Asia Timur di Titik Kritis: Bagaimana Jepang dan Korea Selatan Jadi Kunci Perdamaian Lewat Diplomasi ASEAN Plus Three

Asia Timur di Titik Kritis: Bagaimana Jepang dan Korea Selatan Jadi Kunci Perdamaian Lewat Diplomasi ASEAN Plus Three
Sumber: pexels.com/Lara Jameson

Asia Timur saat ini tengah berada di persimpangan yang krusial. Ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea, sengketa Laut Tiongkok Selatan, dan persaingan strategis antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi bayang-bayang yang mengancam stabilitas kawasan.

Dalam konteks ini, ASEAN Plus Three (APT)—yang melibatkan ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok—muncul sebagai platform strategis untuk meredakan konflik dan memperkuat kerja sama keamanan multilateral.

Namun, di tengah dinamika ini, dua aktor penting yaitu Jepang dan Korea Selatan justru memainkan peran yang lebih signifikan dari sekadar mitra dialog.

Dengan pengalaman historis, kekuatan ekonomi, dan kedekatan geografis, keduanya menjadi penyeimbang baru dalam upaya menjaga stabilitas regional.

Bacaan Lainnya

Jepang, melalui kebijakan “Proaktif untuk Perdamaian” dan peran aktif dalam diplomasi regional, berupaya menciptakan tatanan keamanan kolektif yang berbasis pada aturan hukum internasional.

Sementara itu, Korea Selatan, dengan pendekatan “New Southern Policy”-nya, mendorong sinergi ekonomi dan keamanan antara ASEAN dan Korea Selatan sebagai bentuk penyeimbang terhadap dinamika besar Tiongkok-AS.

Baca Juga: Trade Liberalization and National Industrial Competitiveness of Indonesia within the RCEP and the ASEAN Free Trade Area

Kedua negara ini tidak hanya hadir sebagai kekuatan ekonomi, tetapi juga sebagai katalis dialog strategis di tengah fragmentasi politik di Asia Timur.

Melalui forum-forum seperti East Asia Summit (EAS) dan ASEAN Regional Forum (ARF), kontribusi Jepang dan Korea Selatan menjadi kunci untuk mendorong inisiatif keamanan non-tradisional, seperti penanggulangan bencana, keamanan siber, hingga krisis kesehatan.

Namun, tantangan tetap ada. Ketergantungan ASEAN terhadap konsensus dan lemahnya posisi kolektif terhadap isu-isu sensitif seperti Laut Tiongkok Selatan, membuat efektivitas diplomasi APT rentan terhadap tekanan eksternal, terutama dari Tiongkok.

Oleh karena itu, Jepang dan Korea Selatan perlu lebih progresif dalam diplomasi multilateral. Bukan hanya sebagai mitra ekonomi, tetapi sebagai penjaga stabilitas regional yang mampu mengisi kekosongan kepemimpinan strategis di Asia Timur.

Ketika ASEAN tengah berjuang menjaga netralitasnya, peran aktif Jepang dan Korea Selatan dalam APT bisa menjadi penentu apakah kawasan ini akan menuju integrasi damai, atau terjebak dalam konflik berkepanjangan.

 

Penulis: Arnold Alfa Julianto Tajo
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, Universitas Cenderawasih

 

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses