Tiga tahun yang lalu, kita dikejutkan dengan datangnya musibah wabah covid-19. Akan tetapi, tidak sedikit manusia yang bisa menghadapinya dengan lapang dada. Islam punya solusi. Bagaimana solusinya?
Kita jangan pernah berhenti untuk memohon kepada Allah. Kita harus beristighfar kepada Allah. Agar Allah mengampuni dosa-dosa yang pernah kita lakukan dan dapat mengembalikan rahmat-Nya kepada kita. Supaya Allah menolong kita dari virus corona yang mengancam ketenangan kita.
Setiap detik setiap waktu kita harus beristighfar dan berdoa kepada Allah agar Allah menghentikan wabah corona ini dari muka bumi. Kita harus berusaha dan terus melakukan ikhtiar, baik itu ikhtiar lahiriah dan lahiriah batiniah.
Teringat pesan dari KH. Musthofa Bisri, kita harus bisa menerima cobaan dari Allah SWT ini dengan sikap ridho dan sabar. Kita prioritaskan umat daripada urusan yang lain. Kita hentikan persoalan tentang masalah ekonomi, politik dan sebagainya.
Nyawa manusia itu lebih penting daripada yang lainnya. Prioritaskan soal kemanusiaan dahulu daripada yang lain. Kita harus memprioritaskan keselamatan umat daripada persoalan ekonomi, politik dan lain sebagainya. Kita dituntut untuk lebih peduli dengan sesama. Hal ini demi kepentingan sesama bukan untuk kepentingan kita sendiri.
Lalu, langkah apa yang perlu dilakukan pemerintah sebagai langkah yang jelas dan tepat? Pemerintah harus tegas seperti apa yang dihimbau oleh banyak kalangan untuk segera ngerem dan segera membatasi kegiatan masyarakat.
Pemerintah harus melakukan tegas dan jelas untuk menanggulangi wabah ini. Pemerintah harus menyampaikan kepada masyarakat untuk mensosialisasikan menjelaskan kepada masyarakat untuk memakai masker demi kepentingan bersama.
Pemerintah harus menghimbau kepada masyarakat untuk cuci tangan, memakai handsainitizer, menjaga jarak, tidak berkerumun, membatasi kegiatan.
Menurut penulis, langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan tegas menerapkan protokol kesehatan. Tegas disini tidak hanya memasang poster atau sosialisasi saja. Tapi juga memberlakukan sanksi yang tegas terhadap pelaku yang melakukan pelanggaran pada prokes.
Oleh karena itu, masyarakat butuh pemimpin yang mampu menerapkan Syariah islam. Umat membutuhkan pemimpin yang benar-benar mau mengurus dan melindungi mereka dari bencana.
Sebab, umat saat ini butuh pemimpin yang menanamkan iman dan takwa kepada warga, sehingga mereka menjaga diri dari berbagai tindakan mudharat, taat pada prokes, serta memberikan pelayanan kesehatan, termasuk menghindarkan negeri ini dari sumber wabah penyakit.
Bagi seorang muslim, setiap musibah harus dihadapai dengan keimanan dan ketakwaan. Seorang muslim wajib mengimani bahwa tidak ada satu pun musibah yang dialami melainkan atas kehendak Allah. Tidak ada satu pun musibah seperti bencana alam atau wabah terjadi begitu saja.
Seluruh makhluk yang ada di alam semesta tunduk dan patuh pada perintah Allah. Termasuk berbagai makhluk seperti virus penyebab wabah penyakit, semua tunduk pada kekuasaan-Nya.
Ketika manusia bangga akan kecanggihan teknologi kedokteran, akan sampai pada satu titik bahwa manusia tidak sanggup mengalahkan kekuasaan Allah. Demikianlah hakikat kehidupan dunia.
Tidak ada seorang hamba pun yang melewati hidupnya tanpa ujian dari Allah. Karena itu, sikap sabar dan ridho adalah amal yang mesti ditunjukkan seorang mukmin tatkala ia ditimpa musibah. Diantaranya tidak mencaci-maki sakit yang diderita termasuk tidak mencela corona yang sedang mewabah.
Seorang muslim juga diperintahkan untuk melakukan muhasabah atas dosa-dosa yang dilakukan yang merupakan sebab datangnya wabah. Maka benar apa yang dikatakan Rasulullah, bahwa saat kejahatan merajalela Allah akan meratakan bencana. Saat ini kemungkaran telah merajelela.
Maraknya riba, pelanggaran terhadap hukum Allah, penistaan agama, perzinahan, dan lain sebagainya. Inilah bentuk kedzaliman dan kemungkaran yang ada di depan mata. Maka pantas Allah datangkan bencana corona yang melanda di negeri ini.
Tim Penulis:
1. Riqza Nur Aini
Mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
2. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia