Konsep rezeki dalam agama Islam, kita meyakini bahwa semua manusia itu pasti mempunyai rizki. Tapi, sering kali yang dialami oleh manusia itu biasanya mempunyai perasaan takut ketika rizkinya berkurang dan lain sebagainya. Tapi kita disini diingatkan dalam hadits riwayat Baihaqi: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah derajat rezekinya, oleh karena itu kalian jangan merasa rezeki kalian terhambat, dan bertakwalah kepada Allah wahai sekalian manusia, carilah rezeki yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
Tidak usah khawatir ya sobat, karena memang manusia yang bernyawa itu pasti sudah ditentukan rizkinya, tinggal bagaimana kita menjemputnya. Lalu, dengan cara apa dan bagaimana kita menjemputnya? Apakah dengan duduk saja kemudian uang itu bisa datang sendiri? Tentu tidak. Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian.
Kita kan sering dengar ya sob, mereka tuh orang kaya, sedangkan kita itu orang miskin. Tapi kita disini diingatkan di dalam QS. Yunus ayat 55: “Harta adalah milik Allah, dan manusia hanya diberikan amanah untuk mengelolanya.” Hal ini juga senada dengan QS. An-Najm ayat 68: “dan sesungguhnya Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.”
Ada 4 pertanggungjawaban yang akan ditanya Allah kelak di akhirat yaitu tentang usia, untuk apa kita habiskan? Apakah untuk beribadah dan menolong orang lain? Ataukah dihabiskan dengan banyak rebahan di rumah? Atau dihabiskan dengan banyak main game?. Yang kedua adalah tentang jasmani, untuk apa digunakan? Untuk pergi kemana kaki kita melangkah? Ketiga tentang ilmu, untuk apa diamalkan? Banyak orang pintar tapi korupsi, padahal kita diberi kecerdasan. Keempat tentang harta, didapat darimana harta kita? Kemana harta kita dibelanjakan?
Siklus hidup seseorang yaitu: Anak (0-20 tahun) belum dapat penghasilan, (21-40 tahun) lajang/ sudah menikah dan sudah punya pekerjaan, (41-60 tahun) mapan, (61-80 tahun) pensiun. Banyak orang yang tidak sadar kalau sudah mendekati akhir masa produktifnya/ pensiun, tidak tahu bagaimana mempersipakan dana pensiun/ rencana keuangan. Lalu, bagaimana cara mempersiapkannya? Jawabannya adalah harus punya aset aktif misalnya kontrakan atau punya usaha yang menghasilkan perbulannya untuk nafkah hidupnya.
Pernahkah sobat mendengar kata-kata: “Ingat akhirat, seolah-olah akan meninggal esok, dan jangan lupa bekerja dengan semangat seakan akan akan hidup 1 tahun lagi”? Itu artinya sob, kita harus tetap semangat untuk menjemput rizkinya. Mungkin sebagai seorang muslim itu kesannya materialistis banget ya sob? Padahal sob, banyak ibadah-ibadah yang perlu menggunakan uang. Apa itu? Haji, zakat, umrah, sedekah, wakaf, kemudian nafkah untuk keluarga dan dirinya sendiri, kurban, dan masih banyak lagi. Dalam QS. Al-Asr ayat 1-3 telah diingatkan bahwa, waktu itu sangat berharga, dan sungguh manusia itu berada dalam kerugian jika waktunya tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
Mungkin sobat pernah mendengar hadits yang berbunyi: “Ada seseorang yang jatuh dari sumur kemudian ia diselamatkan dan diberikan susu, ketika ia meminum susu, saat ia menceritakan kejadian peristiwanya, qadarullah ternyata ia jatuh lagi.” Nah, disitu dapat diartikan bahwa, seseorang itu sedang mendekati ajal. Tapi ia masih ada rezeki yang belum sempurna jatahnya yaitu segelas susu tadi, kemudian orang ini wafat.
Penulis: Ihklas Hakiki
Mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia