Birdwatching: Hobi Baru yang Mengasyikan

Hobi
W. Widodo di Kawasan hutan TNGHS

Birdwatching adalah kegiatan mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis burung yang hidup liar dan berinteraksi dengan lingkungan di suatu tipe habitatnya. Habitat burung di alam sangat bervariasi mulai dari hutan dataran rendah, menengah, hingga dataran tinggi.

Tak jarang burung menetap di sekitar pemukiman manusia, dan juga kebun atau pun hutan bagian dalam suatu pedalaman. Dengan semakin maraknya objek-objek wisata alam, maka burung-burung pun juga banyak yang hidupnya tergantung ketersediaan sumber pakan di lokasi wisata alam.

Kegiatan mengamati fauna burung di suatu habitat, seperti di taman-taman wisata atau pun di hutan-hutan kota dapat dilakukan secara santai dan rileks. Kondisi itu dapat dilakukan seiring para wisatawan menikmati keindahan panorama alamnya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Lebih jauh dari itu, atraksi birdwatching sambil berekreasi tidak kalah menyenangkan. Apalagi hal itu disertai dengan lomba-lomba untuk dapat menemukan dan menjumpai sebanyak mungkin catatan jumlah jenis burung, sekaligus mengenal kicauan-kicauan merdu burung secara spesifik.

Lomba-lomba birdwatching yang kian hari kian marak dilakukan di berbagai wilayah Indonesia bukan tidak mungkin menjadi hobi baru bagi para wisatawan, khususnya pecinta lingkungan.

Bahkan, birdwatching dan seperangkat binocular atau teropong untuk intip morfologi burung di alam kian menjadi trendi.

Sehingga, kita tidak perlu menjadikan lagi burung sebagai satwa tangkapan di sangkar-sangkar kecil dan memberinya makan tiap hari terbatas, tetapi justru memelihara dan melindunginya di alam bebas.

Dengan demikian, kita tidak merampas kemerdekaan burung untuk hidup di habitat yang asli sesuai kodrat alamiahnya.

Sarana Pendukung Aktivitas Bidrwatching

Sebelum aktivitas birdwatching dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu disiapkan sarana pendukungnya, yaitu:

1. Memiliki rasa hobi berpetualang

Aktivitas birdwatching adalah suatu hal yang mengasyikan dan menyenangkan, bila saja kita mempunyai rasa hobi untuk berpetualang sambil meneropong burung-burung yang sedang hinggap di kanopi pohon.

Kadang pohon itu tinggi, daun-daunnya lebat, dan burung yang berkicau bersembunyi di balik rindangnya dedaunan. Hal itu susah untuk diamati ciri morfologi yang spesifik, terkecuali kita sudah dapat mengenal dari kicauannya.

Bila saja tidak ada rasa hobi, biasanya cepat bosan. Apalagi kita harus menengadah ke atas cukup lama, sehingga ada rasa capek di leher.

2. Mempersiapkan fisik tubuh

Fisik yang andal perlu dipersiapkan dengan baik, kondisi ini dilandasi atas dasar bahwa kegiatan birdwatching terkadang dilakukannya pada tophografi lokasi yang menanjak, bergelombang, naik turun dan terjal serta alamnya banyak binatang pacet.

3. Menyediakan alat

Seyogyanya, dalam aktivitas birdwatching dapat menyediakan peralatan yang cukup, seperti teropong binocular yang ringan, kamera, HP, notes beserta alat tulisnya. Tidak lupa membawa topi dan sepatu lapangan yang tangguh, seperti sepatu boot.

4. Membawa tas lapang (ransel) yang praktis

Ini untuk mengamankan peralatan dan bekal atau air minum secukupnya. Jangan lupa pula mempersiapkan jas hujannya.

5. Seyogyanya, ada field guide (pemandu) di lapangan

Agar dapat membantu penunjuk jalan maupun dalam hal pengalaman birdwatching.

6. Gunakanlah buku panduan identifikasi burung sesuai daerah penyebarannya

Misalkan kita hendak melakukan aktivitas birdwatching di daerah Indonesia bagian barat, maka buku field guide-nya adalah Panduan Lapangan Burung-burung di Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan sesuai yang disusun oleh Mac. Kinnon dkk (1998).

Tetapi, kadangkala ada burung lepasan dari sangkar orang. Misalnya, kita melakukan birdwatching di Jawa ternyata tiba-tiba melintas/ hinggap di atas tajuk pohon adalah Kakatua Gofin. Padahal, Kakatua Gofin tersebut asli daerah sebarannya hanya ada di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara.

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Birdwatching

Waktu Birdwatching yang tepat adalah sangat penting untuk mendapatkan identifikasi yang baik terhadap spesies burung di alam. Cuaca yang cerah dan tidak kabut ataupun tidak gerimis adalah waktu yang menyenangkan.

Sehingga, kita relatif mudah melihat dan mengabadikan obyek fauna burung di alam. Waktu pengamatan burung di alam sebaiknya dimulai pagi pukul 07.00-11.00 atau di sore hari pada pukul 14.00-17.00.

Pemilihan waktu ini atas dasar jam-jam aktivitas burung tinggi, yaitu untuk mencari pakan. Di luar jam-jam tersebut biasanya burung sedang istirahat dan relatif jarang dijumpai.

Burung-burung cenderung lebih sering dijumpai pada lokasi yang banyak sumber pakannya. Untuk kerabat pemakan buah, seperti kutilang, tohtor, jalak-jalakan bisa diamati di kawasan wisata alam yang ditanami pohon-pohon kiara (Ficus).

Untuk burung manyar, branjangan, gelatik, dan emprit peking dapat dikunjungi areal persawahan. Di areal persawahan ketika petani sedang membajak sawah, biasanya tak jarang dijumpai burung-burung dari suku Ardeidae (seperti Blekok).

Pada kawasan wisata alam pantai dan yang berbatasan dengan hutan mangrove, biasanya terdapat kerabat burung-burung merandai. Di antaranya adalah pecuk, pecuk ular, cangak, dan bintayung. Kalau pun ingin mengetahui kehidupan Curik Bali ya harus berwisata ke Taman Nasional Bali Barat.

Hal ini disebabkan Curik Bali endemik di Bali Barat. Untuk itu pada saat melaksanakan aktivitas birdwatching seyogyanya memilih lokasi sesuai target spesies burung yang dilihat atau menjadi sasaran.

Selain waktu dan lokasi yang tepat, tampaknya ciri-ciri morfologi burung adalah penting juga untuk dikenalinya. Beberapa morfologi burung yang perlu dicatat antara lain adalah warna dan bentuk paruh, iris mata, bulu-bulu di bagian kepala (mahkota), sayap, bagian ekor atas dan bawah, serta kaki.

Bentuk paruh mencirikan spesies burung apakah sebagai pemakan ikan, serangga, buah, biji-bijian, dan nektar madu bunga. Begitu pula bentuk kaki, apakah kelompok passerine (suka hinggap) atau non-passerine (tak suka hinggap) seperti walet.

Bisnis Birdwatching

Kian maraknya kawasan hutan dijadikan sebagai lokasi ekowisata terkadang para pengelola hanya memfasilitasi tempat-tempat rekreasi dengan sarana permainan anak-anak dan tempat-tempat ber-selfi ria. Padahal, hutan tersebut juga dihuni banyak burung di bagian tajuknya.

Apalagi, bila pepohonan yang disediakan di kawasan tersebut merupakan tanaman pelindung dan menghasilkan buah-buahan sebagai sumber pakan burung. Maka, lokasi tersebut seharusnya juga dapat dijadikan sebagai ajang aktivitas birdwatching bagi komunitas pecinta lingkungan.

Hanya saja lokasi tersebut tidak disediakan untuk riuhnya dan hingar bingar musik, tetapi bernuansa agak sunyi. Karena, burung-burung selalu menjauh dari keramaian orang. Hanya beberapa spesies burung yang tampaknya adaptif bagi manusia, seperti kutilang, tekukur, pipit, dan burung-burung pemakan benalu.

Secara ekonomi, aktivitas birdwatching di beberapa negara maju seperti Jepang, Korea, Australia, Amerika, Inggris, dan Belanda sudah lama dijadikan sebagai ajang bisnis. Anak-anak mudanya sudah terlatih melakukan aktivitas birdwatching, khususnya di Jepang pada burung-burung migrannya.

Bahkan di Korea dalam melakukan aktivitas birdwatching tiap orang dikenai biaya 10 Dolar USA atau sekitar Rp150.000.

Di Australia, untuk para wisatawan domestiknya yang melakukan perjalanan birdwatching diperkirakan dapat menyumbangkan ekonomi tahunan negara tersebut hingga 283 M Dolar. Suatu hasil yang sangat menjanjikan.

Semoga aktivitas birdwatching di Indonesia juga dapat dilakukan seperti di negara-negara maju tersebut. Mengingat di Indonesia tersedia beragam spesies burung-burungnya dan lokasi-lokasi untuk birdwatching juga ada hampir di tiap wilayah. Baik bersifat hutan kota, maupun kawasan-kawasan konservasinya.

Penulis: W. Widodo
Mahasiswa Pasca S2 MNL 2022 Universitas Pakuan Bogor

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI