Boleh Pasrah, Tapi Tak Boleh Menyerah

Pasrah Tak Boleh Menyerah

Di era pandemi seperti sekarang ini, seluruh kalangan merasakan sulitnya kehidupan. Siapapun kita atau apapun profesi kita, harus selalu semangat menjalaninya. Karena dalam perjalanan hidup pasti akan menghadapi berbagai masalah yang terkadang terasa begitu berat, seperti halnya pandemi saat ini.

Banyak pelajar yang mengeluh tentang tumpukan tugasnya. Adapun para pekerja yang mendapat PHK masal. Belum lagi para pedagang kecil yang hanya bertahan hidup dengan hasil jualannya di hari itu.

Namun, kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan. Karena disetiap kesulitan yang kita hadapi, selalu ada jalan keluar dan hikmah yang tidak akan dimengerti sebelum mengahadapi masalah itu.

Bacaan Lainnya
DONASI

Hadapilah berbagai masalah dengan lapang dada juga penuh semangat. Jangan menjadi pribadi yang mudah mengatakan kata ‘menyerah’. Atau bahkan sampai mengorbankan diri sendiri karena tak sanggup lagi dengan masalah yang dihadapi.

Baca Juga: Mencoba Bangkit di Tengah Pandemi

Seperti halnya bunuh diri, narkoba dan semacamnya yang sering terjadi di kalangan pemuda-pemudi bangsa kita. Jadilah pribadi yang bijaksana dalam mengadapi masalah dan berfikir dingin untuk menyelesaikannya.

Jangan menjadi pribadi yang manja seperti anak kecil. Contohnya ketika kita menjadi pedagang yang tentu bersaing dengan pedagang-pedagang lain. Lalu barang yang kita jual kurang diminati dan terjual lebih lama hingga berhari-hari, kemudian kita memutuskan untuk berhenti menjadi pedagang begitu saja.

Itu merupakan sikap yang mudah menyerah seperti anak kecil. Akan lebih baik jika kita melakukan evaluasi terlebih dahulu, mana yang kurang dari barang yang kita jual ataupun jika ada cara yang salah dalam berniaga, atau juga strategi yang kurang tepat dan lain sebagainya.

Semangat dalam menyelesaikan masalah adalah jalan yang tepat. Dukungan dari orang atau lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah. Ada kalanya kita pasrah, bukan berarti kita menyerah tanpa usaha.

Namun, hendaknya kita berusaha untuk menyelesaikannya walau di tengah jalan kita rehat sejenak, kemudian berusaha kembali untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya kita serahkan pada Yang Kuasa.

Kita harus memiliki semangat membara dalam hidup. Ada sebuah percakapan tentang semangat yang dilansir dari buku “Terapi Positif Thinking” karya Dr. Ibrahim Elfiky, ketika seorang filsuf Jepang ditanya oleh muridnya “Menurut anda apa yang harus kami lakukan agar menjadi seorang yang bijaksana?” Lalu jawaban dari filsuf itu ialah “Semangat membara.

Baca Juga: Sukses Setiap Manusia Berbeda

Semangat membara juga telah menjadikan Hillary Edmund terlibat dalam berbagai petualangan ekstrem selama hidupnya. Dia bertekad untuk mendaki gunung Everest agar menjadi orang pertama yang bisa menaklukkan puncak tertinggi di dunia itu.

Sebuah gunung yang tingginya 29.000 kaki dan belum pernah dijejaki seorangpun sebelumnya. Pada tahun 1952 dia memulai misi pendakian itu, tetapi dia gagal dan terluka parah hingga membuatnya harus dirawat selama sebulan penuh.

Begitu keluar dari rumah sakit, dia mendapat undangan khusus dari Ratu Inggris untuk menghormati semangatnya ingin menaklukkan puncak Everest. Setibanya di tempat, ribuan pengunjung sudah menantikan kedatangannya. Dia disambut bak seorang pahlawan besar.

Menjelang pidatonya, dia mengahampiri microphone dan memegangnya dengan tangan kirinya. Sebelum memulai berbicara, dia memandang gambar puncak Everest yang sengaja dipasang panitia di panggung.

Dia urung berbicara dan menghampiri gambar tersebut  lalu mengelusnya dan berkata, “Gunung Everest, engkau memang bisa mengalahkan aku pada saat peetama dulu. Akan tetapi engkau sudah berada pada puncak pertumbuhanmu, sedangkan aku akan terus tumbuh setiap saat untuk bisa mencapai puncakmu.”

Baca Juga: Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Akhirnya pada bulan Mei tahun 1953, Hillary Edmund berhasil menaklukkan puncak tertinggi di dunia itu. Dia berhasil meraih apa yang selama ini menjadi mimpi dalam hidupnya. Sambil tersenyum dia berkata, “Hanya satu yang mungkin mencegahku meraih mimpi, yaitu kematian.”

Dari cerita diatas kita dapat menyimpulkan bahwa selama kita masih bernafas di dunia ini, kita harus selalu semangat dalam menghadapi berbagai rintangan yang ada. Jangan mudah menyerah apapun yang terjadi, yakinlah bahwa Tuhan tidak akan menguji hambaNya melebihi batas kemampuan hambaNya.

Tetap optimis seberat apapun masalah yang terjadi dan jalani dengan senyuman yang tulus. Seperti kata pepatah, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Tetap semangat apapun masalahnya, hadapi  dengan senyuman dan nikmati prosesnya.

Salma Ainul Faatin
Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI