terutama dalam mempercepat proses pembelajaran dan penelitian. AI memungkinkan pembelajaran lebih personal dengan menyesuaikan kecepatan dan gaya belajar mahasiswa, serta meningkatkan efisiensi dalam analisis data penelitian. Meski demikian, meskipun AI menawarkan kemudahan, ada kekhawatiran mengenai pengurangan interaksi manusia yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis.
Namun, perlu ditekankan bahwa AI seharusnya bukanlah pengganti, melainkan alat untuk mendukung proses pendidikan. Interaksi antara dosen dan mahasiswa tetap sangat penting untuk memperdalam pemahaman dan mendorong kreativitas yang tidak dapat dihasilkan oleh teknologi. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus menggunakan AI dengan bijaksana, memastikan bahwa teknologi ini memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi manusia, bukan menggantikannya.
Baca Juga:Â Artificial Intelligence: Membantu atau Menghancurkan Kreativitas Ilmiah?
Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat memperkaya pendidikan tanpa merusak esensi interaksi manusia dalam proses belajar. Tanggung jawab kita sebagai pendidik dan mahasiswa adalah untuk memanfaatkan teknologi ini secara etis, memastikan bahwa kecerdasan buatan tidak mengurangi kualitas pendidikan, tetapi justru membantu menciptakan generasi yang lebih cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab.
Masa depan pendidikan tinggi bergantung pada kemampuan kita untuk menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam. Dengan memanfaatkan AI dengan bijaksana, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inovatif dan produktif.
Penulis: Ridwan Lanya
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Madura
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News