Kemampuan literasi menjadi modal berharga di era digital ini.
Ibaratnya, bukan sekadar membaca dan menulis saja, tetapi cara menjual atau membuat sesuatu yang bernilai dari kemampuan literasi kita, mulai dari membuat buku indie hingga menjadi mentor akademik.
Pokoknya, apa pun caranya untuk menghasilkan uang dari ilmu dan skill literasi yang kita miliki.
Akan tetapi, segala sesuatu yang namanya bisnis, pasti ada saja sisi gelapnya.
Salah satu hal yang paling membuat ngelus dada adalah jasa joki skripsi, tugas, atau karya tulis lainnya.
Saya pun sebenarnya selama ini merasa heran dengan orang yang memakai jasa joki, kok ada orang yang lebih percaya dengan orang lain untuk mengerjakan tugas kuliahnya daripada diri sendiri yang menekuni bidang keilmuan itu? Ya, memang lagi-lagi perihal pilihan dan hasil instan.
Baca juga: Sosialisasi dan Pelatihan Kewirausahaan serta Melatih Keberanian Seseorang pada Usia Dini
Tidak Hanya Merusak Kantong, Tetapi Juga Otak
Si Joki mungkin akan berpikir, “Wah, ladang duit, nih!” Mereka menawarkan mudah, cepat, dan janji hasil yang memuaskan untuk mahasiswa yang mepet deadline atau memang kesulitan mengerjakan tugas.
Sekilas, sih, kayak pahlawan kesiangan, tetapi dampak jangka panjangnya? Nah.
Mahasiswa yang memakai jasa joki tidak akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, apalagi dalam hal menulis.
Mereka hanya mendapatkan produk jadi tanpa merasakan proses belajar yang seharusnya.
Hal ini sama saja dengan penipuan yang membahayakan reputasi individu dan kampus. Lebih parah lagi, praktik joki ini akan membuat ketergantungan.
Mahasiswa yang sudah terbiasa memakai jasa joki akan malas belajar mandiri. Nah, hal ini tentu berbahaya untuk kualitas lulusan nanti.
Mau jadi apa kalau lulusan nggak kompeten gara-gara hanya modal joki?
Baca juga: Krisis Moral Generasi Muda di Era Digital Melalui Gagasan Pendidikan Karakter KH. Ahmad Dahlan
Ubah Joki jadi Teman Diskusi
Tak dipungkiri bahwa banyak mahasiswa yang merasa kesulitan saat mengerjakan tugas.
Entah karena beban studinya berat, bimbingan kurang, atau memang skill dasar menulis dan risetnya minim.
Mahasiswa itu sebenarnya cuma membutuhkan teman untuk diskusi.
Daripada orang yang joki mengerjakan tugas mahasiswa secara keseluruhan, lebih baik menyediakan bimbingan selama proses penulisan, seperti membantu menentukan topik, menyusun kerangka, memberi masukan di draft tulisan, hingga membersamai saat proses revisi.
Dengan begitu, mahasiswa juga belajar skill yang relevan dan bisa dipakai lagi untuk membuat karya sendiri.
Baca juga: Joki Tugas Kuliah Sudah menjadi Rutinitas Mahasiswa
Bisnis yang Berkah
Bisnis joki sebenarnya berada di “wilayah abu-abu” karena seperti bermain petak umpet dengan dosen pembimbingnya.
Maka dari itu, bisnis pendampingan literasi atau teman diskusi bisa menjadi pilihan terbaik dan insyaallah berkah.
Model bisnis ini memang beda.
Fokusnya bukan lagi menyediakan produk atau menawarkan kecepatan, tetapi proses mentransfer ilmu.
Dengan demikian, otomatis akan membutuhkan kesabaran, keahlian mengajar, dan kemampuan membimbing.
Intinya, sudah saatnya meninggalkan usaha joki. Tidak perlu menolak klien yang sudah masuk, cukup mengubah prosedur menjadi teman diskusi.
Awalnya memang membutuhkan waktu dan komitmen.
Mungkin juga profit di awal tidak sebesar joki yang sekali dibayar langsung lunas.
Akan tetapi, coba, deh, dipikir jangka panjangnya.
Ketika berjalan dengan lancar, bisnis ini akan membangun kepercayaan yang kuat.
Klien yang puas karena benar-benar dibimbing dan merasa ilmunya bertambah akan mempromosikan kepada teman-temannya.
Dari mulut ke mulut, reputasi positif ini akan menyebar luas ke mahasiswa yang mencari solusi cerdas, bukan sekadar jalan pintas.
Dengan berdiskusi, akan tetap memberdayakan mahasiswa dan menumbuhkan rasa percaya diri akan hasil karyanya.
Jangan cuma mikir untung instan, tetapi juga jangka panjang ke depan. Setuju?
Penulis: Asri Kamila Ramadhani
Mahasiswa Jurusan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News