Analisis Manuskrip Kuno: Pendidikan Agama Melalui Ibadah Anak Melalui Bimbingan Bertahap dan Disiplin

Manuskrip Kuno
Ilustrasi Manuskrip Kuno (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Halaman Pertama

Transkrip

Injumi`at ma`ahaa faṣlun yajib `alaa waliyyi ṣabiyyi wa ṣṣabiyyati al-mumayizzaini an ya‘murahumaa biṣṣalaati wa yu`allimahumaa aḥkaamahaa ba`di sab`i siniina wa ya ḍribahumaa `alaa tarkihaa ba`da `asyari siniina kaṣawmin aṭooqoohuwa.

 

Analisis Manuskrip

Manuskrip ini merupakan naskah beraksara Arab Pegon yang membahas pendidikan agama Islam, khususnya kewajiban shalat bagi anak-anak dan peran wali dalam membimbing mereka sejak dini. Dalam ajaran Islam, anak yang telah mencapai usia tamyiz, sekitar tujuh tahun, harus diperintahkan untuk shalat dan diajarkan hukum-hukumnya.

Bacaan Lainnya

Jika setelah mencapai usia sepuluh tahun mereka masih meninggalkannya, wali diperbolehkan memberikan hukuman ringan sebagai bentuk pendidikan disiplin. Konsep ini juga dikaitkan dengan ibadah puasa, di mana anak yang sudah mampu dianjurkan untuk berlatih agar terbiasa menjalankan kewajiban agama sebelum mencapai usia baligh.

Dari sudut pandang filologi, manuskrip ini memiliki nilai historis dan budaya yang penting karena ditulis dalam aksara Arab Pegon, yang umum digunakan di Nusantara untuk menuliskan bahasa lokal.

Penggunaan aksara ini menunjukkan bagaimana Islam disebarkan dan diajarkan dalam masyarakat Muslim di Indonesia, terutama dalam lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren. Struktur bahasanya mengikuti kaidah Arab klasik tetapi disesuaikan dengan konteks lokal, mencerminkan proses akulturasi dalam penyebaran ajaran Islam.

Secara keseluruhan, manuskrip ini menggambarkan pentingnya pendidikan agama dalam membentuk kebiasaan ibadah anak melalui bimbingan bertahap dan disiplin yang seimbang. Selain berfungsi sebagai pedoman ajaran Islam, naskah ini juga menjadi bukti perkembangan intelektual Islam di Nusantara dan bagaimana nilai-nilai agama diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim pada masa lalu.

Baca juga: Analisis Filologi Manuskrip Pegon Jawa: Telaah Ajaran Tariqah dan Hakikat Muhammadiyah

 

Halaman Terakhir

Transkrip

Syatama nabiyyan aw malakan aw qoola akuunu qowwaadan in ṣalaitu aw maa a ṣabtu khoironn munżu ṣallaitu awi aṣṣalaatu laa taṣluḥu lii biqoṣdi al istikhfa fibihaa awi al-istihzaa‘I awi istiḥlaali tarkihaa.

 

Analisis

Manuskrip dalam gambar ini menunjukkan teks beraksara Arab Pegon yang membahas pernyataan-pernyataan yang dapat dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap ajaran Islam, khususnya terkait dengan shalat.

Kalimat yang tertulis dalam manuskrip ini menjelaskan bahwa seseorang yang menghina Nabi atau malaikat, serta mengucapkan kata-kata yang meremehkan shalat, seperti menyebut dirinya lebih baik tidak shalat atau mengatakan bahwa shalat tidak bermanfaat baginya, dapat dianggap telah melakukan tindakan yang mencerminkan pengabaian terhadap nilai-nilai agama.

Pernyataan dalam teks ini juga mengindikasikan bahwa penghinaan terhadap ibadah shalat, baik melalui istihzā’ (olok-olok), istikhfāf (meremehkan), atau istiḥlāl tarkihā (menganggap boleh meninggalkannya), adalah tindakan yang memiliki konsekuensi serius dalam ajaran Islam.

Dari sudut pandang fikih, ungkapan semacam ini dapat dianggap sebagai bentuk penistaan agama, yang dalam banyak referensi hukum Islam dikategorikan sebagai perbuatan yang sangat dikecam.

 

Penulis:

  1. Mu’ammar Rizki Yusuf
  2. Dr. Iin Suryaningsih S.S M.A

Mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses