Budaya Gotong Royong dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan

Budaya Gotong Royong dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan
Sumber: pixabay.com

Bicara tentang gotong royong, anak di desa sudah tidak asing mendengar kalimat ini, lagi pula gotong royong dan anak desa amatlah dekat jaraknya seperti telah mendarah daging. Adapun pendapat Pudjiwati Sakjoyo yang ditulis dalam bukunya “Sosiologi Pedesaan”, menyatakan bahwa gotong royong merupakan adat istiadat tolong menolong antara orang-orang yang ada diberbagai macam lapangan kegiatan sosial baik itu menurut hubungan kekerabatan, tetangga, dan efisien yang bersifat praktis, serta ada pula kerjasama lainnya.

Bagi saya sebagai anak desa memaknai gotong royong bukan hanya sekedar tolong menolong dalam setiap sendi-sendi kehidupan, melainkan gotong royong adalah nafas bagi warga masyarakat dalam membagun hubungan emosional yang dekat antar masyarakat (anak-anak desa), ruang untuk menjalin kekeluargaan tanpa hubungan darah, sebuah seni bekerja bersama tim, perjalanan pemecahan masalah dan yang lebih besar lagi bisa dimaknai sebagai perjalanan karakter menjadi seorang pemimpin.

Namun karena pesatnya globalisasi, gotong royong dalam masyarakat semakin tidak dilakukan atau diabaikan, masyarakat semakin menjadi sibuk dan mengutamakan pekerjaannya untuk menghidupi dirinya sendiri dibandingkan bekerja sama satu sama lain.

Bacaan Lainnya

Meski tak sedikit masyarakat yang mempunyai waktu luang, namun masyarakat lebih memilih berdonasi dibandingkan saling bekerja sama di bidangnya masing-masing. Dalam masyarakat saat ini, minat terhadap urusan sosial berkurang dan interaksi sosial pun berkurang.

Ditambah lagi setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa atau yang lebih populer sebagai Undang-Undang Desa telah dimaknai dengan salah kaprah oleh sebagian lapisan masyarakat, bahwa tidak perlunya adanya gotong royong dalam membangun desa karena telah memberikan perhatian lebih.

Sebagai anak desa saya tergugah ingin memulihkan potensi budaya gotong royong di masyarakat dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, sekolah, dan lingkungan rumah.

Saya teringat dengan sabda Nabi Muhammad shollallahualaihi wa sallam yang mengatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”, dengan kalimat yang singkat nan indah ini lah yang menjadikan inspirasi bagi saya sebagai anak desa untuk selalu membudayakan gotong royong dalam bermasyarakat.

Baca Juga: Gotong Royong di Era Modern: Fenomena Sosial dan Kekuatan Kolaborasi dalam Masyarakat Indonesia

Jika dalam kehidupan seseorang, kelompok masyarakat, komunitas, paguyuban hingga bernegara tetap melakukan budaya gotong royong sebagai sarana membentuk karakter seorang pemimpin, maka pertanyaan tentang “Dapatkah Budaya Gotong Royong Membentuk Karakter Kepemimpinan”, akan menjadi pertanyaan yang cukup mudah untuk kita jawab karena budaya gotong royong telah menjembatani berbagai pelajaran kepemimpinan dari unit terkecil.

Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya mengajukan sebuah definisi tentang budaya gotong royong. Menurut saya, gotong royong adalah ruang pembelajaran bagi masyarakat untuk menjadi seorang pemimpin.

Oleh karena itu, setiap kali Anda bisa memaknai gotong royong bukan hanya sebagai sarana bekerja, kumpul-kumpul dan tolong menolong, setaip kali itu pula Anda tanpa sandar telah membentuk diri anda menjadi seorang pemimpin.

 

Penulis: Hengki Firnando
Mahasiswa Jurusan Syariah, Institut Al Ma’arif Way Kanan

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.